I.5.Mengenal Sang Pencipta melalui pribadi Rasulullah, Muhammad saw.

 

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. (Terjemah QS.Al-Ahzab(33):21).

Sungguh beruntung kita, kaum Muslimin, karena Allah SWT telah menganugerahkan kita suatu buku petunjuk, yaitu Kitabullah, Al-Quranul-Karim. Kitab ini adalah kumpulan wahyu yang diturunkan Allah SWT dengan perantaraan malaikat Jibril selama kurang dari 23 tahun kepada nabi-Nya yang ummi, Muhammad SAW. Rasulullah ummi yaitu tidak mengenal dan tidak pernah belajar membaca dan menulis karena memang kondisi saat itu tidak begitu memerlukan kepandaian baca-tulis.

Namun demikian beliau adalah seorang yang amat bijaksana. Beliau adalah seorang yang dikenal luas sebagai seorang yang ber-akhlak mulia sejak jauh sebelum era kerasulan. Beliau adalah seorang yang amat bersahaja juga rendah hati. Sejak muda masyarakat sekitarnya telah sering menitipkan amanah kepada beliau karena mereka amat mempercayainya.

Menurut Ibnu Hisyam, salah seorang penulis kitab-klasik Shirah Nabawiyah ternama yang termasuk orang pertama yang menulis sejarah kehidupan Rasulullah yang hidup pada sekitar tahun 1100 M, Ka’bah sebelum zaman Islam telah mengalami pemugaran selama 4 kali. Pemugaran ke 4 terjadi ketika Rasulullah berusia 35 tahun. Ketika itu beliau belum diangkat menjadi rasul. Pada mulanya pemugaran berjalan lancar, masing-masing kelompok kabilah bekerja menurut pembagian tugas yang telah disepakati bersama. Demikian pula Rasulullah, beliau turut bekerja membantu paman beliau, Al Abbas bin Abdul–Mutthalib.

Namun setelah pemugaran sampai pada tahap peletakkan kembali batu Hajar Aswad terjadi perselisihan. Masing-masing kabilah merasa lebih berhak untuk melasanakan pekerjaan tersebut. Perselisihan berkembang menjadi pertikaian hingga nyaris terjadi pertumpahan darah. Hal ini terus memanas hingga berhari-hari. Beruntung akhirnya suasana mendingin setelah semua pihak mau berkumpul dan berembug. Diputuskan bahwa siapapun yang pertama kali memasuki pintu Ka’bah, ia berhak memutuskan perkara.

Tak lama kemudian, dalam suasana tegang tampak Rasulullah berjalan menuju pintu Ka’bah. Serentak merekapun berucap : “Nah, dialah Al-Amin (orang yang terpercaya), kita rela dan puas menerima keputusannya.!”. Kemudian setelah Rasulullah mengetahui duduk perkaranya, maka beliaupun meminta selembar kain, lalu setelah kain dihamparkan beliau meletakkan Hajar-Aswad ditengah-tengah kain tersebut. Kemudian beliau berujar :” Setiap kabilah hendaknya memegang pinggiran kain, lalu angkatlah bersama-sama!”. Setelah kain didekatkan ketempat penyimpanan Hajar-Aswad kemudian beliau mengangkat benda tersebut dan meletakkannya pada tempatnya. Dengan cara itu maka berakhirlah perselisihan dan semua pihak merasa puas.

Sifat amanah ini pula yang menjadi daya tarik utama bagi Siti Khadijah ra, istri sekaligus orang pertama yang mengakui ke-rasulan Nabi Muhammad SAW. Ketika itu Siti Khadijah ra sebagai seorang saudagar sedang memerlukan seseorang yang dapat dipercaya membawa barang dagangan untuk dibawa ke negeri Syam. Beliau memang telah lama mendengar bahwa ada seorang pemuda Mekah yang dijuluki Al-Amin.

Demikian pula halnya dengan Abu Bakar Sidik ra, sang Khulafaul Rashidin I. Sejak kecil Abu Bakar telah menjalin persahabatan dengan Muhammad kecil. Ia mengenalnya dengan amat baik. Itu sebabnya ketika sebagian besar orang Quraisy menyangsingkan kebenaran berita Rasulullah mengenai Isra’nya ke Yerusalem sekaligus Miraj’nya ke langit, Abu Bakar ra hanya berkomentar : “Bahkan yang lebih dasyat dari itupun aku pasti mempercayainya“. Ini merupakan sebuah tanda bahwa sejak kecil Muhammad SAW tidak pernah berbohong. Keimanan yang demikian tinggi ini pula yang menyebabkan Abu Bakar mendapat kedudukan yang tinggi, baik disisi Allah SWT maupun disisi Muhammad SAW. Rasulullah bersabda bahwa Abu Bakar adalah satu diantara sepuluh sahabat yang dijanjikan surga oleh Allah SWT.

Akhlak mulia tersebut tidak berubah sedikitpun walaupun beliau kemudian menjadi seorang pemimpin agung yang memiliki pengikut amat banyak dari berbagai kalangan dan lapisan. Anas bin Malik ra berkata: “Para sahabat yang akan berdiri menyambut kedatangan Rasululllah, tidak jadi berdiri ketika tahu bahwa Rasulullah tidak mau dihormati seperti itu”. Padahal bila beliau menghendaki apapun dapat beliau dapatkan.

“Demi Allah, wahai paman! sekiranya mereka letakkan matahari di sebelah kananku dan bulan disebelah kiriku dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agama Allah) sehingga ia tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini”.

Itu yang diucapkan Muhammad Rasulullah ketika Abu Thalib, sang paman yang selama itu senantiasa melindunginya, menganjurkan agar beliau mau menghentikan syi’ar karena sang paman merasa tak mampu terus menerus melindungi keponakan tercinta karena ia sendiri terus ditekan para pemuka Quraisy. Hal ini menunjukkan betapa kuat dan kokohnya pendirian dan ketakwaan beliau demi terus melanjutkan perintah Allah swt.

Beliau juga adalah seorang yang mudah berkomunikasi dengan siapapun, senantiasa berlaku sopan, lemah-lembut, sabar dan tidak pernah marah walau disakiti. Namun wajah beliau akan berubah merah padam bila melihat atau mendengar kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak dan dihina. Ali bin Abi Thalib RA berkata: “Rasulullah tidak pernah marah untuk hal duniawi. Beliau marah karena kebenaran. Tidak seorangpun yang mengetahui kemarahannya. Kemarahannya terhadap sesuatu pasti mendatangkan kemenangan baginya.”

Beliau juga suka dan mau mendengar dan menghargai pendapat orang lain walaupun pendapat itu datang dari bawahannya. Apalagi bila pendapat itu benar dan lebih baik dari pendapat beliau sendiri, beliau bersedia merubah dan mengikuti pendapat tersebut. Rasulullah memang selalu bermusyawarah dalam memutuskan suatu masalah. Beliau tidak suka memaksakan kehendak. Sebagai contoh, ketika dalam perang Uhud sesungguhnya Rasulullah lebih suka menanti musuh di dalam kota (Madinah) namun berhubung sebagian besar sahabat lebih menginginkan menyambut musuh diluar kota maka Rasulullahpun mengurungkan keinginannya tersebut.

Aisyah RA berujar : “Ahlak beliau (Rasulullah) adalah Al-Quran” (HR Abu Dawud dan Muslim).

Yang juga tak kalah pentingnya adalah kecintaan Rasulullah yang begitu besar terhadap umatnya. Pada tahun ke 10 kenabian, Rasulullah pergi berdakwah menuju kota Thaif, sebuah kota di atas bukit tidak berapa jauh dari Mekah. Namun dakwah beliau tidak disambut dengan baik. Beliau bahkan dilempari batu sehingga Rasulullah terpaksa meninggalkan kota tersebut dengan rasa sedih yang amat sangat dan bersembunyi di suatu tempat di Qarn Al-Manazil, kurang lebih 10 km dari Mekah. Ketika itu datanglah malaikat Jibril dan mengabarkan bahwa Allah SWT telah mengutus malaikat gunung guna mengabulkan apa yang dikehendaki Rasulullah.

Wahai Muhammad, katakan apa yang kau mau. Jika engkau mau, akan aku timpakan kepada mereka Al-Akhsyabain (yakni gunung Abu Qubais dan gunung Qu’ayqa’an)”. Namun apa jawab Rasulullah ? “Aku justru berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka anak keturunan mereka yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun”.

Demikian pula ketika Rasulullah SAW tengah menghadapi sakratul maut 12 tahun kemudian. Beliau sempat bergumam: “Ummahku … ummahku … ingatlah yang menyebabkan durhakanya umat Yahudi adalah kaum perempuannya ”. Hal ini menggambarkan betapa Rasulullah amat peduli dan senantiasa memikirkan kelanjutan nasib umatnya. Beliau begitu khawatir jikalau umatnya kelak tersesat padahal beliau sendiri tengah dalam keadaan sakit keras. Begitu besarnya rasa cinta, kasih dan tanggung-jawab beliau terhadap kita, umat Islam.

Berikut pendapat sejumlah orang besar Barat mengenai Rasulullah saw :

1. Napoleon Bonaparte (Napoleon I), pendiri Empirium Perancis (1769-1821 M).

“Musa telah menerangkan adanya Tuhan kepada bangsanya, Yesus kepada dunia Romawi dan Muhammad kepada seluruh dunia…Enam abad sepeninggal Yesus bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, yaitu ketika Muhammad memperkenalkan penyembahan kepada Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ismail, Musa dan Isa. Sekte Arius dan sekte-sekte lainnya telah mengganggu kesentosaan Timur dengan jalan membangkit-bangkitkan persoalan tentang Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Muhammad mengatakan, tidak ada tuhan selain Allah yang tidak berbapa, tidak beranak dan “Trinitas” itu kemasukkan ide-ide sesat…Muhamad seorang bangsawan, ia mempersatukan semua patriot. Dalam beberapa tahun kaum Muslimin dapat menguasai separoh bola bumi…Muhammad memang seorang manusia besar. Sekiranya revolusi yang dibangkitkannya itu tidak dipersiapkan oleh keadaan, mungkin ia sudah dipandang sebagai “dewa”. Ketika ia muncul bangsa Arab telah bertahun-tahun terlibat dalam berbagai perang saudara”…..

(hal 105 dari “Bonaparte et L’Islam” oleh Cherfils).

2. Alphonso De Lamartine, sastrawan kenamaan Perancis (1790 – 1869 M).

“Tidak ada orang selain dia yang dapat menyelesaikan revolusi besar dan kekal di dunia. Sebab dalam waktu dua abad setelah kemunculan Muhammad, Islam menguasai seluruh tanah Arabia, menaklukan Persia, Khurasan, Transoxsania, India Barat, Syria, Mesir, Abesinia, seluruh Afrika Utara yang dikenal pada waktu masa itu, pulau-pulau di Laut Tengah, Spanyol dan sebagian Perancis. Lelaki itu tidak hanya mampu menggerakkan empirium-empirium dan dinasti-dinasti; tetapi iapun sanggup menghimpun berjuta-juta manusia di sepertiga bagian dunia yang dikenal orang pada masa hidupnya……Atas dasar sebuah kitab yang setiap hurufnya menjadi ketentuan hukum ia menciptakan kebangsaan spiritual yang mempersatukan manusia dari berbagai ras dan bahasa. Ia meninggalkan kepada kita karateristik kebangsaan muslimin yang tidak dapat dihapus dan kebencian akan tuhan-tuhan palsu serta kecintaan kepada Tuhan Yang Mha Esa lagi Ghaib…”.

(hal 276 – 277 dari “Histoire de la Turqui “jilid II oleh dirinya sendiri).

3. Goethe , filsuf Jerman. (1794 – 1832 M).

“Muhammad membangunkan Persia yang sedang tidur, menginsyafkan Rumawi Timur (Byzantium) dan kaum Nasrani di negeri-negeri Timur, agar mereka tidak terus-menerus asyik berdebat dan berpecah-belah akibat filsafat shopites Yunani. Tidak dapat disangkal lagi bahwa para Nabi di dunia ini serupa dengan kekuatan-kekuatan raksasa yang terdapat di alam wujud, yaitu kekuatan-kekuatan yang senantiasa mendatangkan kebajikan bagi umat manusia seperti matahari, hujan dan angin yang menghidupkan tanah kemudian membuat tanah yang tandus dan gersang menjadi penuh dengan tanam-tanaman berwarna hijau. Manusia wajib mengakui kenabian mereka. Tanda-tanda yang membuktikan kebaikan mereka dapat kita lihat dari kenyataan bahwa mereka itu hidup dengan keyakinan, berjiwa tenang dan tentram, bersemangat dan bertekad kuat, tabah dan sabar menghadapi berbagai macam cobaan, tangguh menghadapi kebobrokan mental dan moral masyarakatnya yang pasti akan lenyap bila terus-menerus diberantas dan kehidupan mereka sehari-hari yang tidak putus beribadah dan berdoa…Jika semuanya itu yang diajarkan agama Islam kita semua adalah orang-orang Islam”. (hal 38 dari “Hadhritul ‘Alamil-Islamiy” jilid I oleh Amir Syakib Arslan, dikutip dari pembicaraan antara Goethe dan sang penulis).

Melalui pribadi sempurna inilah Al-Quran diturunkan. Sebuah Kitab yang dijamin kesucian dan keasliannya, tidak ada perubahan sedikitpun dari awal diturunkannya hingga detik ini.

Namun begitu, tidak sedikit pula orang yang memusuhi Rasulullah SAW. Terutama para Orientalis, mereka sebenarnya mau tak mau terpaksa harus mengakui kebesaran beliau. Tetapi harus dicermati, sebenarnya sebagian dari mereka ini tengah berusaha mengarahkan pemikiran tentang kebesaran Muhammad SAW sebagai manusia biasa, sebagai panglima perang, sebagai pemimpin namun tidak sebagai utusan Allah. Seringkali mukjizat yang dimiliki Rasulullah tidak ditonjolkan. Padahal sebagai seorang utusan Allah mukjizat adalah bukan sesuatu yang mustahil bahkan mutlak.

Qatadah meriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah SAW dan para sahabat membawa wadah air (dalam bepergiannya) lalu beliau meminta wadah tersebut yang didalamnya terisi air. Kemudian beliau meletakkan telapak tangannya didalam wadah tadi maka mengucurlah air diantara jari-jarinya sedangkan semua sahabat berwudhu dengan menggunakan air tersebut. Anas bertanya kepada Abu Hamzah ”Berapa para sahabat yang berwudhu (dengan menggunakan air yang memancar dari jari-jari Rasulullah itu) ?” Abu Hamzah menjawab ”Mereka yang berwudhu lebih kurang 300 orang ”.(HR Bukhari Muslim).

Disamping itu Rasulullah SAW juga diberi kelebihan dengan pandangan yang super tajam. Pandangannya dapat menembus batas langit dan bumi, termasuk apa yang terjadi di alam kubur.

Ibnu Abbas meriwayatkan. Ketika Rasulullah berjalan bersama para sahabat melewati dua kuburan, tiba-tiba beliau berkata “Orang yang berada didalam kedua kubur ini tengah disiksa oleh Allah STW. Yang satu berjalan (dimuka bumi ini) dengan suka mengadu domba, adapun yang satu lagi tidak pernah menutupi dari air kencingnya (artinya, percikan dari air kencingnya itu sering kali mengenai tubuh atau pakaiannya, lalu dipakainya pakaian tersebut untuk melakukan shalat tanpa mencuci atau menggantinya terlebih dahulu)”.

Beliau juga mampu menembus pandangan jauh ke masa depan. Itu sebabnya dalam perjalanan beliau menuju Sidratul Muntaha ketika Miraj’, beliau bertemu dan melihat para Rasul bahkan dapat berkomunikasi dengan Musa as di surga. Padahal ketika itu semua manusia termasuk para Rasul masih dalam penantian di alam kubur.

Sesungguhnya kelebihan dan mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW tak terhitung banyaknya namun bila dibandingkan dengan mukjizat Al-Quran memang nilainya tidak seberapa.

“Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya.Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu”.(Terjemah QS. Al-Haaqqah(69):40-47).

Maka sudah sepatutnya pula bila Allah SWT memerintahkan kita agar mengikuti sunnah Rasululullah sebagaimana tertuang dalam As-Sunnah atau Al-Hadis yaitu dengan meyakini segala ucapan serta mencontoh prilaku dan mengikuti keputusan yang ditetapkannya.

Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Terjemah QS.An-Nisa(4):64).

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. ( Terjemah QS. An-Nisa (4):13).

“Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka“.( Terjemah QS. An-Nisa (4):80).

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama