Mekah atau Bakkkah adalah sebuah kota tua
yang lahir ribuan tahun lalu berkat adanya sumber air abadi yaitu sumur Zamzam.
Berbagai sumber meriwayatkan bahwa sumur ini muncul beberapa saat setelah
kelahiran nabi Ismail as. Setelah Ismail dewasa, bersama ayahnya, nabi Ibrahim
as, berdua mereka membangun kembali bangunan Ka’bah yang fondasinya telah
dibangun oleh nabi Adam as.
“ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): “Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”.(QS.Al-Baqarah(2):127).
Sejak itulah maka
Mekah dengan Ka’bahnya berkembang pesat menjadi pusat keagamaan, pusat ritual
penyembahan kepada Allah swt, Tuhan Yang Esa. Namun seiring dengan berlalunya
waktu, penyembahan tersebut lama kelamaan menjadi melenceng dari arahnya yang
semula benar. Patung-patung mulai didirikan dan akhirnya malah disembah. Meski
mereka tetap mengakui Allah sebagai Sang Pencipta namun mereka juga
mengakui dan bahkan menyembah berhala-berhala. Uzza, Latta dan Manna adalah nama-nama
berhala yang mereka anggap sebagai anak perempuan Allah.
“Maka apakah patut kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang
paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? ”. (QS.An-Najm(53):19-20).
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah”.
Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui”.(QS.Lukman(31):25).
Mereka meyakini bahwa
disamping Allah, berhala-berhala itu dapat memberi syafaat kepada mereka.
Jelas, ini sebuah kesalahan, sebuah kedustaan, sebuah kezaliman. Penguasa alam
semesta ini adalah Allah Yang Maha Kuasa, Ia Tunggal, tidak memiliki satupun
sekutu. Berhala-berhala itu tidak mempunyai kuasa sedikitpn terhadap
manusia. Ini adalah bisikan syaitan terkutuk yang berusaha menyesatkan
manusia dari jalan yang benar. Syaitan menginginkan agar manusia lupa terhadap
kehidupan akhirat, kehidupan yang hakiki. Karena kehidupan dunia adalah
sementara.
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah
berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu
tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah,
dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan
dikembalikan”.(QS.Al-Ankabut(29):17).
“Dan berkata Ibrahim: “Sesungguhnya berhala-berhala yang
kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di
antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu
mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela`nati sebahagian
(yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu
para penolongpun”. (QS.Al-Ankabut(29):25).
“Dan mereka (orang-orang musyrik)
menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan
jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah
mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan.
Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan “.
(QS.Al-An’am(6):100).
Suatu ketika Ibnu ‘Abba memaparkan bahwa ayat 100-103 surat
Al-Anam diturunkan berkenaan dengan kaum Musyrik yang menjadikan jin sebagai
sekutu bagi Allah. Mereka ditanya : “Bagaimana mungkin kalian beribadah
kepada jin, sedangkan kalian menyembah berhala?”. Mereka menjawab, “ Kami bukan
menyembah berhala tetapi dengan menghadap kepada berhala berarti kami taat
kepada jin”. (HR Ibnu Jarir).
Itu sebabnya Allah swt
memanggil penduduk Mekah dengan sebutan Musyrik yaitu kaum yang syirik, kaum
yang menduakan atau lebih Tuhan. Ironisnya, para pemuka dan penjaga Kabah
tersebut malah bangga dan arogan. Mereka merasa bahwa mereka adalah orang-orang
terhormat dan termulia yang paling tahu tentang agama dan ajaran yang
menurut mereka telah dijalani sejak ribuan tahun lalu oleh nenek moyang mereka.
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” .(QS.Al-Baqarah(2):170).
Demikian pula ibadah
haji yang dilaksanakan setahun satu kali. Kegiatan haji seperti tawaf,
sa’i dan pemotongan kurban menjadi ritual sesat yang sungguh tidak beradab.
Bahkan dengan hanya secarik kain yang menutup kemaluan kaum perempuan
berlari-lari kecil mengelilingi Ka’bah. Sementara darah kurban hewan
dilulurkan ke tembok Ka’bah dengan maksud sebagai sesajen bagi tuhan-tuhan
mereka!!
لَنْ
يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى
مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
“ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya … “.(QS.Al-Hajj(22):37).
Dalam keadaan seperti
inilah Rasulullah lahir dan datang. Beliau diperintah Allah swt untuk
meluruskan kembali agama yang dibawa nabi Ibrahim as ribuan tahun silam
itu agar tidak bengkok dan lurus kembali. Kesyirikan sangat dekat
kekafiran. Pengakuan dan penyembahan hanya kepada Allah swt, tidak bersama
dengan tuhan dan sesembahan lain adalah inti ajaran yang dibawa para nabi.
Itulah Islam.
Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, ‘As bin Wail As
Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan
pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi saw. Mereka menyatakan, “Hai
Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu
dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah
Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau
bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan
jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula
bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya”.
Beliau menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari
mempersekutukan-Nya”. Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai
jawaban terhadap ajakan mereka.
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ (1) لَآ
أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ (2)
وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (3) وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ
مَّا عَبَدتُّمۡ (4)
وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ (5) لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ (6)
« Katakanlah: “Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan
untukkulah, agamaku”.(QS.Al-Kafirun(109) :1-6).
Ini yang disebut
Akidah. Ia tidak boleh dicampur adukkan oleh paham apapun. Penyembahan hanya
kepada-Nya, murni hanya kepada Allah swt. Tidak ada kebengkokan dalam Islam.
Tidak ada perantara, tidak ada kerja sama, tidak ada anak bagi-Nya. Semua orang
di sisi Allah adalah sama yaitu para hamba, para abdi yang tergantung
kepada-Nya. Itu sebabnya segala perbuatan dan amal sebaik apapun bila dilakukan
bukan karena-Nya dan tidak dalam rangka mencari ridho Allah swt maka tidak ada
gunanya diakhirat nanti. Ketaatan kepada siapapun termasuk kepada orang-tua,
suami bahkan para pemimpin sekalipun harus atas dasar ketaatan dan kepatuhan
kepada-Nya.
وَالَّذِيْنَ
كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ ۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِۙ
« Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah
laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang
yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya ». (QS.An-Nur(24) :39).
Karena sikap tegas dan
tidak kenal kompromi inilah Rasulullah kemudian dimusuhi dan diperangi
orang-orang Quraisy. Para pembesar Quraisy makin geram dan kesal. Mereka merasa
bakal sangat terancam kedudukan dan kekuasaan mereka bila ajaran baru ini
sampai benar-benar diterima penduduk Mekah. Mereka khawatir Islam akan
menghapus semua kebiasaan-kebiasaan ritual mereka, merebut kekuasaan dan
merusak gengsi mereka sebagai penjaga Ka’bah yang selama ini mereka
bangga-banggakan.
Maka dengan sekuat
tenaga Abu Jahalpun memimpin permusuhannya terhadap Islam,. Berbagai fitnah dan
hasutan terus dilancarkannya. Para tokoh Quraisy tersebut memanasi-manasi bahwa
kalaupun Allah menurunkan seorang Rasul, mustinya merekalah yang paling pantas
ditunjuk bukan Muhammad yang mereka anggap miskin dan tidak memiliki kekuasaan.
Yang saking miskinnya ketika bayi tak seorang perempuanpun sudi menyusuinya
kecuali terpaksa. Yang bahkan hingga menikah bertahun-tahunpun tidak juga
mempunyai anak lelaki. (Kedua anak lelaki Rasulullah meninggal dunia ketika
masih kanak-kanak. Sementara memiliki anak perempuan dianggap aib).
Mereka juga mempertanyakan mengapa Allah hanya menurunkan manusia biasa yang
makan seperti orang kebanyakan bahkan berjalan-jalan dipasar sebagai utusan
Allah, bukannya mengirim seorang malaikat saja. Dengan keji mereka
mengolok-olok Rasulullah adalah seorang tukang tenung.
“Dan mereka berkata: “Mengapa rasul
ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan
kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama
dengan dia? atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau
(mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil) nya?” Dan
orang-orang yang zalim itu berkata: “Kamu sekalian tidak lain hanyalah
mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.””,(QS.Al-Furqon(25):7-8).
“ Dan orang-orang yang tidak
mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau
datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?…” .(QS.Al-Baqarah(2):118).
Ibnu Abbas memaparkan bahwa ayat di atas turun tak lama setekah
Rafi’ bin Huraimalah berkata kepada nabi saw “ Jika
benar engkau adalah seorang utusan Allah sampaikan kepada Allah agar Dia
berbicara kepada kami hingga kami mendengar kata-kata-Nya”. ( HR.
Ibnu jarir dan Ibnu Abi Hatim).
“ Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu
seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang
menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan
yang lurus”.(QS.Al-Baqarah(2):108).
Ibnu Abbas berkata bahwa Rafi’ bin Huraimalah dan Wahab bin Zaid
berkata kepada nabi saw, “Wahai Muhammad, datangkanlah dari
langit kitab yang kau turunkan kepada kami dan dapat kami baca. Atau
pancarkanlah sungai untuk kami agar kami beriman kepadamu.” Maka
Allah menurunkan ayat diatas. ( HR Ibnu Abi Hatim).
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan
jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka
berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”.(QS.Al-Qamar(54):1-2).
Anas, Abdullah bin
Mas’ud dan Ibnu Abbas menerangkan bahwa suatu ketika penduduk Mekah menantang
Rasulullah agar memperlihatkan sebuah mukjizat kepada mereka. Maka beliaupun
memperlihatkan bulan yang terbelah menjadi dua bagian hingga mereka melihat
warna merah di antara keduanya.( HR Tirmidzi dan HR Shahih Muslim).
Begitulah para tokoh
Mekah mengajukan berbagai pertanyaan. Mereka tidak peduli apakah pertanyaan dan
permintaan mereka itu terpenuhi atau tidak. Yang dinginkan hanyalah agar
Rasulullah mau berhenti berdakwah karena mereka khawatir kekuasaan mereka
terhadap masyarakat Mekah terganggu.
Mereka memang bukan
bermaksud mencari kebenaran melainkan hanya ingin memojokkan, menghina dan
mengejek Rasulullah. Meski sebenarnya hal tersebut bukan dilakukan semata-mata
karena kebencian terhadap pribadi Rasulullah. Karena seluruh penduduk
Mekah memang sebenarnya mengakui bahwa Muhammad saw adalah seorang yang jujur.
Prilaku beliau santun hingga banyak orang menyukai beliau.
Namun sebagai manusia
biasa tentu saja Rasulullah sedih mendengar ejekan dan cemoohan orang-orang
Quraisy yang sebenarnya masih keluarga dan tetangga beliau sendiri itu.
“Sesungguhnya, Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka
katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka
sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu
mengingkari ayat-ayat Allah”.(QS.Al-An’am(6):33).
Ali bin Abu Thalib memaparkan bahwa ayat di atas diturunkan
berkenaan dengan Abu Lahab yang suatu ketika berkata, “
Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu tetapi kami hanya mendustakan apa yang
kau dakwahkan ( agama Islam)”. (HR Tirmidzi dan Hakim).
“Mereka bersumpah dengan nama Allah
dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu
mu`jizat pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya
mu`jizat-mu`jizat itu hanya berada di sisi Allah”. Dan apakah yang
memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu`jizat datang mereka tidak akan
beriman”.(QS.Al-An’am(6):109).
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan
orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula)
segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman,
kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.(QS.Al-Anam(6):111).
Berikut Asbabun Nuzul
ayat 109-111 surat Al-An’am diatas :
Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi menjelaskan bahwa suatu hari
orang-orang Quraisy menghadap Rasulullah dan berkata,” Hai
Muhammad, kau menceritakan kepada kami bahwa Musa mempunyai tongkat yang dapat
digunakan untuk membelah batu. Kau juga menceritakan bahwa Isa bisa
menghidupkan orang mati dan bahwa kaum Tsamud mempunyai seekor unta ( lalu
mereka sembelih). Sekarang, coba tunjukkan kepada kami sedikit dari mukjizat (
kenabianmu) sehingga kami akan beriman kepadamu“. Rasul bertanya:”Apa yang
kalian inginkan?”.” Jadikan bukit Shafa emas untuk kami.” Beliau bertanya lagi,
“ Jika aku melakukannya apakah kalian akan membenarkanku?”. Mereka berkata , “
Ya, demi Allah”. Lalu Rasulullah berdiri dan berdoa. Jibril datang dan
berkata kepadanya, “ Jika engkau menginginkannya bukit ini akan berubah menjadi
emas. Namun jika kau mau tinggalkanlah mereka sehingga beberapa orang di antara
mereka mau bertobat kepada Allah”: Maka turunlah ketiga ayat
ini.)HR. Ibnu Jarir)..
Akhirnya Rasulullahpun
membatalkan doanya.
Para pembesar Mekah
juga menyiksa siapa saja yang berani meninggalkan agama nenek moyang
mereka. Ammar dan kedua orang tuanya, Yassir dan Sumayya yang disiksa
hingga meninggal adalah hanya sedikit contoh diantaranya. Sementara Bilal,
budak hitam yang kemudian dikenal sebagai muazzin pertama dan merupakan satu
dari 10 sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Rasulullah dibeli oleh Abu
bakar Sidik hingga bebas dari penyiksaan hebat yang dideritanya.
Akan tetapi Rasulullah
tetap bertahan. Ini adalah perintah Allah swt, Sang Pencipta yang harus
ditaati. Beliau tidak akan mundur, apapun yang dilakukan para pembesar Quraisy
atau siapapun yang ingin menghalanginya. Bahkan Abu Thalib, paman Rasulullah
yang selalu melindungi beliau sampai kewalahan. Ia begitu khawatir terhadap
keselamatan ponakan yang telah dianggap seperti anak sendiri itu.
“ Demi Allah paman, seandainya mereka meletakkan matahari di
tanganku dan bulan di tangan kiriku agar aku melepaskan ajakanku .. tak akan
aku melepaskannya”, demikian jawaban tegas Muhammad saw ketika pamannya itu
atas desakan para pemuka Mekah meminta Rasulullah agar berhenti berdakwah.Maka
sejak itu Abu Thalibpun tidak pernah lagi menyuruh Rasulullah untuk berhenti
berdakwah. Ia malah bertambah makin serius melindungi Rasulullah dari
segala ancaman dan serangan musuh.