Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur’an,
yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah
timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami
mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk)
manusia yang sempurna”.
Maryam berkata:
“Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.
Ia (Jibril) berkata:
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu,
untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.
Maryam berkata:
“Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki,
sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang
pezina!”
Jibril berkata:
“Demikianlah . Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah
mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan
sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan.”
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu
ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia
(bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan
aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”.
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:
“Janganlah
kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan
bersenang hatilah kamu.
Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah:
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”.
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya
berkata:
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu
yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah
seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”,
maka Maryam menunjuk kepada anaknya.
Mereka berkata:
“Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil
yang masih dalam ayunan?”
Berkata Isa:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali”.
Itulah Isa
putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah
mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka
Dia hanya berkata kepadanya:
“Jadilah”, maka
jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka
sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus”.
Terjemah (QS. Maryam(19):16-36).
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.