“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”.(QS.Azd-Dzariyat(51):56).
Pada hakekatnya, tugas manusia di
bumi ini adalah untuk hanya menyembah kepada-Nya. Tugas
kekhalifahan yang dibebankan kepada manusia
sesungguhnya merupakan bentuk penyembahan kepada-Nya.
Segala sesuatu yang dikerjakan dalam rangka dan
hanya dikarenakan-Nya adalah ibadah. Ibadah inilah yang
nantinya akan diperhitungkan di hari akhir kelak, surga
atau neraka. Karena tempat kembali
memang hanya dua yaitu, surga atau neraka. Sebaliknya
segala perbuatan, walaupun perbuatan itu baik di mata manusia
pada umumnya sekalipun, bila niatnya tidak
karena-Nya, maka di akhirat kelak hal
tersebut tidak akan diperhitungkan.
Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata : Saya bertanya
kepada Rasulullah saw, “Dosa apakah yang paling besar?”. Beliau
bersabda:”Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang
menciptakanmu”. Aku bertanya lagi : “Kemudian apa?”. Beliau bersabda :”Engkau membunuh
anakmu karena takut ia akan makan bersamamu”. Aku bertanya lagi :”Kemudian
apa?”. Beliau bersabda: ”Engkau berzina dengan istri tetanggamu”.
Bahkan perbuatan seperti shalat, zakat dan puasa bila
tidak disebabkan oleh-Nya maka akan menjadi sia-sia belaka. Ibadah apapun yang
dilakukan karena keterpaksaan tidak memiliki arti dalam pandangan Allah SWT.
Yang diinginkan-Nya hanyalah keikhlasan dan ketulusan. Jadi sesungguhnya kunci
ibadah adalah hati, karena hanya di hati adanya niat.
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya”.(QS.Al-Maa’un(107):4-6).
Rasulullah bersabda :”Barangsiapa
yang mencintai karena Allah SWT, membenci karena Allah
SWT,memberi karena Allah SWT dan melarang karena Allah SWT maka
ia telah mencapai kesempurnaan Iman”.
Manusia adalah mahluk yang lemah. Ia
cenderung bersifat tergesa-gesa, tidak sabar dan ingin
selalu senang dalam hidup. Padahal kenyataan
membuktikan bahwa tidak selalu yang diusahakan dan diinginkannya
past i akan terwujud. Namun dengan adanya kesadaran
bahwa ia diciptakan di dunia ini untuk waktu yang
tidak kekal, hanya sementara dan bahwa hidup di dunia adalah
ujian untuk memasuki tahap selanjutnya ke kehidupan
akhirat yang lebih kekal, ia akan menjadi sabar
dan hidupnyapun akan lebih tenang. Ia menyadari
dengan melakukan hubungan secara langsung kepada Tuhannya yaitu
dengan melaksanakan shalat dan berzikir, ia akan mendapatkan pertolongan.
Dengan shalat ia dapat berkeluh-kesah, mengadukan segala kesulitan maupun
segala keinginannya.
“ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (ni`mat)–Ku”.(QS.Al-Baqarah(2):152).
Ia yakin hanya kepada-Nya saja ia dapat memohon
pertolongan dan juga ampunan apabila ia khilaf. Ia memohon ridho dari-Nya agar
ia dapat melalui kehidupan dunianya dengan sabar. Ia sadar bahwa segala
kebaikan dan keburukan adalah dari-Nya, hanya Dia sendiri, tidak ada yang
disamping-Nya. Demikian pula segala kesembuhan dari segala penyakit dan
kesusahan. Dokter, obat, ramuan maupun apapun yang lain hanya dapat
menyembuhkan bila Dia berkehendak, bila Dia mengizinkannya. Semua berada
dibawah kekuasaan-Nya.
“Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping
Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan
(Allah)”.QS.Al-Isra’a(17):22).
Dan Allah SWT mengetahui apa yang yang ada didalam
hati bahkan secuil keraguan yang muncul dari dalamnya, keyakinan bahwa ada
sesuatu yang lain yang menyembuhkan, yang membuatnya bebas dari penderitaan,
yang mana hal tersebut bakal menyeretnya kedalam kesyirikan. Suatu hal yang
benar-benar dibenci-Nya. Maka bila hal ini terjadi sebaiknya bersegeralah
menuju pengampunan karena Dia Maha Pengampun bila kita mau segera bertaubat dan
tidak mengulanginya lagi.
Bila kita amati ayat-ayat Al-Quran dengan lebih
seksama, perintah dzikir yang berarti ‘mengingat nama Allah’adalah sebuah
perintah yang paling banyak dan paling sering diulang. Begitu pula perintah
shalat. Karena shalat sesungguhnya adalah puncak dari prosesi dzikir yang
bertujuan membesarkan dan mengagungkan nama Allah sebagai Sang Khalik, Yang
Maha Agung. Hal ini menunjukkan betapa tinggi dan pentingnya kedudukan shalat.
Disamping itu, sebagaimana telah dijelaskan pada bab mengenai shalat, shalat
adalah satu-satunya perintah yang diterima Rasulullah Muhammad saw langsung
dari Sang Khalik di singgasana-Nya di Arsy’.
Masih berkenaan dengan shalat. Berdasarkan kajian
jadwal waktu shalat di 403 kota dari 203 negara di dunia dimana didalamnya
terdapat masyarakat muslim (baik mayoritas maupun minoritas),
yang dilakukan sejumlah cendekiawan muslim, ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Setidaknya ¼ bagian waktu dalam
1 hari, atau sekitar 6 jam dalam 1 hari 1 malam ada sebagian
penduduk bumi yang melaksanakan shalat subuh,
zuhur, ashar, magrib dan isya dalam waktu yang bersamaan secara serentak. Hal
ini disimpulkan dengan asumsi shalat dilakukan
pada awal waktu, yaitu begitu azan dikumandangkan karena memang begitulah
keutamaan shalat.
2. Selama 24 jam penuh di bumi ini selalu ada
kelompok masyarakat muslim yang sedang melaksanakan shalat wajib
secara berkesinambungan. Apalagi bila shalat dilaksanakan
secara berjamaah karena shalat berjamaah memang sangat ditekankan. Ini
disimpulkan karena walaupun keutamaan shalat adalah pada awal
waktu namun tidak mustahil dengan berbagai alasan ada sekelompok muslim yang
melakukannya tidak secara demikian.
Dari hasil kajian diatas ditambah dengan asumsi bahwa
Islam sejak 500-600 tahun yang lalu telah tersebar hampir
ke seluruh penjuru dan pelosok bumi, dari jazirah
Arab hingga negri Cina, dari benua Australia hingga ke kutub
utara, dari Eropa hingga Amerika (baik karena menyebarnya
ajaran Islam itu sendiri maupun karena tersebarnya kaum Muslimin
yang bekerja dan menuntut ilmu di berbagai belahan bumi) maka dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya bumi dengan dipimpin kaum Muslimin telah
lama ikut melengkapi simphoni zikir akbar alam semesta. Sebuah
simphoni zikir akbar yang telah dimulai sejak terjadinya ’ Big
Bang’ milyaran tahun yang lalu.
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Al-Fushilat (41):11).
Simphoni inilah yang merupakan ruh/inti
penggerak berputarnya sistim alam semesta, yaitu dengan membesarkan asma Allah,
Sang Maha Cerdas Sang Pemilik Yang Maha Berkuasa atas segala yang ada dilangit,
bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Subhanallah.
“Hai orang-orang yang beriman,
sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab
yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu.
……………..”. (QS.Ash-Shaff(61):10-11).
Hampir semua manusia dimanapun berada, pada umumnya akan
tergiur bila ditawari transaksi jual beli dengan jumlah keuntungan yang besar.
Allah swt sebagai pemilik manusia dan jiwanya, tentu saja mengetahui hal ini.
Oleh sebab itulah Allah menawarkan hal tersebut kepada manusia.
Allah swt menawarkan suatu perniagaan yang pasti menguntungkan bagi siapa yang
mau bertransaksi dengan-Nya yaitu dengan menukar atau menjual jiwa
dan harta para mu’min dengan surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Ini
adalah sebuah perniagaan terhormat menuju kebahagiaan hakiki yang sungguh
tinggi nilainya.
“Maka bergembiralah dengan jual beli
yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar. Mereka itu adalah
orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji
(Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang menyuruh berbuat
ma`ruf dan mencegah berbuat mungkar dan
yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan
gembirakanlah orang-orang mu’min itu”. (QS.At-Taubah (9:111-112).
Perniagaan dan jual beli ini juga berlaku bagi
orang-orang yang melakukan kesalahan namun segera bertaubat begitu menyadari
kesalahannya. Juga bagi orang yang selalu mengingat kebesaran Penciptanya
dengan banyak melakukan shalat, mengerjakan kebaikan dan mencegah kejahatan.
Sungguh beruntung manusia yang mau bersegera mengambil penawaran istimewa
tersebut.
Namun sayang, tidak banyak orang yang menyadari hal
ini karena pandangan manusia yang terlalu silau dan hanya sibuk oleh kekayaan
duniawi. Padahal kekayaan akhirat jauh lebih berharga daripada kekayaan
duniawi. Mereka adalah orang-orang yang merugi. Mereka adalah orang-orang yang
tidak mempunyai ilmu yang bermanfaat hingga mudah disesatkan oleh bisikan
syaitan dan sibuk menuruti hawa nafsu keserakahan duniawi yang sebenarnya hanya
sesaat.
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Perumpamaan mereka adalah sepertiorang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihata mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.(QS.Al-Baqarah(2):16-20).