III.1. Menjaga hubungan dengan Sang Khalik.

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.(QS.Azd-Dzariyat(51):56).

Pada  hakekatnya, tugas  manusia  di bumi ini  adalah  untuk hanya menyembah kepada-Nya. Tugas  kekhalifahan  yang dibebankan  kepada manusia  sesungguhnya merupakan  bentuk penyembahan  kepada-Nya.  Segala  sesuatu  yang  dikerjakan  dalam rangka dan hanya dikarenakan-Nya  adalah  ibadah. Ibadah inilah  yang  nantinya  akan  diperhitungkan di hari  akhir kelak, surga  atau   neraka.  Karena  tempat   kembali   memang  hanya  dua yaitu, surga atau neraka. Sebaliknya segala perbuatan, walaupun perbuatan  itu  baik di mata  manusia  pada  umumnya  sekalipun, bila  niatnya  tidak  karena-Nya,  maka  di  akhirat  kelak  hal tersebut  tidak  akan diperhitungkan.

Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah saw, “Dosa apakah yang paling besar?”. Beliau bersabda:”Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu”. Aku bertanya lagi : “Kemudian apa?”. Beliau bersabda :”Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan bersamamu”. Aku bertanya lagi :”Kemudian apa?”. Beliau bersabda: ”Engkau berzina dengan istri tetanggamu”.

Bahkan perbuatan seperti shalat, zakat dan puasa bila tidak disebabkan oleh-Nya maka akan menjadi sia-sia belaka. Ibadah apapun yang dilakukan karena keterpaksaan tidak memiliki arti dalam pandangan Allah SWT. Yang diinginkan-Nya hanyalah keikhlasan dan ketulusan. Jadi sesungguhnya kunci ibadah adalah hati, karena hanya di hati adanya niat.

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.(QS.Al-Maa’un(107):4-6).

Rasulullah bersabda :”Barangsiapa yang mencintai karena Allah SWT, membenci karena Allah SWT,memberi karena Allah SWT dan melarang karena Allah SWT maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman”.

Manusia  adalah  mahluk yang lemah. Ia  cenderung  bersifat tergesa-gesa,  tidak sabar  dan ingin  selalu  senang  dalam   hidup. Padahal kenyataan membuktikan bahwa tidak selalu yang diusahakan  dan  diinginkannya  past i akan terwujud. Namun dengan  adanya  kesadaran  bahwa ia diciptakan  di dunia  ini  untuk waktu  yang  tidak  kekal, hanya sementara dan bahwa hidup di dunia  adalah  ujian  untuk  memasuki tahap selanjutnya ke kehidupan  akhirat yang lebih  kekal, ia akan  menjadi  sabar  dan hidupnyapun  akan lebih  tenang. Ia  menyadari  dengan  melakukan hubungan secara langsung kepada Tuhannya yaitu dengan melaksanakan shalat dan berzikir, ia akan mendapatkan pertolongan. Dengan shalat ia dapat berkeluh-kesah, mengadukan segala kesulitan maupun segala keinginannya.

“ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat)–Ku”.(QS.Al-Baqarah(2):152).

Ia yakin hanya kepada-Nya saja ia dapat memohon pertolongan dan juga ampunan apabila ia khilaf. Ia memohon ridho dari-Nya agar ia dapat melalui kehidupan dunianya dengan sabar. Ia sadar bahwa segala kebaikan dan keburukan adalah dari-Nya, hanya Dia sendiri, tidak ada yang disamping-Nya. Demikian pula segala kesembuhan dari segala penyakit dan kesusahan. Dokter, obat, ramuan maupun apapun yang lain hanya dapat menyembuhkan bila Dia berkehendak, bila Dia mengizinkannya. Semua berada dibawah kekuasaan-Nya.

“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)”.QS.Al-Isra’a(17):22).

Dan Allah SWT mengetahui apa yang yang ada didalam hati bahkan secuil keraguan yang muncul dari dalamnya, keyakinan bahwa ada sesuatu yang lain yang menyembuhkan, yang membuatnya bebas dari penderitaan, yang mana hal tersebut bakal menyeretnya kedalam kesyirikan. Suatu hal yang benar-benar dibenci-Nya. Maka bila hal ini terjadi sebaiknya bersegeralah menuju pengampunan karena Dia Maha Pengampun bila kita mau segera bertaubat dan tidak mengulanginya lagi.

Bila kita amati ayat-ayat Al-Quran dengan lebih seksama, perintah dzikir yang berarti ‘mengingat nama Allah’adalah sebuah perintah yang paling banyak dan paling sering diulang. Begitu pula perintah shalat. Karena shalat sesungguhnya adalah puncak dari prosesi dzikir yang bertujuan membesarkan dan mengagungkan nama Allah sebagai Sang Khalik, Yang Maha Agung. Hal ini menunjukkan betapa tinggi dan pentingnya kedudukan shalat. Disamping itu, sebagaimana telah dijelaskan pada bab mengenai shalat, shalat adalah satu-satunya perintah yang diterima Rasulullah Muhammad saw langsung dari Sang Khalik di singgasana-Nya di Arsy’.

Masih berkenaan dengan shalat. Berdasarkan kajian jadwal waktu shalat di 403 kota dari 203 negara di dunia dimana didalamnya  terdapat  masyarakat  muslim (baik mayoritas maupun minoritas), yang dilakukan sejumlah   cendekiawan  muslim, ditarik  kesimpulan sebagai  berikut :

1.   Setidaknya ¼ bagian  waktu  dalam 1 hari, atau sekitar  6 jam dalam  1 hari 1 malam ada  sebagian  penduduk  bumi  yang melaksanakan  shalat  subuh, zuhur, ashar, magrib dan isya dalam waktu yang bersamaan secara serentak. Hal ini disimpulkan  dengan  asumsi  shalat  dilakukan  pada awal waktu, yaitu begitu azan dikumandangkan karena memang begitulah keutamaan shalat.

2.   Selama 24 jam penuh di bumi ini selalu ada kelompok masyarakat  muslim yang sedang  melaksanakan shalat wajib secara  berkesinambungan. Apalagi bila  shalat  dilaksanakan secara berjamaah karena shalat berjamaah memang sangat ditekankan.  Ini disimpulkan  karena  walaupun keutamaan  shalat adalah pada awal waktu namun tidak mustahil dengan berbagai alasan ada sekelompok muslim yang melakukannya tidak  secara  demikian.

Dari hasil kajian diatas ditambah dengan asumsi bahwa Islam sejak  500-600 tahun  yang lalu telah  tersebar hampir  ke seluruh  penjuru dan  pelosok bumi, dari  jazirah  Arab hingga negri Cina, dari benua Australia hingga  ke  kutub  utara, dari Eropa  hingga Amerika  (baik karena menyebarnya ajaran Islam itu sendiri maupun karena tersebarnya  kaum  Muslimin yang  bekerja dan menuntut ilmu di berbagai  belahan bumi) maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya  bumi dengan dipimpin kaum Muslimin telah lama ikut melengkapi simphoni  zikir akbar  alam semesta. Sebuah simphoni zikir akbar yang telah dimulai  sejak terjadinya ’ Big Bang’ milyaran tahun yang lalu.

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Al-Fushilat (41):11).

Simphoni inilah yang merupakan ruh/inti  penggerak berputarnya sistim alam semesta, yaitu dengan membesarkan asma Allah, Sang Maha Cerdas Sang Pemilik Yang Maha Berkuasa atas segala yang ada dilangit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Subhanallah.

“Hai  orang-orang  yang beriman, sukakah  kamu Aku tunjukkan  suatu   perniagaan  yang   dapat  menyelamatkan   kamu  dari  azab  yang  pedih? (yaitu) kamu  beriman  kepada Allah  dan  Rasul-Nya  dan   berjihad   di jalan  Allah   dengan  harta   dan   jiwamu.  ……………..”. (QS.Ash-Shaff(61):10-11).

Hampir semua manusia dimanapun berada, pada umumnya akan tergiur bila ditawari transaksi jual beli dengan jumlah keuntungan yang besar. Allah swt sebagai pemilik manusia dan jiwanya, tentu saja mengetahui hal ini. Oleh sebab itulah  Allah  menawarkan hal tersebut kepada manusia. Allah swt menawarkan suatu perniagaan yang pasti menguntungkan bagi siapa yang mau bertransaksi  dengan-Nya yaitu  dengan menukar atau menjual jiwa dan harta para mu’min dengan surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Ini adalah sebuah perniagaan terhormat menuju kebahagiaan hakiki yang sungguh tinggi nilainya.

“Maka  bergembiralah  dengan jual beli  yang  telah  kamu lakukan  itu, dan  itulah  kemenangan  yang  besar.  Mereka  itu adalah  orang-orang  yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat  ma`ruf  dan  mencegah  berbuat  mungkar  dan  yang  memelihara  hukum-hukum  Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu’min itu”. (QS.At-Taubah (9:111-112).

Perniagaan dan jual beli ini juga berlaku bagi orang-orang yang melakukan kesalahan namun segera bertaubat begitu menyadari kesalahannya. Juga bagi orang yang selalu mengingat kebesaran Penciptanya dengan banyak melakukan shalat, mengerjakan kebaikan dan mencegah kejahatan. Sungguh beruntung manusia yang mau bersegera mengambil penawaran istimewa tersebut.

Namun sayang, tidak banyak orang yang menyadari hal ini karena pandangan manusia yang terlalu silau dan hanya sibuk oleh kekayaan duniawi. Padahal kekayaan akhirat jauh lebih berharga daripada kekayaan duniawi. Mereka adalah orang-orang yang merugi. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai ilmu yang bermanfaat hingga mudah disesatkan oleh bisikan syaitan dan sibuk menuruti hawa nafsu keserakahan duniawi yang sebenarnya hanya sesaat.

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah  mereka  mendapat  petunjuk. Perumpamaan  mereka adalah  sepertiorang  yang  menyalakan  api,  maka   setelah  api itu menerangi sekelilingnya Allah  hilangkan cahaya   (yang menyinari)  mereka,  dan  membiarkan  mereka  dalam  kegelapan, tidak  dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka  tidaklah mereka  akan kembali  (ke jalan  yang  benar)  atau   seperti   (orang-orang   yang  ditimpa)   hujan  lebat  dari   langit   disertai  gelap  gulita,   guruh dan kilat;  mereka  menyumbat   telinganya  dengan  anak  jarinya,  karena  (mendengar  suara)   petir,   sebab   takut   akan mati. Dan Allah  meliputi  orang-orang  yang  kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihata   mereka. Setiap   kali    kilat  itu   menyinari   mereka,   mereka   berjalan   di  bawah  sinar  itu,  dan  bila gelap  menimpa  mereka,  mereka   berhenti.Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.(QS.Al-Baqarah(2):16-20). 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama