Di Kota Syam (Syiria) ada seorang
pendeta Yahudi yang sangat membenci Rasulullah Muhammad Saw. Pendeta tersebut
mempunyai sebuah kegiatan kerohanian yang diadakan tiap Sabtu, dan dihadiri
puluhan ribu jema’at.
Suatu saat ketika ia sedang mempersiapkan materi yang
akan diajarkan, ia menemukan sejarah keagungan Nabi Muhammad saw dalam kitab
Taurat yang dibacanya. Semula terdapat delapan tempat dimana sejarah Rasulullah
tertulis dalam kitab agungnya orang Yahudi itu. Karena rasa bencinya kepada
Rasulullah, ia merobek delapan tempat tersebut.
Pada hari Sabtu berikutnya (pekan kedua) di kesempatan
yang sama ia menyiapkan materi kitab Taurat yang akan diajarkan kepada
murid-muridnya. Ia kembali menemukan keterangan dalam kitab tersebut yang
menjelaskan tentang sejarah Rasulullah saw pada 16 tempat dan semuanya itu juga
ia robek. Kemudian pada pekan hari Sabtu berikutnya (pekan ketiga) saat ia
mempersiapkan materi untuk pengajian kitab Tauratnya, kembali ia menemukan 24
tempat dalam kitab tersebut yang menceritakan tentang Rasulullah saw dan
semuanya pun juga dirobeknya.
Namun apa yang telah ia lakukan membuat ia menjadi
penasaran ingin bertemu dengan Rasulullah Muhammad saw. Ia berpikir jarak
antara daerahnya (Syam) dan Kota Madinah adalah perjalanan selama 30 hari
(menggunakan onta), sehingga perjalanan itu harus meninggalkan kegiatan
rutinnya paling tidak 8 kali pertemuan.
Beberapa
orang murid mencoba untuk mengingatkan sang pendeta Yahudi tersebut, “Sebaiknya
tuan pendeta tidak menemui Muhammad, karena siapapun orang yang bertemu
dengannya pasti akan tunduk padanya, kalau nanti anda tunduk kepada Muhammad,
lalu siapa yang nantinya memimpin kami ?”. Mendengar nasehat tersebut
pendetapun mengurungkan niatnya pergi ke Madinah untuk menemui Muhammad .
Namun
karena penasaran, sepekan kemudian sang pendeta kembali mengutarakan
keinginannya yang tertunda tersebut. Tapi kembali murid-muridnya
melarangnya. Hal tersebut terulang tiga kali. Hingga akhirnya pendetapun
berkata: ” Atas kebesaran Nabi Musa dan Kitab Taurat saya harap kalian
memperkenankan saya bertemu Muhammad”. Dan para muridpun akhirnya
merelakan pendetanya pergi menemui Nabi besar Muhammad saw.
Singkat
cerita, berangkatlah sang pendeta ke Madinah. 30 hari kemudian, setiba di pintu
gerbang kota, sang pendeta berjumpa seorang lelaki tampan, berkulit putih,
berbadan tinggi dan berbaju serba putih. Ia mengira bahwa lelaki itu adalah
Muhammad, iapun menyapanya : “Assalamu Alaika yaa Muhammad”.
Namun
tanpa disangka, lelaki itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu begitu mendengar
sapaan tersebut. Si pendeta terheran-heran. Tak lama laki-laki itupun mendekati
si pendeta dan menanyakan asal sang pendeta “Anda dari mana ?”. “Saya
dari tempat yang jauh, dari Syam dan saya ingin bertemu Muhammad” jawab
si pendeta.
Mendengar
jawaban tersebut, laki-laki itupun segera mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Di depan pintu masjid pendeta yang sudah tak sabar lagi bertemu Rasulullah
segera mengucapkan salam “Assalamu’alaikum, Assalamu Alaika Yaa
Muhammad”.
Seketika semua sahabat yang berada di dalamnya
menangis tersedu-sedu. Ia semakin kaget karena setiap ia mengucapkan salam
kepada penduduk Madinah mereka langsung menangis. Ketika suasana masjid makin
penuh disesaki isak suara tangis, sahabat Ali bin Abi Thalib segera menemuinya
dan terjadilah percakapan :
Ali ra : “ Anda dari mana ?”
Pendeta : “ Saya dari tempat yang jauh, kota Syam”
Ali ra: “Ada keperluan apa anda kemari ?”
Pendeta : “Saya ingin bertemu Muhammad”,
Ali ra : “ Terlambat…! Seminggu yang lalu beliau wafat,”
Pendeta (sambil penuh penyesalan) : “Kalau begitu saya ingin melihat
jubahnya!”
Ali
ra lalu menyuruh sahabat Bilal bin Rabah untuk mengambilkan jubah Nabi di
rumahnya. Sesampai di depan pintu rumah, Bilal berkata “ Wahai
Sayyidah Fatimah, ada tamu ingin melihat jubah Rasulullah, saya disuruh sahabat
Ali untuk mengambilkan jubah itu untuknya,”.
Sayyidah Fatimah segera membuka lemari tempat jubah
disimpan. Putri bungsu Rasulullah itu langsung menangis teringat bau harum
tubuh ayahandanya tercinta. Diciuminya jubah tersebut, sebelum beliau berikan
kepada Bilal. Bilalpun kemudian menangis sambil membawanya ke masjid Nabawi.
Dan begitu Bilal sampai di masjid, semua sahabat yang berada di dalam masjid
menangis teringat Rasulullah saw.
Setelah
Bilal menyerahkan jubah kepada Ali, Ali segera memberikan jubah tersebut kepada
sang pendeta, yang segera menciuminya seraya berkata “ Ternyata benar,
dialah utusan Allah, beginilah bau harum Nabi Muhammad saw seperti yang
disampaikan dalam kitab Taurat !“.
Dan ketika jubah itu ia hamparkan, ia melihat dua
belas tambalan pada jubah tersebut, sesuai dengan apa yang diterangkan dalam
kitab Taurat. Sang pendetapun makin yakin bahwa orang yang baru seminggu
meninggal dan ditangisi semua orang itu adalah Muhammad yang tertulis dalam
kitabnya, dan ia adalah utusan Allah.
“
Wahai sahabat Ali, bagaimana cara saya bisa masuk Islam ?”, tanya pendeta.
”Katakanlah,
Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah, Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah” jawab
Ali, lembut.
Sang pendeta segera mengikuti ucapan Ali ra. Maka
resmilah ia menjadi seorang Muslim.
“
Wahai sahabat Ali! Aku ingin berziarah makam Rasulullah Muhammad Saw”, pintanya tak lama setelah ia bersyahadat.
Ali lalu menyuruh sahabat Bilal untuk mengantarkannya
ke makam Rasul. Sesampainya di sana sang bekas pendeta mengangkat kedua
tangannya seraya berkata :
“ Yaa Allah.. ! Aku ingin bertemu Nabi Muhammad, namun kini
aku sudah terlambat, dan aku ingin agar engkau mempertemukanku dengannya di
alam barzakh, mohon matikanlah aku !”.
Tiba-tiba
iapun terjatuh dan langsung meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi
roji’un. Para sahabat kemudian memakamkan mantan pendeta tersebut di pemakaman
Baqi, tak jauh dari masjid Nabawi dimana Nabi yang tadinya dibencinya itu
dimakamkan.
Begitulah Allah berkehendak memberikan hidayah kepada
seorang pendeta Yahudi yang sangat membenci Rasulullah saw, melalui ayat-ayat
yang tertulis dalam kitab Taurat.
Wallahu’alam bish shawwab.