I.3.Mengenal Sang Pencipta melalui ayat–ayat Al-Quran dan As-Sunnah.( Ayat Kauliyah)

 

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS.Al-Baqarah(2):186).

Mengenal Sang Pencipta hanya melalui tanda-tanda yang banyak tersebar di muka bumi ini(ayat ‘kauniyah’) tidak cukup membawa manusia menuju jalan yang benar. Karena sesungguhnya orang musyrikpun mengakui keberadaan Tuhan, mengakui bahwa Dia-lah yang menciptakan langit, bumi beserta isinya, yang menghidupkan dan mematikannya. Namun Allah SWT tetap tidak memasukkan mereka sebagai golongan mukminin. Ini disebabkan karena mereka tidak merealisasikan keyakinan tersebut dalam bentuk amal-ibadah. Padahal amal ibadah hanya dapat diketahui dan dipelajari melalui ayat-ayat Al-Quran atau ayat Kauliyah.

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”.……”. (QS.Al-Ankabuut(29):61).

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)? dan (Allah mengetahui) ucapan Muhammad: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman”.(QS.Az-Zurkuf(43):87-88).

Oleh sebab itu disamping mengenal Sang Pencipta melalui ayat-ayat kauniyah, seseorang harus pula mengenal ayat-ayat Al-Quran. Al-Quran adalah Kalamullah atau Firman Allah SWT yang disampaikan kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Kumpulan Kalamullah ini disebut sebagai kitab suci Al-Quran. Ini adalah sebuah kitab petunjuk yang menerangkan apa hakikat hidup, yang mengajarkan secara garis besar bagaimana agar manusia dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sedang As-Sunnah adalah segala sesuatu yang dikatakan dan dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW sebagai rincian dari Al-Quran untuk diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah satu-satunya bacaan di dunia yang dihafal oleh begitu banyak manusia secara tepat baik dari segi bahasa aslinya yaitu bahasa Arab, lengkap dengan tajwidnya (panjang, pendek dan cara pengucapannya yang benar dan tepat) maupun letak susunan surat-suratnya selama hampir 15 abad lamanya! Yang dengan demikian bila saja ada suatu perubahan sekecil apapun akan segera diketahui.

Ary Ginanjar Agustian, seorang pakar ESQ, menawarkan sebuah istilah ‘ Al-Quran Inter Locking System’ untuk angka ‘19’ sebagai salah satu kunci pengaman kesucian Al-Quran. Angka ini menunjukan jumlah huruf dalam ucapan “Bismillahirrohmanirrohim” dan juga ucapan “Laa haula wa laa quwwata illaa billah” dalam bahasa Arab yang masing-masing berarti : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”dan “Tiada daya untuk memperoleh manfaat dan upaya untuk menolak kesukaran kecuali dengan bantuan Allah SWT”. Menurut Rasyad Khalifah, seorang ilmuwan Muslim, angka 19 memiliki rahasia yang berkaitan dengan Al-Quran. Jumlah masing-masing kata : Allah, Ar Rahman dan ArRahim yang merupakan dua sifat utama Allah SWT, yang tertulis di dalam Al-Quran, adalah merupakan angka yang habis dibagi angka 19. Kata ”Allah” 2698 kali (2698:19= 142), “ArRahman” 57 kali (57:19=3) dan “ArRahim” 114 kali (114:19=6).

Pertanyaannya, mungkinkah seorang manusia yang hidup pada abad ke 6 dimana komputer sama sekali belum dikenal, menulis sebuah buku panduan yang disamping memiliki kandungan yang benar dan masuk akal, yang selalu sesuai dengan hati nurani setiap manusia pada segala zaman, yang kemudian terbukti pula sesuai dan cocok dengan aturan penciptaan alam semesta dan seluruh isinya termasuk diri manusia, namun juga memperhatikan secara detil jumlah huruf dan katanya? Dan juga keajaiban-keajaiban lain dalam berbagai keseimbangan kata yang hanya mungkin dikerjakan dengan bantuan sebuah komputer?

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.(QS.Al-Isra’(17):88).

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.Luqman(31):27).

Oleh sebab itu manusia yang mau berpikir, dengan sadar akan sudi menggantungkan dan menyandarkan keingin-tahuan dirinya dengan mempelajari Al-Quran. Dari sini ia dapat belajar mengenal asal-muasal dirinya, siapa yang telah menciptakannya, apa tujuan ia diciptakan dsb.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka…” QS.Al-A’raaf(7):172-174).

Itulah janji yang diikrarkan manusia ketika ia masih berada di suatu alam sebelum ia memasuki alam dunia yang sekarang ini.

“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan.” (QS.Az-Zumar (39):6).

Kehidupan alam rahim adalah suatu tahap kehidupan ketika manusia masih berada di perut seorang ibu. Di alam rahim ini manusia mengalami penyempurnaan bentuk fisiknya. Menurut tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud ‘tiga kegelapan’yaitu kegelapan rahim, kegelapan selaput yang menutupi rahim dan kegelapan perut.

Sedangkan Harun Yahya dalam tulisannya menyebut 3 daerah kegelapan tersebut adalah kegelapan di dalam saluran telur dimana telur dan sperma bersatu (Tuba Falopi), kemudian kegelapan di dalam dinding rahim dimana zigotmelekat dan yang ketiga adalah kegelapan di dalam rahim dimana embrio berkembang. Sedangkan ruh atau jiwa sebagai inti kehidupan baru ditiupkan kedalam janin pada sekitar akhir bulan ke tiga yang ditandai dengan mulai berfungsinya pernafasan sebagai bukti penyempurnaan atas ciptaan-Nya. (lihat bab “Penciptaan anak cucu Adam as”).

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya”.(QS.As-Sajdah(32):9).

Namun demikian jiwa itu sendiri sesungguhnya telah diciptakan-Nya jauh sebelumnya, yaitu ketika sang nenek moyang, Adam AS masih berada di dalam alam surga. Jiwa-jiwa yang kemudian menanti saatnya untuk dilahirkan ke bumi inilah yang telah mengucapkan janji di alam ruh sebagaimana tercermin dalam ayat 172-174 surat Al-A’raaf di atas.

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda: “Setelah Allah menciptakan Adam, maka Dia mengusap punggungnya,maka berjatuhanlah dari punggungnya itu setiap jiwa. Dialah Pencipta jiwa-jiwa dari keturunannya hingga hari kiamat”. (HR Tirmidzi).

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum dilahirkan ke dunia ini, manusia telah melewati suatu tahapan kehidupan lain yaitu kehidupan alam ruh dan kehidupan alam rahim.

Namun karena rahmatNya jua tidak satupun manusia ingat akan kehidupan di kedua alam sebelum alam dunia tersebut. Oleh sebab itu Allah SWT menurunkan ayat-ayat diatas agar manusia dapat mengetahui asal-usulnya sekaligus kembali mengingatkan akan janjinya untuk senantiasa meng-Esa-kanNya. Dalam firmanNya diterangkan pula bahwa setelah kematian, manusia akan tinggal di alam kubur hingga saat berbangkit.

“kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, kemudian bila Dia menghendaki, Diamembangkitkannya kembali” .(QS.’Abasa(80):21-22).

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah sementara, dunia hanya tempat manusia untuk diuji, menerima cobaan dari Sang Maha Pencipta. Tujuan akhir adalah negeri akhirat. Maka bila umur manusia zaman sekarang rata-rata sekitar 60-70 tahun, berdasarkan ayat 47 surat Al-Hajj berikut maka umur tersebut tidak lebih dari hanya 1.5 jam saja dibandingkan hari akhirat!

“…Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”(QS.Al-Hajj(22):47).

Sebagai perumpamaan ; apa yang kita lakukan dalam suatu tes penerimaan sekolah yang lamanya hanya 1.5 jam? mungkinkah kita bersantai-santai saja dengan tidak menyelesaikan dan menjawab soal-soal yang diajukan para guru? Begitu pula dengan kehidupan, padahal taruhannya bukan saja masa depan duniawi namun masa depan kehidupan kekal di akhirat. Akankah kita membuang-buang waktu yang hanya sekejap mata tersebut dengan perbuatan sia-sia?

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(QS.Ali Imraan(3):133-134).

Dialah Allah yang mempunyai nama-nama yang banyak sesuai dengan sifatnya, diantaranya adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Malik (Maha Menguasai), Al-Qudus (Maha Suci), As-Salam (Maha Keselamatan), Al-Khalik (Maha Pencipta), Al-Hadi (Maha Memberi Petunjuk), Al-Ghoffar (Maha Pengampun), Al-Alim(Maha Mengetahui), Al-Hakim (Maha Bijaksana) dan lain sebagainya.

“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)”.(QS. Thaahaa (20):8).

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.(QS. Al-Baqarah (2):255).

“Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.(QS.Yaasiin(36):81).

“(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, danYang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akanmengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS.Asy-Syuara (26): 78-82).

Salah satu sifat utama Allah SWT yang harus kita imani adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ar-Rahman atau Maha Pengasih ini diberikan-Nya kepada seluruh mahluk ciptaannya tanpa kecuali baik manusia yang kafir maupun yang tidak termasuk juga mahluk selain manusia. Sedangkan Ar-Rahim atau Maha Penyayang hanya diperuntukkan bagi umatnya yang mau tunduk kepada perintah-Nya, yaitu kaum muslimin (kaum yang berserah–diri). Hukum alam atau Sunatullah yaitu berbagai aturan yang memperlihatkan hukum sebab-akibat yang memungkinkan terjadinya semua peristiwa dan fenomena alam di jagad raya sengaja diciptakan Allah SWT untuk memudahkan manusia agar dapat menaklukkan alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan hidup manusia. Itulah bukti ke-ArRahman-anNya. Itu pula sebabnya semua orang, baik muslim atau bukan, yang mau berusaha mencari ilmu berdasarkan hukum alam yang banyak tersebar di muka bumi ini, atas izin-Nya, akan mendapatkan kemudahan dan kesenangan dunia.

Sebaliknya bagi seorang muslim, kemudahan dan kebahagiaan dunia adalah ‘bonus’ karena tujuan utama seorang muslim adalah kebahagiaan akhirat. Karena seorang muslim menyadari bahwa dunia adalah jembatan menuju suatu tujuan, sedang tujuan adalah akhirat yang mempunyai dua ujung yaitu surga dan neraka.

Dialah Tuhan, Allah SWT , Al-Alim yang mengetahui segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan apa yang ada diantara keduanya termasuk segala yang disembunyikan dalam hati.

“Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan”.(QS.An-Naml (27): 74).

Oleh sebab itu Allah SWT membalas niat baik seseorang dengan ganjaran satu kebaikan yang sama walaupun niat tersebut baru ada didalam hati dan belum sempat dikerjakan.

Allah berfirman: “Jika bermaksud hamba-Ku dengan satu kebaikan dan tidak dikerjakannya, maka Akutetapkan baginya sebagai satu kebaikan. Dan jika dikerjakannya maka Aku tulis (tetapkan) dengansepuluh kebaikan hingga 700 kali. Dan jika bermaksud untuk melakukan keburukan tidak dikerjakannya maka Aku tidak menetapkan baginya satu keburukan. Maka jika dia mengerjakan keburukan itu maka Aku tetapkan baginya dengan satu keburukan.”(HR. Bukhari Muslim.)

Namun karena sifat manusia yang pelupa dan cenderung selalu ingin membantah, pada setiap zaman Allah SWT senantiasa menurunkan para utusan, yaitu para nabi dan para rasul. Mulai Adam, Idris, Hud, Nuh dan lain-lain hingga Ibrahim, Yusuf, Ishak, Ismail, Musa, Daud, Sulaiman dan lain-lain hingga Isa dan yang terakhir yaitu Muhammad SAW. Diantara mereka ada yang membawa kitab ada pula yang tidak. Tugas mereka ini pada dasarnya adalah sama yaitu untuk mengingatkan janji manusia agar selalu menyembah, meng-Agung-kan dan meng-Esa-kanNya. Dialah Allah SWT, Tuhan yang satu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan.

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS.Al-Ikhlaas(112):1-4).

Para rasul dan nabi tersebut adalah para manusia pilihan yang senantiasa berada dalam perlindunganNya, mereka tidak mungkin tersesat. Sebaliknya sebagai manusia biasa, mereka juga membutuhkan makan, minum, tempat berteduh dan juga mempunyai keinginan untuk berkeluarga dan berketurunan. Sebaliknya bila suatu ketika mereka khilaf Allah SWT berkenan langsung menegurnya dan mereka pun langsung bertaubat dan memohon ampunan-Nya.

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfa’at kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)!”(QS.’Abasa(80):1-11).

Mereka juga menyadari bahwa mereka hanyalah utusan Allah, apa yang kemudian menjadi mukjizat bagi mereka adalah atas kehendak Allah semata dan mereka tidak mungkin menyelewengkan kepercayaan mulia tersebut, dengan mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan ataupun malah menyeru kepada perbuatan-perbuatan tercela lainnya.

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.”(QS.Ali Imraan(3):79).

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai `Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” `Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya) “.(QS.Al-Maidah(5):116).

Sebagai para utusan Allah Yang Maha Esa maka Rasul yang datang kemudian, selalu membenarkan Rasul yang sebelumnya dan apa yang dibawanya.

“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.(QS.As-Shaaf(61):6).

Para rasul tersebut diutus untuk mengajarkan hakekat dan makna hidup ini, apa tujuan manusia diciptakan, siapa yang menciptakannya, bagaimana menjalani dan mengisi hidup ini, apa hak dan tanggung jawabnya. Karenanya sungguh mustahil bila agama-agama yang dibawa para rasul tersebut saling bertentangan.

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini,adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka(masing-masing).Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS.Al Mu’minuun (23):52-54).

Yang berbeda, hanyalah cara beribadah atau syariatnya.

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari`at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari`at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”.(QS.Al-Hajj(22):67).

Jadi sebetulnya bila saat ini terlihat banyak orang yang tidak mau mengakui keberadaan Allah SWT alias kafir, mereka itu adalah orang-orang yang ingkar janji. Mereka adalah mahluk Allah yang terburuk.

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal didalamnya. Mereka itu adalah seburuk – buruk makhluk”.(QS.Al-Bayyinah(98):6).

Mereka hanya mengikuti apa yang orang-tua mereka ajarkan walaupun orang tua mereka itu telah sesat ataupun tidak tahu dan telah melupakan kodratnya dan fitrahnya.

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”. (QS.Al-Maidah(5):104).

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.(QS.Ar-Ruum(30):30-32).

Mereka itu orang-orang yang benar-benar merugi, mereka adalah orang-orang yang tidak mau meyakini bahwa Al-Quran adalah benar-benar kalamullah, kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul terakhirNya, walaupun bukti-bukti telah nyata dihadapan mereka. Mereka bukan saja tidak mau menggunakan nuraninya namun juga malas dan enggan menggunakan akalnya untuk berpikir. Kehidupan bagi orang-orang seperti mereka hanya terbatas pada kehidupan yang ada didepan mata mereka. Mereka tidak mampu melihat apa yang ada dibelakang mereka. Bagi mereka kematian adalah akhir dari segalanya. Mereka hanya menurutkan hawa nafsunya untuk menentang suatu kebenaran yang hakiki.

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami…”.(QS.Al-Furqon(25):43-44).

Bahkan mereka menuduh Muhammad adalah orang yang sesat. Padahal para Rasul sebelumnyapun telah pernah menerima wahyu dengan cara sama pula.

“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu)menampakkan diri dengan rupa yang asli sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya”.(QS.An-Najm(53):2-11).

“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir”. (QS.Al-Mukminun(40):4).

“………Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu……………”.(QS.Al-Maidah(5):3).

Ayat diatas  diturunkan ketika Rasulullah tengah melaksanakan wukuf  di padang Arafah. Peristiwa ini dikenal dengan nama Haji Wada’ atau haji perpisahan karena tak lama setelah itu Rasululah wafat. Ayat tersebut termasuk ayat penutup, tidak ada lagi penambahan ayat dalam Al-Quran kecuali ayat 281  Al-Baqarah dan surah An-Nashr.(Surat ini mengisyaratkan tentang kemenangan yang akan dicapai Islam dengan berbondong-bondongnya orang memeluk Islam). Ayat diatas mengisyaratkan agar kita takut hanya kepada-Nya, patuh serta berjalan dibawah hukum-Nya sehingga dengan demikian kita semua akan terhindar dari murka Sang Khalik dan Dia pun akan senantiasa meridhoi hidup kita ini.

”Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya”. (QS.Ar-Raad(13):12-13).

Beberapa bulan setelah itu Rasulullah dikabarkan menderita demam. Pada saat-saat terakhir ini Rasulullah memasukkan tangannya ke dalam air lalu mengusap wajahnya seraya berucap : ”Fir-Rafiiqil-A’laa… Fir-Rafiiqil-A’laa..” (Dalam naungan Mitra Tertinggi) berulang-kali hingga nafas terakhirnya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un(Sesungguhnya kita ini milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita semua kembali). Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik disisi-Nya bagi Muhammad SAW, sang kekasih Allah yang telah berjuang dengan begitu gigih demi menegakkan din Allah dan telah menyampaikan dengan hak apa yang diamanatkan-Nya yaitu ayat-ayat suci Al-Quran yang mulia demi menyelamatkan umat manusia. Maha Benar Allah atas segala firman-Nya.

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama