Tentu saja berita ini membuat pasukan
Muslim makin panik. Panji segera berpindah ke tangan Ali bin Abu Thalib. Para
sahabat dekat yang hanya tinggal beberapa itu segera berkumpul melindungi
Rasulullah. Mereka bertempur mati-matian demi keselamatan sang Rasul yang amat
mereka cintai itu. Namun keadaan sungguh sulit hingga tidak mungkin bagi mereka
untuk terus menerus berkumpul di sekeliling nabi. Pertempuran berdarah yang
tidak seimbang terjadi di sekitar beliau. Dalam rangka menjaga keselamatan
utusan Allah inilah satu persatu tujuh orang sahabat mati syahid dihadapan
Rasul.
Anas bin Nadar syahid
dengan tujuh puluh tusukan pada badannya. Saudarinya dapat mengenal badannya
hanya dengan tanda di ujung jarinya. Talha bin Ubaidillah pada saat kritis
dengan gagah berani menjadikan dadanya tameng bagi Rasulullah. Tirmidzi
meriwayatkan, Nabi saw berkata, “Jika seseorang ingin melihat Syuhada berjalan
di bumi ini, lihatlah Talha bin Ubaidullah.”
Sementara Abu Dujana
membiarkan punggungnya menjadi sasaran panah demi melindungi Rasululllah.
Sejumlah anak panah musuh menancap di punggungnya tetapi tak sejengkalpun ia
bergeming. Seolah tak mau ketinggalan dengan kaum lelaki,
ummu Amara beserta suami dan dua orang putranya juga bertempur disekeliling
Rasulullah ketika hanya beberapa sahabat saja yang berada di sekeliling beliau.
Dengan pedang terhunus
bersama Rasul perempuan ini mempertahan diri dari serangan yang datang dari
semua arah. Demikian pula suami dan kedua anaknya. Mereka mempertunjukkan
keberanian yang sungguh luar biasa. Hingga dalam suatu kesempatan Rasul saw
berkata, “Ya Allah, sayangilah keluarga ini.” Beliau juga mendoakan mereka, “Ya
Allah jadikanlah mereka sekeluarga sahabatku di surga.”
Anas mencatat bahwa
pada hari Uhud, orang-orang tidak dapat berdiri dekat Rasulullah. Pada hari
itu, aku melihat Aisyah dan Ummu Sulaim dari jauh, Mereka menyingsingkan
sedikit pakaiannya, untuk mencegah halangan gerak dalam perjalanan tsb.
Abu Sa’id Al-Khudri
berkata bahwa pada perang Uhud, “Utbah bin Abi Waqqash melempar Rasulullah
hingga memecahkan gigi seri sebelah kanan bagian bawah dan juga melukai bibir
beliau. Abdullah bin Syihab az-Zuhri melukai kening beliau. Ibnu Qami’ah
melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua buah mata rantai besi masuk
ke bagian atas pipi beliau. Rasulullah terjatuh ke dalam salah satu lubang yang
dibuat oleh Abu Amir agar kaum muslimin terperosok ke dalamnya tanpa mereka
sadari. Kemudian Ali bin Abi Thalib memegang tangan beliau dan Thalhah bin
Ubaidillah mengangkat beliau hingga bisa tegak berdiri. Malik bin Sinan yakni
Abu Sa’id al-Khudri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya. Kemudian
Rasulullah bersabda: “Barang-siapa yang darahnya menyentuh darahku, niscaya ia
tidak akan disentuh api Neraka.”
Bukhari meriwayatkan,
Saad bin Abi Waqas berkata, “Pada hari peperangan Uhud aku melihat dua orang
berpakaian putih disekitar Nabi saw. Mereka sedang bertempur dengan dahsyat
atas nama Nabi saw. Aku tidak pernah melihat mereka sebelum dan setelah
kesempatan tersebut.” Dalam riwayat yang lain, dikatakan bahwa mereka adalah
malaikat Jibril as dan Mikail as. Sementara itu tiga puluh orang sahabat mendatangi
dengan cepat tempat tersebut … Allahuakbar ..
“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang
kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali
mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang
zalim”. (QS. Ali Imran(3):151).
Dengan datangnya bala
bantuan tersebut maka perangpun usai. Pasukan Quraisy pergi meninggalkan medan
perang dengan rasa takut. ( sebagaimana diterangkan ayat di atas). Setelah itu
Abu Obaida bin Jarrah dengan giginya mencoba mencabut cincin pengikat helm yang
menancap di pipi Rasulullah hingga ia harus kehilangan gigi bawahnya.
Berikutnya ia juga kehilangan gigi bawah lainnya saat mencabut cincin pengikat
helm kedua.
Selanjutnya tinggallah
Rasulullah didampingi sisa sahabat yang masih hidup berkeliling melihat keadaan
para sahabat yang syahid. Melalui firman-Nya, para mujahidin sejati tersebut
mendapat pujian dan penghargaan dari Allah swt.
“ Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara
mereka ada yang gugur. …“.(QS.Al-Ahzab(33):23).
Ketika Rasulullah
melihat jenazah Mush’ab dengan sedih beliau berucap : “ Ketika di Mekah dulu tak
seorangpun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya dari
padamu. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut
sehelai burdah”.
Bagi Handhalah bin Abu
Amir, Rasulullah bersabda : ”Sungguh sahabat kalian, Handhalah, pasti
akan dimandikan para malaikat”. Itu sebabnya ia kemudian mendapat julukan
Handhalah bin Abu Amir al-Ghasil yang artinya yang dimandikan para
malaikat. Lalu para sahabat menanyakan perihal Handhalah kepada istrinya: “Ada
apa dengan Handhalah bin Abi Amir?” Istrinya menjawab bahwa Handhalah bin Abi
Amir keluar dari rumah dalam keadaan junub ketika mendengar panggilan jihad.
Mereka berdua memang pasangan pengantin baru.
Selanjutnya ketika
Rasul melihat keadaan Hamzah bin Abu Thalib, wajah beliau berubah merah
seketika itu juga. Betapa tidak .. perut paman Rasul ini telah di bedah dan
diaduk-aduk ! Dengan menahan marah, beliau bersabda :
“Takkan pernah ada
orang mengalami malapetaka seperti kau ini. Belum pernah aku menyaksikan suatu
peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian ini.” Lalu katanya
lagi: “Demi Allah, kalau pada suatu ketika Tuhan memberikan kemenangan kepada
kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah
dilakukan oleh orang Arab.”
Namun kemudian Allah
swt menurunkan ayat berikut :
“Dan kalau kamu mengadakan
pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau
kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar).
Dan hendaklah kau tabahkan hatimu, dan ketabahan hatimu itu hanyalah dengan
berpegang kepada Tuhan. Jangan pula engkau bersedih hati terhadap mereka,
jangan engkau bersesak dada menghadapi apa yang mereka rencanakan itu”.(QS.An-Nahl(16:):126-127).
Maka Rasulpun segera
memaafkan mereka, ditabahkannya hatinya dan dilarangnya orang melakukan
penganiayaan. Kemudian Rasulullah menyelimuti jenazah Hamzah dengan mantel
beliau lalu men-sholat-kannya. Selanjutnya Rasulullah saw memerintahkan supaya
jenazah para mujahidin yang mencapai 70 orang itu dikuburkan di tempat mereka
menemui ajalnya. Setelah melayangkan pandangan duka ke arah medan perang serta
para syuhada, Rasulullah berseru :
“ Sungguh aku akan
menjadi saksi di hari Kiamat nanti, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi
Allah”
Kemudian sambil
berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, beliau bersabda,
“ Hai manusia,
berziarahlah dan berkunjung kepada mereka serta ucapkanlah salam ! Demi Allah
yang menguasai jiwaku, tak seorang Muslimpun sampai hari Kiamat yang memberi
salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya”.
Sesudah itu Rasulullah
diikuti para sahabat yang tersisa meninggalkan medan pertempuran dan
kembali ke Madinah. Kepedihan dan kehancuran yang dirasa pasukan Muslim kali
ini sungguh terasa amat sangat memalukan. Kehancuran dan kekalahan yang mereka
alami seharusnya tidak perlu terjadi kalau saja sebagian pasukan tidak silau
oleh banyaknya harta benda yang ditinggalkan musuh yang sebenarnya telah mereka
kalahkan dengan telak. Dengan kata lain, kekalahan ini adalah karena sebagian
besar pasukan pemanah telah melanggar perintah nabinya.
Rasulullah memasuki
rumah dalam keadaan galau. Pikiran beliau bercampur aduk membayangkan reaksi
orang-orang Yahudi, orang-orang munafik dan musyrik Madinah menyaksikan
kekalahan dan kehancuran pasukan Muslim yang dipimpinnya itu.
Jabir bin Abdullah
menjelaskan bahwa ketika Rasulullah mengalami kekalahan perang Abdullah bin
Ubay, si tokoh Munafik Madinah, berkata : “ Sekiranya mereka mengikuti
kita, tentulah mereka tidak akan mati sia-sia di medan perang”. Ia menganggap
Rasul tidak tahu strategi perang. Atas hal itu Allah menurunkan ayat 168 surat
Ali Imran.(HR. Ibnu Ishaq).
“Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan
mereka tidak turut pergi berperang: “Sekiranya mereka
mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah:
“Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” QS. Ali
Imran(3):168).
“Sekiranya kami
mengetahui ( bagaimana cara )berperang, tentulah kami mengikuti kamu”.
Itulah jawaban yang
diberikan orang-orang Munafik ketika Rasullullah memerintahkan mereka untuk
berperang di jalan Allah. Ucapan tersebut adalah sindiran bahwa Rasulullah
tidak mengerti strategi perang karena memerintahkan berperang ketika jumlah
pasukan hanya sedikit.
“dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik.
Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah
(dirimu)”. Mereka berkata: “Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara),
tentulah kami mengikuti kamu”. Mereka pada hari itu lebih dekat
kepada kekafiran daripada keimanan.Mereka mengatakan
dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih
mengetahui apa yang mereka sembunyikan”. QS. Ali Imran(3):167).
Itulah ancaman Allah
swt atas ucapan orang-orang yang mengaku Muslim namun menolak ketika
diperintahkan berperang oleh Rasul-Nya. Perbuatan tersebut menunjukkan bahwa
hati mereka lebih menyerupai orang kafir daripada orang yang mengaku telah
beriman.
Ditengah kekecewaan
pada sebagian pasukan yang tidak mematuhi perintah dan silau dengan harta benda
ditambah lagi ejekan dan sindiran orang-orang Munafik itulah kemudian turun
turun ayat 152 dan 153 surat Ali Imran. Ayat ini memberitahukan bahwa Allah swt
telah memaafkan kesalahan dan kelalaian para sahabat yang menyebabkan pasukan
Muslim kalah dalam perang kali ini. Allah ridho.
“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu,
ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan
berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah
(Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di
antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara
kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari
mereka untuk menguji kamu dan sesungguhnya Allah telah mema`afkan kamu. Dan Allah mempunyai
karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman. (Ingatlah) ketika
kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di
antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas
kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa
yang luput daripada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Ali Imran(3):152-153).
Dan sebagai bukti
bahwa Allah swt ridho dan telah memaafkan kelalaian dan kecerobohan mereka
Allah menganugerahkan rasa kantuk yang amat sangat. Malam itu Rasul dan para
sahabat yang memiliki keimanan super tinggi tertidur dengan nyenyak hingga
keesokan subuhnya bangun dalam keadaan segar bugar. Sebaliknya sebagian
lainnya, yaitu golongan Muslim yang kurang kuat keimanannya tetap diselimuti
keraguan dan tidak bisa tidur. Mereka ragu bila Muhammad saw memang utusan
Allah mengapa Allah membiarkan nabinya kalah! Mereka terus menyesali diri
mengapa mau menuruti perintah berperang hingga mereka harus terbunuh! Padahal
kematian adalah rahasia Sang Khalik. Tak satu orangpun dapat menghindarinya
sekalipun ia terus mengurung di dalam rumah. Sebaliknya mati ketika dalam
keadaan menjalankan perintah-Nya seperti berjihad ( baik jihad dalam perang
maupun berdakwah mengajak pada kebenaran) surga adalah balasannya.
“Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu
keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan daripada
kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka
yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. … … … Katakanlah: “Sekiranya kamu berada
di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”. (QS. Ali
Imran(3):154).
Keesokan harinya, usai
subuh berjamaah Rasulullah memerintahkan para sahabat yang kemarin baru saja
kembali dari Perang Uhud untuk mengejar pasukan Quraisy yang mengalahkan
mereka. Pasalnya, Rasulullah mendengar kabar bahwa para pemimpin Quraisy telah
memanasi-manasi pasukannya agar kembali ke Madinah untuk membunuh beliau dan
merampas gadis-gadis Madinah! Hal ini tidak boleh didiamkan begitu saja karena
akan membuat orang-orang munafik Madinah dan Yahudi makin melecehkan beliau.
Maka tanpa banyak
bicara, Ali bin Abu Thalib yang diserahi memimpin pasukan langsung melesat
mengejar pasukan Quraisy yang pagi itu masih berpesta merayakan kemenangan
mereka di perkemahan antara Madinah – Makkah. Sebaliknya, mendengar bahwa
pasukan Muslim mengejar pasukan Quraisy, mereka segera meninggalkan perkemahan
dan pulang menuju Makkah.
Pasukan pimpinan Ali
baru kembali ke Madinah setelah 3 hari 2 malam bermalam di wilayah sekitar
tersebut. Pasukan ini menyalakan obor besar untuk mengelabui musuh agar
disangka membawa pasukan besar. Maka untuk menghargai keberanian mereka
Allahpun menurunkan ayat berikut :
“ … Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yang menta`ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah
mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar”.
QS. Ali Imran(3):171-172).
“ (Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”,
makaperkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung“. QS. Ali
Imran(3):173)