“………Dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah
perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada
mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka
bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”.((QS.Al-Baqarah(2):26-27).
Allah SWT menciptakan alam semesta sebelum manusia
ada. Semua itu bukan tanpa sebab dan perhitungan. Alam, termasuk didalamnya
segala macam binatang dan tumbuhan, sengaja diciptakan-Nya sebagai sarana bagi
kepentingan dan kelangsungan hidup manusia.
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya
Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin.”
QS.Luqman(31):20).
Allah SWT menciptakan segala yang ada di alam ini
serba seimbang dan saling berpasangan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan
dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.(QS.Yaasin(36):36).
“Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran
Allah”.(QS.Adz-Dzaariyat(51):49).
Sains dan Ilmu Pengetahuan Alam membuktikan bahwa
perputaran bumi dan matahari, pergantian siang dan malam, keseimbangan dan
perpaduan segala yang ada di alam semesta ini termasuk seluruh unsur kimianya
sungguh tepat dan pas. Dan bila keseimbangan dan keterpaduan itu terganggu maka
akan rusaklah ia.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya……”. (QS.Al-A’raf(7):56).
Maka manusia sebagai mahluk terpandai yang memiliki
akal dan hati sudah sepatutnya bila ia mensyukuri keadaannya tersebut.
Diantaranya yaitu dengan cara menjaga keseimbangannya serta sekaligus tidak
berbuat kerusakan. Untuk mempermudah agar manusia dapat melaksanakan hal
tersebut maka Allah SWT melengkapinya dengan aturan-aturan. Aturan-aturan
tersebut sebenarnya diperlihatkan-Nya secara jelas dan nyata namun hanya orang
yang mau memikirkannya saja yang dapat melihat aturan-aturan tersebut. Namun disamping
itu Allah SWT juga berkehendak agar manusia mau memanfaatkan dan mengambil
keuntungan dari alam yang diciptakann-Nya tersebut. Itulah salah satu tugas
manusia sebagai seorang khalifah bumi. Oleh karena itu, Ia sangat murka bila
seseorang mengabaikan tugas mulia tersebut apalagi bila ia adalah seorang
penguasa.
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi …… Mereka itulah orang-orang
yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya
penglihatan mereka”.(QS.Muhammad(47):22-23).
Jadi segala bencana seperti banjir, kebakaran hutan
atau apa yang saat ini sedang menjadi isu hangat yaitu, pemanasan global yang
disebabkan oleh adanya ‘efek rumah kaca’ beserta segala akibatnya yang terus
terjadi susul menyusul belakangan ini sesungguhnya adalah akibat dari kelalaian
manusia dalam menjalankan tugas memelihara alam ciptaan-Nya. Polusi udara yang
sebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan, gas buangan kendaraan, pabrik,
berbagai kegiatan industri dan lain sebagainya adalah sebagian contoh kerusakan
alam.
Allah SWT tidak ridho’ apa yang telah diciptakan-Nya
itu dirusak dan digunakan secara semena-mena. Hukum alam atau aturan yang
sengaja diperlihatkan-Nya itu seharusnya digunakan dengan sebaik mungkin. Manusia
diberi akal bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan seharusnya
sebagai seorang yang berakal ia juga tahu hukum apa dan perintah orang yang
bagaimanakah yang pantas ditaatinya dalam menjalankan perintah menjaga
keseimbangan alam semesta ini.
“maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;
dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang
membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan
perbaikan”.(QS.Asy-Syu’ara(26):150-152).
Demikian pula halnya dengan munculnya berbagai
penyakit akhir-akhir ini, seperti ‘sapi gila’,flue burung dan lain-lain. Bahkan
terhadap penyakit ‘umum’ yang disebabkan oleh lalat dan nyamuk
sekalipun, cukup membuat manusia menderita dan kewalahan.
“……Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembalidari lalat
itu”.(QS.Al-Hajj(22):73).
Padahal Allah SWT menciptakan berbagai binatang
seperti nyamuk dan lalat pasti ada hikmah dibalik semua itu. Bila saja manusia
tidak merusak ekosistim suatu keadaan, bila saja manusia mau memperhatikan
bagaimana sampah seharusnya dikelola, tentu masalah tidak akan terus
bermunculan seperti sekarang ini. Sesungguhnya perbuatan tersebut merugikan
dirinya sendiri.
Rasulullah bersabda : “Kebersihan adalah
sebagian dari Iman”.
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan”. (QS.AsySyu’ara(26):183).
Beberapa penyebab terjadinya suatu bencana.
Karena kesalahan sendiri.
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya
Allah sekali-kali tidak akan merubahsesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri,….” ,(QS.Al-Anfal(8):53).
2. Sebagai cobaan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,yaitu orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa
ilaihi raaji`uun”(QS.Al-Baqarah(2):155-156).
3. Sebagai teguran.
“Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi
beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada
yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (ni`mat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada
kebenaran)”.QS.Al-Araaf(7):168).
4. Sebagai azab.
”……… Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang
yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat
fasik.(QS.Al-Baqarah(2):59).
Namun demikian penyebab suatu bencana hanya dapat
dirasakan oleh masing-masing diri. Bisa jadi dalam suatu bencana alam
yang sama memiliki penyebab dan hikmah yang berbeda bagi tiap-tiap diri.
Sayangnya, hanya manusia yang memiliki kesadaran tinggi saja yang mampu
merasakan penyebab bencana tersebut. Dan hanya orang-orang seperti inilah yang
biasanya segera menyadari kekeliruan dan kesalahannya kemudian bertobat serta
memperbaiki diri maka Sang Maha Kuasa akan mengampuni dan menggantinya
dengan yang lebih baik.