Dikisahkan
bahwa zaman dulu ada seorang raja yang sangat berpengaruh dan mempunyai
kekuasaan luas yang berkeinginan untuk membangun sebuah masjid. Mulailah beliau
mengumpulkan para manteri, penasehat dan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali.
Raja pun mulai berbicara: “Wahai para menteriku, penasehatku dan rakyatku
semuanya, hari ini saya mengumumkan bahwa saya ingin membangun sebuah masjid
dan saya tidak mengizinkan seorangpun diantara kalian membantu ataupun
bersedekah untuk membangunnya”. Semua terdiam dan tidak ada satupun yang berani
menentang raja sehingga pembangunan pun dimulai.
Semua
fasilitas dan tenagapun dikerahkan, pelan tapi pasti akhirnya berdirilah sebuah
masjid yang kokoh dengan keindahan yang menakjubkan. Sang Raja menamainya
dengan namanya sendiri yakni “Masjid Raja Bin Fulan“. Rasa senang dan bangga
tumbuh di hati raja tatkala memandang masjid yang dia bangun sendiri tanpa
bantuan dana dari siapapun dan namanya terpampang menjadi nama dari mesjid
tersebut.
Suatu
malam dalam tidurnya raja bermimpi, raja melihat yang dibangunnya, Masjid Raja
Bin Fulan telah berganti nama menjadi Masjid Fulanah Binti Fulan, nama seorang
perempuan yang tidak raja kenal. Raja bingung dan gelisah dan terus bertanya
dalam hati siapa gerangan perempuan itu, bagaimanakah andil perempuan itu dalam
pembangunan mesjid?
Malam
berikutnya raja juga bermimpi lagi hal yang sama, tentu saja mimpi ini sangat
mengganggu ketentraman hati raja. Raja mengumpulkan para pembesar istana dan
para prajurit untuk diperintahkan mencari Fulanah binti fulan.
Setelah
di telusuri dari kalangan istana dan kerabat raja tidak ada nama Fulanah binti
Fulan, pencarian terus dilakukan dari kota sampai ke pedesaan namun tidak
membuahkan hasil. Dalam kemarahan dengan raja memerintahkan bagaimanapun
caranya perempuan dalam mimpinya tersebut harus ditemukan. Prajurit kerajaan
terus melakukan pencarian ke desa-desa terpencil, dan akhirnya mereka menemukan
sebuah rumah yang dihuni oleh perempuan tua, miskin yang bernama Fulanah Binti
Fulan.
Perempuan
itupun segera dibawa ke istana. Raja mulai bertanya: “Apakah engkau wahai
Fulanah Binti Fulan yang tanpa sepengetahuan saya telah bersedekah untuk mesjid
yang saya bangun?”, “Tidak yang mulia, hamba orang miskin, jangankan bersedekah
untuk makan saja hamba kesusahan“ jawab Fulanah. Raja tambah bingung dan
penasaran, “Lalu apa yang engkau lakukan sehingga dalam mimpiku terlihat jelas
masjid yang aku bangun berubah nama menjadi namamu?” Fulanah kemudian berfikir
dan mengingat kembali apa yang iya lakukan, dan dirinya pun teringat satu hal
yang pernah dilakukan. “Ooo.. saya ingat, suatu hari saya melewati masjid dan
saya melihat kuda yang membawa batu sangat lelah, haus dan kepayahan mengangkut
beban yang berat. Saya hanya memberikan kuda itu minum. Itu saja yang saya
lakukan wahai paduka raja.” Akhirnya raja pun terduduk diam tanpa bisa bicara
lagi.
Adapun
hikmah yang dapat kita petik dari cerita diatas adalah untuk selalu senantiasa
ikhlas dalam setiap pekerjaan, tidak merasa sombong dan bangga dengan apa yang
telah kita lakukan karena itu tiada artinya dimata Allah SWT. Banyak dan
sedikit yang kita berikan bukanlah ukuran mendapat pahala balasan dari Sang
Pencipta, keikhlasan dan ketulusan menjadi tolok ukur yang utama. Semoga kita
senantiasa dapat menjadi manusia terbaik dimata Allah SWT.