Rasulullah
bersabda: “Keimanan itu ialah engkau akan percaya (beriman) pada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat dan
engkau akan percaya kepada takdir baik dan buruk dari pada-Nya.”(HR. Muslim).
“Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS.An-Nisaa’(4):136).
Perumpamaan
orang yang memiliki keimanan yang kuat adalah bagaikan sebuah pohon yang
kokoh nan tegar, dimana akar-akarnya mencengkeram kuat jauh
kedalam tanah, demikian pula batang, dahan dan
rantingnya yang banyak dan kuat, daunnya rindang sedangkan buahnya
memberi manfaat yang banyak serta bunganyapun
harum dan sedap untuk dipandang mata.
Pohon yang seperti inilah yang layak untuk
dijadikan tempat berteduh dan mencari ketenangan.
Ia kuat dan tahan akan berbagai hantaman yang menerpanya.
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat.. Dan perumpamaan kalimat
yang buruk seperti pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan
bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun;….…”.(QS.Ibrahim(14):24-27).
Sebaliknya
orang yang lemah imannya adalah bagaikan pohon yang
tidak memiliki akar, mudah patah, rusak dan
ambruk, tidak memberi manfaat lagipula tidak sedap dipandang mata.
Dengan
demikian keimanan tidak sebatas hanya pada
tahap pengenalan saja namun lebih pentin g lagi
pengamalannya. Karena Iman itu adalah bersatunya antara ucapan
(lisan), hati (meyakini) dan melaksanakannya
(perbuatan).
Rasulullah
bersabda : “Iman seorang mukmin yang paling sempurna adalah yang
paling sempurna akhlaknya”.
Orang-orang
yang beriman adalah mereka yang ketika menemui perkara atau
kesulitan mau tunduk atas apa yang diputuskan para rasul dan
utusan-Nya.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya”.(QS.An-Nisa (4):65).
Sebaliknya
amal orang yang tidak beriman samasekali tidak berguna dikarenakan apa yang
mereka kerjakan itu tidak mendapatkan ridho’-Nya karena merekapun mengerjakan
amal mereka itu tidak disebabkan oleh-Nya.
“Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah
laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya
(ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti
gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi
oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita
yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”.(QS.An-Nuur(24):39-40).
Rasulullah
bersabda :”Barangsiapa yang mencintai karena Allah SWT, membenci
karena Allah SWT, memberi karena Allah SWT dan melarang karena
Allah SWT maka ia telah mencapaikesempurnaan Iman”.
Oleh
sebab itu seorang yang telah sempurna imannya akan terlihat dari sikapnya, ia
memiliki keberanian, ketenangan dan rasa percaya diri yang tinggi dalam
menjalani kehidupan. Rasa optimis melekat erat dalam dirinya sebaliknya rasa
pesimis hilang dari dirinya.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”.(QS.Al-Anfal(8):2-3).
1.
Iman kepada Allah.
“Dan
ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan
kamu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`ati”. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati
(mu)”.(QS.Al-Maidah(5):7).
Keimanan
ini yang mula-mula harus ditanamkan kuat di dalam hati seorang manusia.
Keimanan berdasarkan aqidah Tauhid, Tuhan yang Esa,”Tiada Tuhan yang patut
disembah melainkan Allah”. Itulah ciri utama orang beriman atau mukminin. Ia
percaya sepenuhnya akan adanya Tuhan, Allah Azza wa Jalla yang selalu siap
membantunya bila manusia mau meminta dan memohon.
“Dan
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam
penciptaan
langit
dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di
laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, danpengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan”. (QS.Al-Baqarah(2):163-164).
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.(QS.Al-Fushilat(41):30).
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.
(QS.Ar-Raad (13):28).
Sebagaimana
telah diterangkan pada bab “Mengenal Sang Pencipta melalui ayat-ayat Al-Quran”
hanya orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya saja yang tidak mau dan
tidak sanggup mengimani keberadaan Tuhan Yang Satu, Allah SWT, walaupun
tanda-tanda dan bukti-bukti begitu terang didepan mata mereka.
“maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnyabukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada”.(QS.Al-Hajj(22):46).
Sesungguhnya
bahkan sebagian besar para Rasulpun tidak begitu saja langsung mengimani
keberadaan Allah SWT, melainkan
dengan
jalan berpikir dan merenungi berbagai kejadian demi kejadian, peristiwa demi
peristiwa yang terjadi dimuka bumi ini. Hingga akhirnya Dia ridho memberikan
hidayah dan petunjuk-Nya kepada kebenaran yang sebenar-benarnya, kebenaran yang
hakiki.
“Dan
demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu
termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah
Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia
berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan
aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan”.(QS.Al-An’am(6):75-79).
Keyakinan
akan keberadaan Allah SWT inilah sesungguhnya yang menjadi pintu gerbang menuju
kebenaran. Dan kemudian dengan ridho’Nya semata akan ditunjuki-Nya jalan yang
lurus.
2.
Iman kepada para Malaikat.
Malaikat
adalah mahluk ghaib ciptaan Allah SWT. Mereka adalah para utusan yang
senantiasa tunduk dan patuh atas perintah-Nya, yang senantiasa bertasbih,
memuji dan mensucikan-Nya.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “……”. Mereka berkata: “……
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?”(QS.Al-Baqarah(2):30).
Allah
SWT menciptakan manusia dari tanah, syaitan dari api sedangkan malaikat dari
cahaya. Perbedaan inilah yang menjadikan syaitan tidak mau menurut kepada apa
yang diperintahkan Allah SWT. Namun tidak demikian dengan malaikat. Hal itu
tidak menjadikan alasan bagi para malaikat untuk menolak perintah-Nya.
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami
katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”;
maka merekapun bersujud……”.(QS.Al-A’raaf(7):11).
Masing-masing
malaikat memiliki tugas sendiri-sendiri dan mereka ini ada yang memiliki dua,
tiga dan ada yang memiliki empat sayap. Bahkan Jibril dikabarkan memiliki 600
sayap !
“Segala
puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap,
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat ……”.(QS.Faathir(35):1).
Jibril
adalah salah satu dari para malaikat. Ialah yang bertugas menyampaikan wahyu
dari Allah SWT kepada para utusan-Nya.
“Katakanlah:
Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman”.(QS.Al-Baqarah(2):97).
“Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu
yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha”.(QS.An-Najm (53):13-14).
“Dan
(ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai
Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu”. (QS.Ali
Imraan(3):42).
Masing-masing
malaikat mengemban tugas masing-masing dan memiliki namanya masing-masing pula.
Diantaranya yaitu, Rakib dan Atid bertugas mencatat amal baik dan buruk
seseorang,
“………,
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua
orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan
yang lain duduk di sebelah kiri”.(QS.Al-Ahqaaf(50):16-17).
Ridwan
menjaga surga, Malik bertugas menjaga neraka.
“Mereka
berseru: “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab:
“Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”.(QS.Al-Zukhruf(43):-77).
“Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri
sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?”. Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri
(Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu
dapat berhijrah di bumi itu?”.(QS.An-Nisa’(4):97).
“…Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu………”. (QS.Al-An’am(6):93).
Malaikat-malaikat
ini atas perintah-Nya selalu menjaga dan mendampingi manusia. Maka barangsiapa tidak
mau meyakini adanya para malaikat mereka adalah kafir.
“Barangsiapa
yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah
musuh orang-orang kafir”. (QS.Al-Baqarah(2):98).
3.
Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.
Seorang
yang beriman adalah mereka yang juga meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan
kitab-kitab kepada para Rasul selaku utusan-Nya. Sebelum Al-Quranul Karim Allah
SWT telah menurunkan kitab Zabur kepada Daud as, Taurat kepada Musa as dan
Injil kepada Isa as.
“Dan
Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”(QS.Al-Maidah(5):48).
“Katakanlah
(hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya”.(QS.Al-Baqarah(2):136).
Namun
sayangnya kitab-kitab tersebut telah diubah-ubah sehingga tidak lagi seperti
aslinya.
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang
telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di
antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka
mengetahui”. (QS.Al-Baqarah(2):146).
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil
janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu
menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.”
Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan
mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka
terima”.(QS.Ali Imran(3):187).
“Wahai
Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa
putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”.(QS.An-Nisa’(4):171)
Allah
SWT telah memperingatkan hal tersebut melalui sabda-Nya yang tertuang dalam
kitab terakhir, Al-Quran, namun bila ternyata saat ini masih banyak manusia
yang enggan mempercayai-Nya dan tetap meneruskan keyakinan yang sesat tersebut,
Allah SWT berlepas tangan atas mereka.
“Al
Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi
siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus”.(QS(At-Takwiir(81):27-28).
4.
Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.
Sebagai
salah satu tanda kasih sayang-Nya, Allah SWT berkehendak menurunkan para
utusan. Utusan-utusan tersebut adalah orang-orang yang amat tinggi
ketakwaannya, mereka adalah hamba-hamba pilihan yang diutus untuk mengingatkan
dan mengajarkan kebenaran sejati agar manusia tidak tersesat.
“Mereka itu
adalah orang-orang yang telah diberi ni`mat oleh Allah, yaitu para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama
Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat
Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud
dan menangis”.(QS.Maryam(19):58).
Dari
Abu Dzarr : “Saya berkata, ”Wahai Rasulullah, berapa jumlah para nabi?”.
Rasulullah menjawab, “Seratus dua puluh empat ribu”. Saya berkata, “Lalu
berapa jumlah rasul dari antara mereka itu?”. Rasulullah
menjawab,“Tiga ratus lima belas, jumlah yang banyak”. Saya katakan,
“Siapa rasul pertamadiantara mereka ?”. Rasululah menjawab, “Adam”.
Namun
di dalam Al-Quran itu sendiri, Allah SWT hanya menceritakan 25 diantara para
Rasul-Nya. Para Rasul ini mengajarkan agar manusia pandai bersyukur atas nikmat
yang telah dilimpahkan kepada mereka. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan yang
sebenarnya dan yang patut disembah hanya satu yaitu Allah SWT, inilah ajaran
Tauhid. Dan kita wajib mengimani para Rasul tersebut tanpa kecuali dan
membeda-bedakannya.
“…(Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain)
dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami
ta`at”……”.(QS.Al-Baqarah(2):285).
Walaupun
para Rasul ini pada dasarnya membawa ajaran yang sebenarnya sama namun dalam
syariatnya belum tentu demikian. Masing-masing memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.
Nabi Yusuf, nabi Musa, nabi Daud, nabi Sulaiman dan nabi Isa as misalnya,
mereka diutus untuk menyampaikan ajaran khusus kepada bani Israel.
“Dan
Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat
itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku”.(QS.Al-Isra’(17):2).
Sebaliknya
nabi Muhammad SAW, beliau diutus untuk menyampaikan ajaran kepada seluruh umat
manusia.
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”.(QS.Al-Anbiyya(21):107).
“(Dan
ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab
(Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS.Al-Nahl(16):89).
Beliau
adalah seorang nabi penutup, nabi terakhir dari seluruh rangkaian nabi dan
Rasul. Tidak akan ada lagi nabi sesudah itu.
”
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalahRasulullah dan penutup nabi-nabi”.(QS.Al-Ahzab(33):40).
Rasulullah
bersabda : “Perumpamaanku dan seluruh nabi-nabi lainnya adalah seperti
seorang yang mendirikan bangunan. ia telah memperbaiki dan memperindah bangunan
itu seluruhnya kecuali hanyasebuah batu yang belum terpasang disalah satu sudut
bangunan itu, maka orang-orang mengelilingi dan mengagumi bangunan seraya
berkomentar :”Alangkah baiknya kalau batu bata itu diletakkan diletakkan
ditempat yang kosong itu”. Akulah batu bata itu dan akulah penutup
nabi-nabi itu”.
5.
Iman kepada Hari Akhir.
“Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang
yang mendustakan hari pembalasan. Dan tidak ada yang mendustakan hari
pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa, yang
apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan
orang-orang yang dahulu”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang
selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya
mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.
Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian,
dikatakan (kepada mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kamu
dustakan”.(QS.Muthaffiffin(83):10-17).
Orang
beriman meyakini bahwa suatu saat nanti akan datang suatu hari dimana manusia
harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah dikerjakannya selama hidup
didunia. Itulah hari Kiamat, hari Pembalasan, hari dimana dihitung dan
ditimbang mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk.
“Maka apabila
sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan
gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari
itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari
itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru
langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas
(kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada
sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi
Allah)”.(QS.Al-Haaqqah(69):13-18).
“Tahukah
kamu apakah hari Kiamat itu?Pada hari itu manusia seperti anai-anai
yang bertebaran dan gunung-gunung seperti bulu yang
dihambur-hamburkan ”.(QS.Al-Qariah(101):3-5).
“Apabila bumi
digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya dan manusia bertanya:
“Mengapa bumi (jadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu)
kepadanya”. (QS.Al-Zalzalah(99):1-5).
Begitu
banyak ayat yang menerangkan keadaan pada Hari Kiamat nanti. Dimulai dengan
ditiupnya sangkakala, maka mati dan binasa semua yang berada di langit maupun
di bumi. Kemudian terdengar sekali lagi sangkakala yang ditiup, kemudian semua
manusia yang telah mati akan dibangunkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan
apa yang mereka telah lakukan di bumi ini.
“Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam,
supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,niscayadia
akan melihat (balasan) nya pula”.(QS.Al-Zalzalah(99):6-8).
“Dan ditiuplah
sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali
siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing)”. (QS.Az-Zumar(39):68).
“Kamu
sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran,
penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui
kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan”. (QS.Al-Fushshilat(41):22).
Maka
pada saat itu tejadi pengadilan akhirat. Tiada sedikitpun mereka didzalimi
karena masing-masing bersaksi atas diri mereka sendiri. Tiada sedikitpun yang
terlewati melainkan semua amal perbuatan akan diperlihatkan. Mereka bagaikan
melihat rekaman kejadian sepanjang hidup mereka. Dan balasan bagi mereka yang
berat timbangan amalnya adalah surga sedangkan yang berat timbangan kejahatan
baginya neraka jahanam. Dan Dialah Sang Hakim Agung Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Pengampun yang berhak menentukan keputusan yang sebaik-baiknya. Dan
Rasulullah Muhammad SAW berkenan memberikan syafaat bagi umat yang mencintainya
dan dicintainya.
“Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia
berada dalam kehidupan yang memuaskan.Dan adapun orang-orang
yang ringan timbangan(kebaikannya), maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah
itu?(Yaitu)api yang sangat panas”. (QS.Al-Qariah(101):6-11).
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS.Ali Imraan (3):185).
Rasulullah
bersabda : “Pertama kali yang akan diadili diantara manusia pada hari
Kiamat ialah tentang perkara pembunuhan”.(HR Bukhari-Muslim).
Suatu
saat, ketika para sahabat sedang berkumpul dan berbicang perihal hari Kiamat,
datanglah Rasulullah. Segera mereka menanyakan hal tersebut, maka Rasulullahpun
bersabda : “Tidak akan terjadi hari Kiamat sehingga kalian
melihat sepuluh tanda : Terbit Matahari dari arah Barat, kabut,
Binatang melata, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya Isa putra Maryam,
Dajjal dan tiga gerhana : gerhana di timur, di Barat, dan di jazirah Arab
dan api yang keluar dari jurang Adn yang akan menggiring manusia atau
mengumpulkan manusia. Api itu akan menginap bersama mereka di manapun mereka
menginap dan akan beristirahat siang dengan mereka tatkala mereka tidur siang”.
“Tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi
mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit
membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia.Inilah azab yang
pedih”.(QS.Ad-Dukhan(44):8-11).
Apakah
yang dimaksud dengan kabut yang nyata , yang menyelimuti manusia dalam ayat
diatas?
Sebagaimana
kita ketahui 2 tahun terakhir ini Indonesia mendapat gelar baru , yaitu
negara ’pengexport asap’terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan asap
kebakaran hutan yang sering kali terjadi terutama di pulau Kalimantan dan
Sumatra, bahkan tahun ini pulau Jawa tidak
mau ‘ketinggalan’ menyumbangkan asapnya. Negara tetangga telah
beberapa kali menyatakan perasaan kecewanya terhadap hal ini. Namun kebiasaan
dan kelakuan buruk membuka lahan dengan cara membakar hutan ini terus saja
diteruskan. Jelas hal ini sangat mengganggu bukan saja masyarakat negara
tetangga namun juga bagi kita sendiri. Asap ini demikian hebatnya hingga
mengganggu pernapasan dan pandangan. Rupanya asap tebal ini tidak hanya terjadi
di negara kita walaupun dengan cara yang berbeda. Hutan di berbagai negara
seperti di Italia, Australia dan Amerika baru-baru ini juga mengalami kebakaran
hebat disebabkan iklim panas yang berlebihan.
”Apabila
matahari digulung,apabila bintang-bintang berjatuhan dan apabila gunung-gunung
dihancurkan”;”dan apabila lautan dipanaskan”.(QS.At-Takwiir(81):1-3,6)
Tentu
saja kebakaran ini mengakibatkan asap dan kabut yang bila difoto dari udara
bagaikan kabut tebal yang menyelimuti bumi. Belum lagi buangan CO2, sumbangan
dari berbagai pabrik dan berbagai kendaraan di jalanan sebagai akibat kemacetan
yang sungguh luar-biasa. The British Antartic Survey (BAS) menyatakan bahwa
karbondioksida di atmosfir ternyata meningkat 35 persen lebih banyak dibanding
tahun 1990. Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, didapati hampir 10
milyar ton karbon menutupi permukaan bumi!
lnikah
yang dimaksud satu dari tanda-tanda kiamat dalam ayat dan hadis diatas? Namun
sebagian mufassir mengatakan bahwa yang dimaksud kabut dalam ayat diatas adalah
kabut yang disebabkan jatuhnya meteor menjelang akhir zaman nanti. Kabut yang
akan menyebabkan terhalangnya matahari, yang menyebabkan berbagai penyakit dan
menjadi penyebab mutilasi hingga akhirnya memunculkan ’wajah
asli’ Sang Dajjal. Boris Shustov, direktur Institut Astronomi Rusia,
pada forum internasional mengenai luar angkasa yang diselenggarakan pada
1/10/2007 lalu mengemukakan bahwa asteroid Apophis yang diperkirakan akan
melintasi orbit Bumi pada 2029 dengan jarak 27 ribu kilometer berpotensi
menghantam Bumi!
”Apabila
langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan dan
apabila lautan dijadikan meluap”.(QS.Al-Infithaar (82):2-3).
Dan
beberapa waktu yang lalu sebagian penduduk Jakarta memang telah mengalami
banjir yang disebabkan meluapnya laut di utara kota tersebut! Mungkinkah
berbagai penyebab diatas telah membuat manusia menggali ‘kubangnya’ sendiri
hingga mempercepat datangnya hari yang maha dasyat tersebut ? Wallahu’alam.
6.
Iman kepada Takdir.
Kemudian
yang terakhir, sebagai orang beriman, ia pasrahkan segala sesuatu kepada-Nya,
tentu saja setelah ia berusaha keras mencapai apa yang diinginkannya. Itulah
takdir dari Tuhannya sebagai ketetapan yang merupakan hak mutlak Sang Maha
Khalik.
Katakanlah:
“Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir)
Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau
menghendaki rahmat untuk dirimu?” .(QS.Al-Ahzab(33):17).
Takdir
adalah segala sesuatu yang telah terjadi dengan ridho Allah SWT. Namun yang
kemudian kerap menjadi pertanyaan adalah kapan takdir itu ditetapkan, sebelum
atau sesudah penciptaan. Pendapat yang mengatakan bahwa takdir telah ditetapkan
jauh sebelum manusia diciptakan atau faham Qadariyah adalah berdasarkan ayat
berikut:
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula)pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”. (QS. Al
Hadid(57):22).
Akan
tetapi ada pula sebagian pendapat yang mengatakan bahwa takdir dijatuhkan
setelah manusia berusaha atau faham Jabariyah. Mereka menyatakan ini
berdasarkan salah satunya dari ayat berikut :
“….
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…. ”. (QS. Ar
Ra’d(13):11)
Dalam
hal ini penulis lebih condong dan berpegang pada ayat (57:22) tetapi tentu saja
tanpa mengabaikan adanya ayat2 lain termasuk ayat 13:11 diatas. Namun takdir
tersebut tidak sesederhana yang kita bayangkan. Misalnya bahwa si A ditakdirkan
lahir sebagai orang miskin atau si B telah ditakdirkan meninggal karena bunuh
diri atau karena bencana alam dsb. Alangkah naifnya Allah bila ia menciptakan
takdir sesederhana itu.
Bahkan
pada permainan atau game seperti playstation atau komputer saja, si pembuat
game mampu menciptakan permainan yang rumit yang memerlukan ketrampilan dan
kecekatan si pemain bila ia menginginkan hasil yang memuaskan. Atau ambil
contoh lain, sebagai ilustrasi, bayangkan kita sedang berada di dalam sebuah
labirin. Untuk dapat keluar dari labirin tersebut, tidak ada jalan lain kecuali
harus mencoba melalui segala jalan. Hal tersulit adalah pada saat kita
menjumpai suatu persimpangan, dimana kita harus memutuskan untuk terus, belok
kiri atau kanan tanpa mengetahui apa yang ada dihadapan kita. Dan bila ternyata
jalan tersebut buntu kita harus kembali ke persimpangan terdekat dan kembali
harus mencoba menempuh jalan lain.
Demikian
pula perumpamaan takdir kehidupan. Takdir telah Allah persiapkan jauh sebelum
kita dilahirkan ke muka bumi. Takdir diciptakan dalam sebuah rangkaian sejumlah
program rumit yang disimpan dalam bentuk ‘chip’ bagaikan ‘chip’ dalam
komputer, yang akan dibawanya serta ketika manusia dilahirkan. Setiap manusia
memiliki ‘chip’ masing2 yang berbeda satu sama lain. Ada yang rumit dan
ada pula yang sederhana. Semua atas kehendakNya.
“Dan
tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya(sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya ”. (QS. Al Israa’(17):13).
Nah,
dengan bekal ‘chip’ inilah manusia harus menjalani kehidupannya. Perbedaannya
dengan contoh diatas, dalam kehidupan kita tidak mungkin melangkah mundur. Roda
kehidupan terus berlanjut hingga waktu yang telah ditetapkan dan tak satupun
manusia mengetahui sampai kapan ia diberi kesempatan untuk menjalani hidupnya.
“Allah
berfirman: “…….Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat
mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah
ditentukan”. “Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu
kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”.
(QS.Al-Araaf(7):24-25).
Labirin
belum mencapai ‘finish’ selama hayat masih dikandung badan. Pada saat
ini manusia dituntut untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Manusia adalah
mahluk ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya. Ia diberi akal, pikiran dan
perasaan untuk dapat menentukan mana baik, mana buruk, mana yang disukai, mana
yang tidak disukainya.
Bila
dalam setiap permainan atau game komputer ataupun dalam pembuatan kendaraan
misalnya, si pembuat menyertakan buku panduan maka apalagi Allah, Sang Maha
Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang berada diantara
keduanya. Pada setiap zaman Ia menurunkan petunjuk melalui kitab-kitabNya.
Mungkin dapat kita bandingkan dengan adanya edisi 1,edisi2 pada setiap
peluncuran buku-buku terbitan baru, dimana kandungan edisi terbarunya selalu
lebih baik dan lebih sempurna, demikianlah dengan kitab-kitab Allah, kitab
terakhir menerangkan dan memberi penjelasan akan kitab sebelumnya. Semuanya itu
untuk kepentingan umatNya, umat yang amat dicintaiNya. Dengan bekal buku
petunjuk inilah manusia akan dapat menentukan langkahnya. Selalu ada
kemungkinan untuk berhasil ataupun gagal, tergantung pada usaha masing-masing.
Allah berfirman:
“Barangsiapa yang
berbuat sesuai dengan hidayah(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat
ituuntuk(keselamatan) dirinya sendiri;dan barangsiapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat bagi(kerugian) dirinya sendiri”. (QS. Al
Israa’(17):15).
Akan
tetapi yang perlu selalu diingat, kemungkinan-kemungkinan tersebut tetap berada
dalam kerangka program pada masing-masing ‘chip’ yang telah disiapkan olehNya
jauh sebelum ia dilahirkan. Oleh sebab itu tidaklah patut apabila seseorang
mengatakan bahwa keberhasilannya adalah semata karena usahanya. Sebaliknya
bahwa kegagalannya adalah karena ketidak-mampuannya semata.
“(Kami
jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa
yang luput dari kamu,dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”.(QS Al Hadid(57):23).
Keberadaan ‘chip’ ini
mungkin dapat pula kita bandingkan dengan ‘black-box’ pada pesawat
terbang. Namun bila Black-box hanya mampu merekam apa yang terjadi pada
saat-saat terakhir perjalanan didalam sebuah pesawat terbang, maka chip pada
diri manusia selain memiliki program ‘perjalanan hidup’ juga sekaligus
memiliki kemampuan merekam segala kejadian yang dilaluinya sejak ia dilahirkan
hingga kematiannya. Ia terus mendampinginya, merekam dan mencatat kejadian demi
kejadian, yang besar maupun yang kecil dan baru berhenti merekam begitu manusia
masuk kubur. Chip inilah yang akan memberikan kesaksian di hari Akhir
nanti. Maka tak seorangpun kelak mampu menyembunyikan ataupun menghindar dari
satu perkara betapapun kecil dan sepelenya suatu perkara.
“Dan
diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka
kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang
besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah
mereka kerjakan ada (tertulis) “.(QS.Al-Kahfi(18):49).
Chip ini
bahkan mampu merekam apa yang dibisikkan dalam hati.
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu)
ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir”.(QS.Qaaf(50):16-18).
Oleh
sebab itu dikatakan pada hari pembalasan nanti Yang Maha Kuasa akan
memperlihatkan kepada manusia segala amal perbuatannya.
“Pada hari itu manusia ke luar dari
kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supayadiperlihatkan kepada mereka
pekerjaan mereka. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya pula”.
(QS.Al-Zalzalah(99):7-8).
Bahkan
Ia berfirman setiap anggota tubuh dirinya mampu melihat catatan perbuatannya
sendiri. Cukup dirinya sendiri sebagai saksi, tidak ada kebohongan, kecurangan
maupun kelalaian didalamnya.
“Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai
penghisab terhadapmu.”(QS.Al-Israa’(17):14).
Tetapi
seperti apakah bentuk dan dimanakah chip ini disimpan? Karena
bukankah pada saat manusia mati jasadnya akan hancur menjadi tanah? Tak satupun
manusia mengetahuinya. Namun dalam dunia komputer adalah hal biasa
untuk mentransfer sejumlah data dari sebuah komputer ke pusat data
komputer lain ditempat yang berjauhan sebagaimana lazimnya orang
berkirim e-mail. Apakah pusat data tersebut adalah Kitab (Lauh Mahfuzh)
sebagaimana tersirat dalam surat Al-Hadid (57) ayat 22 diatas
? Wallahu’alam. Itu adalah rahasia Allah. Kita sebagai manusia hanya mampu
meyakini bahwa Ia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.Yang terpenting adalah niat
dan usaha kita, karena niat, usaha dan juga sikap akhir kita dalam menerima
ketetapan Allah inilah yang akan diperhitungkan kelak di akhirat. Karena
sesungguhnya dunia hanya permainan belaka sebagaimana firman Allah:
“Dan
apa saja yang diberikan kepada kamu maka itu adalah kenikmatan hidup
duniawi dan perhiasannya;sedang apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan
lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”.(QS Al Qashash(28):60).
“Dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya, dan
bahwasanyausahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya)”. (An
Najm(53):39-40).
Tetapi
kita juga tidak perlu terlalu khawatir akan ketetapan-ketetapan tersebut karena
Allah juga berfirman,
“Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya”. (QS Al Baqarah(2):286).
Oleh
sebab itu agar kita dapat melalui takdir terbaik kita, disamping harus memiliki
berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat(termasuk mengenal fenomena alam,
sebab dan akibatnya), kerja keras dalam pengamalan pengetahuan tersebut, kita
juga harus selalu memohon petunjukNya.
“Apabila
telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.(QS Al
Jumuah(62):10).
Dan
agar supaya Ia berkenan mengabulkan doa dan memberikan petunjukNya, maka sudah
sepatutnya bila kita wajib mengenalNya dengan baik, yaitu dengan cara
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya sesuai dengan apa
yang telah diajarkan dalam kitab dan sunah rasulNya.
Kemudian
apakah bencana, penyakit, kekurang-beruntungan kita dalam memperoleh rezeki
bahkan jodoh yang kurang bertanggung-jawab misalnya apakah itu semua adalah
suatu takdir? Semua yang telah terjadi sudah pasti adalah takdir. Akan tetapi
yang perlu dipertanyakan adalah apakah sebelum terjadinya hal-hal tersebut kita
telah berusaha menghindari dan mencegahnya dengan sungguh-sungguh? Bila tidak,
ada kemungkinan sebetulnya ada jalan lain, takdir yang lebih baik yang
memungkinkan kita terhindar dari takdir yang kurang menyenangkan tersebut. Akan
tetapi sekali lagi kita tidak perlu terlalu khawatir, karena Allah menciptakan
bumi dan langit dan segala isinya ini dengan penuh keseimbangan. Semua saling
mengisi dan saling membutuhkan sebagaimana halnya cara kerja tubuh manusia,
antara jantung, paru-paru, ginjal dsb yang masing-masing bekerja tetapi saling
tergantung satu sama lain.
“Dan
tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”.(QS Al Hijr(15):21).
Dapatkah
dibayangkan, bila didunia ini tidak ada seorangpun pekerja sampah, supir,
pelayan dsb, apa yang bakal terjadi?
“Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat,agar sebahagian
mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS Az Zukhruf(43):32).