“Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QS.Ali Imraan (3):190-191).
Malam dan siang adalah sebuah keadaan yang sama sekali
bertolak-belakang. Dijadikannya siang terang-benderang sebagai sarana mencari
dan memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Disiang hari dijadikannya matahari
menerangi bumi sehingga segalanya mudah terlihat. Namun sebaliknya di hari yang
benderang tersebut penglihatan kita malah menjadi gelap dan kabur terhadap apa
yang ada di langit; bulan, bintang dan benda-benda langit lainnya seolah sirna.
Sebaliknya pada malam hari, ketika matahari enggan menampakkan dirinya, keadaan
di sekitar kitapun menjadi gelap. Itulah waktu dimana kita dapat beristirahat
sekaligus merenungkan diri.
” Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah
kamu tidak mendengar?”. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah
menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?”. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan
untukmu malam dan siang, supaya kamuberistirahat pada malam itu dan supaya
kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu
bersyukur kepada-Nya”.(QS.Al-Qashash (28):71-73).
Intensitas cahaya yang dikeluarkan bintang nun jauh
disana begitu kecil namun yang demikian penglihatan malah menjadi lebih luas
terbuka karena benda-benda langit menjadi terlihat jelas. Hanya pada malam hari
melalui bulan kita dapat melihat bayangan bumi, tempat kita bernaung. Dalam
keadaan yang demikian kita menjadi disadarkan betapa kecil dan tidak berartinya
kita ini bila dibandingkan alam semesta yang kelihatan tak terbatas ini.
Ironisnya, sesungguhnya justru inilah kehidupan yang lebih nyata.
Perumpamaannya bagaikan seseorang yang melihat seekor gajah. Pada siang hari
kita hanya melihat bagian-bagian tertentunya, seperti ekor, kaki atau
belalainya dan pada malam harinya baru kita melihatnya dalam keadaan yang
seutuhnya.
“… dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum
terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu
di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.
Danjanganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan
kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. …”. (QS.Thaahaa(20):130-131).
Dengan kata lain, orang yang hanya hidup pada siang
hari dan tidak memperhatikan keadaan pada malam hari, ia telah menyia-nyiakan
hal yang hakiki. Keadaan siang hari atau kehidupan yang melulu tentang dunia
telah menyilaukan dan menyesatkan dirinya. Ia lupa bahwa di balik kehidupan
dunia ada kehidupan akhirat. Dan kehidupan akhirat adalah lebih kekal daripada kehidupan
dunia. Itulah salah satu hikmah yang diberikan dari pergantian malam dan siang
pada ayat Ali-Imraan 190-191 diatas.
“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih
baik dan lebih kekal”.(QS.Al-A’laa(87):17).
Begitu berlimpahnya ayat-ayat berserakan di alam semesta
ini bila manusia mau memperhatikan dan mempelajarinya. Hal ini tak lain agar
manusia dapat mengenal Sang Pencipta, Allah Azza wa jalla. Berbeda dengan
manusia yang cenderung ‘pelit’ baik dalam hal harta maupun ilmu, Allah SWT
berkehendak agar manusia dapat ikut memahami dan mempelajari sebagian kecil
dari ilmu Allah, bagaimana caranya Ia menciptakan alam semesta, bagaimana Ia
menghamparkan bumi dan isinya, bagaimana Ia menciptakan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan, mengapa pula bisa terjadi berbagai kejadian alam seperti
hujan, angin, petir, badai dan lain sebagainya. Allah SWT sengaja
memperlihatkan proses tersebut tahapan demi tahapan selain untuk memperlihatkan
kekuasaan-Nya juga agar mempermudah manusia mempelajarinya dan agar manusia mau
mensyukurinya.
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir.”(QS.Al-Jatsiyah(45):13).
Padahal bila Ia berkehendak cukup Ia mengatakan “KUN
FAYAKUN” maka terjadilah segalanya.
“……Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):
“Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah
berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.”(QS.Ali Imraan(3):47).
Maka bila demikian tak satupun manusia akan mempunyai
kesempatan untuk mengetahui sedikitpun rahasia-Nya. Manusia bakal bagaikan
robot-robot yang patuh dan tunduk tanpa kemauan apapun karena tanpa tanda-tanda
yang ditinggalkan-Nya mustahil manusia dapat mengerti barang sedikitpun
ilmu-Nya. Ia hanya dapat pasrah. Dan tentu semua manusia tanpa usaha akan masuk
surga tanpa proses apapun. Alangkah tidak dinamisnya hidup ini dan bila
demikian tentu saja tidak diperlukan adanya khalifah di bumi ini.
Namun syukurlah karena Allah SWT tidak menghendaki
yang demikian. Dunia adalah permainan yang amat menarik dan dinamis. Manusia
adalah pemeran utama sedangkan mahluk-mahluk lain seperti hewan, tumbuhan,
gunung, sungai, bebatuan dan lain-lain adalah pemeran pembantu. Mereka tidak
mempunyai kehendak apapun, selain patuh pada aturan-Nya, semua prilakunya
persis sesuai skenario Sang Sutradara Yang Maha Cerdas. Mereka semua tahu
kepada siapa harus memuja dan menyembah.
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya
bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan
mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang
dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan.”(QS.An-Nuur(24):41).
Allah SWT memerintahkan air selalu tertarik ke pusat
bumi sebaliknya gas menjauh dari pusat bumi, bulan berputar mengelilingi bumi,
bumi berputar mengelilingi matahari sambil berotasi terhadap dirinya sendiri
demikian pula seluruh tatanan tata surya atau galaksi yang jumlahnya mencapai
300 milyar dimana masing-masing galaksinya memuat 300 bintang (termasuk
matahari), demikian juga semua mahluk yang berada di alam semesta ini.
Gravitasi dan berbagai macam teori yang ada itu hanya aturan main ciptaan-Nya
agar manusia dapat ikut memahami permainan.
Sesungguhnya alam semesta ini hanya dapat pasrah,
tunduk-patuh kepada perintah- Nya yaitu taat dalam menjalani ketetapan hukum
alam atau sunatullah. Sesungguhnya keseimbangan alam semesta, daya tarik antara
gravitasi yang cenderung menarik semua benda ke pusat dan daya tarik
sentrifugal yang cenderung menarik semua benda menjauh dari pusat adalah suatu
demonstrasi pengorganisasian yang amat sempurna oleh Sang Maha Pengatur
(Al-Maalik), Sang Maha Sempurna (Al-Kaarim)!
“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Al-Fushilat (41):11).
Namun bila sekali-sekali Ia ingin tidak mengikuti
aturan yang diciptakan-Nya tersebut, itu adalah hakNya. Tak satupun mahluk yang
dapat mencegahnya. Sedangkan bagi pemeran utama yaitu manusia, mereka diberi
kebebasan untuk berusaha dan menentukan arah langkahnya. Dan Allah SWT
menghargai hambanya yang mau berusaha. Sabda Rasulullah: “Jika seorang
hakim berijtihad kemudian ijtihadnya ternyata benar, maka baginya dua
pahala, Jika ia menghukumi kemudian ijtihadnya ternyata salah, maka
baginya satu pahala.”
Allah SWT menantang manusia untuk berlomba menuju
kemenangan. Dan sebagai petunjuk Ia sebarkan ayat-ayat di segala penjuru alam
semesta; Kauniyyah, itulah Sunatullah atau ilmuwan menyebutnya hukum alam.
Sebagai imbalan Allah SWT menyediakan surga bagi para pemenang dan neraka bagi
para pecundang. Siapa saja yang mampu memecahkan teka-teki tersebut, baik
muslim ataupun bukan, ia akan menguasai dunia, alam akan ditaklukan atas
kehendak-Nya, ia akan mendapatkan manfaat yang banyak darinya, dengan satu
syarat tidak boleh merusak alam tersebut. Bila ia melanggar aturan tersebut ia
akan merasakan akibatnya, itulah hukum sebab-akibat, aksi-reaksi.
“Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi ……”(QS.Al-Qashash (28):77).
Itu adalah cerminan sifat ‘Ar-Rahman‘ atau Maha
Pengasih yang diberikan-Nya bagi seluruh mahluk ciptaanNya. Sedangkan
‘Ar-Rahim’ atau Maha Penyayang hanya khusus diperuntukkan bagi umat yang
mau berserah diri kepada-Nya, umat yang mau tunduk patuh, yaitu para muslimin
dan muslimat. Imbalan bagi mereka adalah di akhirat kelak yaitu surga.
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa menginginkan (kebahagiaan)
dunia, maka ia harus memiliki ilmunya; barangsiapa menghendaki
(kebahagiaan) akhirat, ia harus memiliki ilmunya dan siapapun yang
inginmeraih keduanya, maka ia harus memiliki ilmunya. (ilmu keduniaan
dan ilmu akhirat)”.
Namun untuk memecahkan ayat-ayat yang tersebar di alam
semesta ini tidak mudah, ia memerlukan ilmu yang tidak sederhana. Untuk itu
manusia dituntut untuk berpikir, untuk menggunakan akalnya.
Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat meriwayatkan
bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Pelajarilah ilmu, sebabmencari
ilmu karena Allah
adalah kebaikan, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya tasbih,
mengkajinya adalah jihad dan mengajarkannya adalah sedekah.
Dengan ilmu seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik dan tingkatan paling
tinggi. Memikirkannya setara dengan berpuasa dan mengkajinya sama dengan
menegakkan shalat. Dengannya Allah ditaati, disembah, di-Esa-kan dan ditakuti.
Dengannya pula tali silaturahmi diikatkan. Ilmu adalah pemimpin dan
pengamalan adalah pengikutnya. Dengannya Allah mengangkat bangsa-bangsa lalu
Dia menjadikan mereka pemimpin, penghulu dan pemberi petunjuk pada kebajikan
karena ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan, cahaya dari kezaliman dan
kekuatan tubuh dari kelemahan.”
Bahkan sesungguhnya untuk mengerjakan shalat lima
waktu yang merupakan kewajiban Muslimpun, Allah SWT menentukan waktu-waktunya
tidak dengan begitu mudahnya melainkan harus berdasarkan posisi matahari dan
bayangannya. Sehingga dengan demikian mutlak hukumnya bagi kaum muslimin untuk
mempelajari dan menguasai ilmu yang berhubungan dengan pergerakan matahari.
Rasulullah juga bersabda : “Mencari ilmu adalah wajib bagi tiap pribadi muslim
dan muslimah”.
Sedangkan Al-Khalil bin Ahmad berkata, “Manusia
itu ada empat: Pertama, yang tahu dan tahu bahwa ia tahu.Ia
adalah alim, maka ikutilah. Kedua, yang tahu tetapi tidak tahu bahwa
ia tahu. Ia adalah orang yangtertidur, maka bangunkanlah. Ketiga,
yang tidak tahu dan tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang yangmencari
bimbingan, maka ajarilah. Keempat, yang tidak tahu tetapi tidak tahu bahwa
ia tidak tahu. Ia adalah orang bodoh, maka waspadailah”.
Al-Ghazali mengingatkan, seseorang hendaknya menuntut
ilmu tidak hanya sekedar kebutuhan melainkan harus hingga tuntas, hingga sampai
kepada hakekat atau inti ilmu tersebut. Karena hanya dengan inti ilmu inilah
seseorang akan mencapai suatu tingkat penyingkapan akan rahasia dan kebesaran
Sang Maha Pencipta, Allah azza wa jalla. Itulah keutamaan ilmu karena puncak
ilmu adalah pengenalan Allah SWT.
Dengan ilmu manusia dapat lebih merasakan sekaligus
mengagumi kekuasaan dan kebesaran-Nya. Ilmu yang hanya dimaksudkan untuk
memperoleh kekuasaan, harta dan pangkat tidak akan sampai kepada hakekat hidup
yang sebenarnya. Namun sebaliknya, bila dengan ilmunya tersebut ia tidak dapat
menyaksikan ke-Besaran-Nya, ke-Agungan-Nya atau bahkan me-nafikkan-Nya, maka
keberuntungan yang diperolehnya hanyalah sebatas dunia saja, imbalan yang utama
yaitu akhirat tidak ia dapatkan. Dan ia termasuk orang yang merugi. Allah SWT
amat membenci orang-orang yang demikian, orang-orang yang tidak bersyukur.
Rasulullah bersabda:”Barangsiapa yang bertambah
ilmunya tetapi tidak bertambah petunjuknya, maka ia
akan bertambah jauh dari Allah.”
Namun sebaliknya, Allah SWT amat menyayangi mahluknya
yang mempunyai hati yang bersih, yang mau menggunakan telinganya untuk
mendengar, matanya untuk melihat , akalnya untuk berpikir.
“Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, merekamempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai”. (QS.Al-Araf (7):179).
Namun sebaliknya bila sekarang ini ada temuan sains
yang terlihat bertentangan dengan teks Al-Quran, sebenarnya ada dua kemungkinan.
Yang pertama mungkin data atau informasi yang didapat para ilmuwan belum tepat,
sedang yang kedua mungkin pemahaman kita terhadap Al-Quranlah yang kurang
tepat. Karena tidak mungkin keduanya saling bertentangan.
Dengan makin majunya tehnologi, pengetahuan juga makin
berkembang, oleh karenanya penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yang
berkaitan dengan ilmu ke-alam semestaan juga dapat berkembang. Karena Islam
bukanlah sekedar agama yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya
sebagaimana kebanyakan agama, ia melainkan juga adalah nafas kehidupan yang
memperlihatkan segala yang ada di alam semesta termasuk hubungan antar manusia
dan hubungan antara manusia dengan alam semesta. Islam adalah juga sains. Harus
diingat bahwa Sains berkembang dengan sangat pesat baru pada awal abad ini
saja.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”.(QS.Al-Anbiya(21):30).
“(Yaitu) pada hari Kami gulung
langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami
telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya “. (QS.Al-Anbiya(21):104).
Kedua ayat diatas membuktikan akan kebenaran teori
“Big Bang” dan “Big Crunch” yaitu awal penciptaan alam semesta dan kebalikannya
yaitu akhir dari alam semesta atau kiamat. Dengan adanya bantuan teleskop
Hubble, Sains baru dapat membuktikan kebenaran ayat-ayat tersebut 14 abad
kemudian! yaitu pada tahun 1940-an. Itu semua terjadi atas kehendak Allah SWT,
atas izin-Nya.
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)
dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”.(QS. Adz-Zaariyat (51)
:47).
Bukankah “Big Bang” mengatakan bahwa alam semesta
ini bermula dari “singularitas”,”kenihilan” yang kemudian
‘berdentum’ menjadi luas dan terus semakin luas dan mengembang sebelum
akhirnya kembali mengkerut? Dan bukankah dari ilmu pengetahuan kita tahu bahwa
hujan adalah suatu proses yang mempunyai hubungan erat antara awan, angin dan
fenomena alam lainnya?
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya
Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus,………?”
(QS.As-Sajdah(31):27).
“Allah, Dialah yang mengirim angin,
lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu
kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun
mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi
gembira”.(QS.Ar-Rum(30):48).
Bila kita mau memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sungguh
banyak sekali ayat-ayat yang sesuai dengan penemuan sains akhir-akhir ini.
Allah SWT tidak menciptakan alam semesta ini dengan sembarangan. Dialah Sang
Pencipta yang Tunggal.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya.” (QS. Yaasiin (36) :40).
Para ilmuwan menyadari bahwa alam semesta ini tercipta
dengan aturan-aturan dan rumus-rumus yang amat sangat akurat dan mendetail,
bahkan sarat dengan perhitungan matematis.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu
sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya
awan……”. (QS. An-Naml(27):88).
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai
hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?”. (QS. An-Naba’(78):6-7).
Belakangan ini Sains membuktikan bahwa terjadi
pergeseran lempeng kerak bumi antara 5-12cm pertahun dan disimpulkan bahwa
dalam sejuta tahun berpotensi dapat memindahkan sebuah benua antara 50-120
km!!. Para ahli geologi juga mengatakan bahwa gunung-gunung sebenarnya dapat
dikatakan memiliki “kaki” yang tertanam kuat didalam
lapisan Astenosfer yg membuat kedudukan suatu benua/daratan mantap.
Sejarah mencatat, bahwa bumi yang ada sekarang ini
tidaklah sama dengan bumi pada masa awal pembentukan 12 milyar tahun yang lalu.
Diperkirakan 300 juta tahun yang lalu, di bumi ini hanya ada satu daratan yang
amat luas,“Pangea” yang terletak di lautan yang juga amat luas
”Panthalasea”. Kemudian 150 juta tahun kemudian daratan luas ini pecah
menjadi “Gondwana” yang terdiri atas Antartika, Australia, Amerika Selatan
serta Afrika dan “Laurasia”yang terdiri dari Asia, Eropa dan Amerika Utara.
Baru 50 juta kemudian keduanya terpisah secara bertahap hingga akhirnya seperti
yang tampak sekarang ini. Jadi begitulah agaknya cara gunung “berjalan”, ia
tidak diam di tempat namun bergerak walaupun secara perlahan.
Bagaimana pula dengan ayat-ayat berikut?
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit
dan seperti itu pula bumi……. .”(QS. AtThariq(65):12).
Sejak kapan manusia mengetahui bahwa bumi mempunyai
tujuh lapisan atmosfer? Lapisan Troposfer, Stratosfer, Mesosfer,
Termosfer, Ionosfer, Eksosfer dan Magnetosfer. Tepat tujuh lapis!
Dan pernahkah kita terpikir mengapa sungai yang
bermuara kelaut airnya tidak asin sebagaimana air laut? Mengapa keduanya tidak
menyatu dan bercampur, padahal tidak ada dinding pembatas diantara keduanya?
“Dan Dialah
yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang
ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia
jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.”(QS.Al-Furqan(25):53).
Pada tahun 1948, gambar-gambar satelit memperlihatkan
dengan jelas adanya batas-batas air di laut Tengah yang panas lagi sangat asin
dan di samudra Atlantik yang temperatur airnya relatif lebih dingin serta kadar
garamnya lebih rendah dari laut Tengah. Batas-batas juga terlihat di antara
Laut Merah dan Teluk Aden.
Bagaimana pula akibatnya bila air yang diturunkan dari
langit atau air yang kita ambil dari dalam tanah untuk kita minum itu asin?
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu
minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau
Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamutidak
bersyukur?” (QS.Al-Waqiyah(56):68-70).
Apa yang dikatakan sains tentang gosokan-gosokan yang
dapat menimbulkan percikan api?
“Maka
terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari
gosokan-gosokan kayu).Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang
menjadikannya?” (QS.Al-Waqiyah(56):71-72).
Dan apapula yang kita ketahui hubungan antara
bayang-bayang dan posisi matahari?
“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu,
bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia
menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami
jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, kemudian
Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang
perlahan-lahan”.(QS.Al-Furqon(25):45-46).
Bagaimana dengan ayat 25 surat Al-Hadiid? Hikmah
apakah yang ada di dalam ayat ini? “………Dan Kami ciptakan besiyang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia….”
(QS.Al-Hadiid(57):25).
Besi adalah satu dari empat unsur yang berlimpah di
bumi dan merupakan salah satu logam terpenting yang memberikan manfaat yang
amat banyak bagi umat manusia. Kata Hadiid yang berarti besi, dalam sistim
Abjad bahasa Arab memiliki nomor numerik 26. Dalam ilmu kimia diketahui bahwa
setiap unsur pasti memiliki nomor massa dan nomor atom masing-masing. Dan dari
ilmu ini diketahui bahwa nomor atom besi adalah 26 sedangkan nomor massanya
adalah 57. Ini adalah nomor urutan surat Al-Hadiid dalam Al-Quran!
“Dan Dialah yang menjadikan
bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam
kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui”.
(QS.Al-Anam(6):97).
“Demi langit yang mempunyai
jalan-jalan,..”.(QS Adz-Dzaariyaat(51):7).
Pernahkah kita terpikir apa makna langit yang
mempunyai jalan-jalan tersebut? Manusia pada zaman dahulu mungkin tidak dapat
membayangkan hal ini bahkan memikirkannyapun mungkin tidak. Namun sekarang ini
di zaman yang serba canggih, di zaman dimana hampir semua orang dapat menikmati
fasilitas telekomunikasi serba modern seperti radio, televisi, komputer dan
juga aneka telepon genggam hal tersebut menjadi mengejutkan. Bukankah berbagai
jenis gelombang radio yang mampu memberikan frekwensi tertentu untuk memberikan
informasinya melalui berbagai fasilitas modern dan canggih itu berjalan melalui
udara di atas kita? Itukah maksud langit yang mempunyai jalan-jalan itu?
Wallahu’alam.
Pertanyaannya dari mana nabi Muhammad SAW yang hidup
lebih dari 14 abad yang lalu itu mengetahui semua ini? Padahal kenyataan
membuktikan diperlukan waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun bagi para
ilmuwan untuk mengetahui suatu rahasia alam walaupun dengan alat yang canggih
sekalipun.
Namun demikian, tetap saja para Darwinisme bersikukuh
menyimpulkan bahwa seluruh alam semesta beserta isinya adalah proses evolusi
dari mahluk bersel satu menjadi mahluk yang bermacam-macam seperti sekarang ini
karena proses seleksi alam. Mereka berkeras tidak mau mengakui keberadaan Sang
Maha Pencipta.
“… Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan
kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu
(musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang
lain”.(QS. Al-Anam(6):133.
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka…” . (QS.
Al-Qashash(28): 68).
Padahal kedua ayat diatas makin mempertegas
keniscayaan bahwa Allahlah yang menciptakan segala macam dan jenis mahluk yang
ada di alam semesta ini. Ia musnahkan segala apa yang tidak dikehendaki-Nya dan
digantinya dengan apapun yang dikehendaki-Nya pula. Binatang purba yang
di’ilustrasikan’ sebagai ‘dinosaurus’ berdasarkan temuan fosil yang
telah berumur jutaan tahun beserta segala jenisnya, bila memang ia pernah ada,
juga diciptakan oleh-Nya, bukan hasil evolusi dari satu jenis ke jenis yang
lain.
Dan baru belakangan ini akhirnya para Ilmuwan sepakat
bahwa kemungkinan binatang raksasa tersebut lenyap bersamaan dengan jatuhnya
asteroid raksasa ke bumi sekitar 65 juta tahun yang lalu. Ilmu genetika yang
muncul belakangan membuktikan bahwa setiap mahluk memiliki gen dan kombinasi
DNA masing-masing yang tercipta ‘entah dari mana’.
“Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap
ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa
Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Al-Fushilat(41):53).
Jadi sungguh menyesatkan bila ada teori yang
mengatakan segala penyebab kejadian alam di seputar kita itu adalah‘karena
hukum alam tanpa menyebut kata Allah SWT’ atau ‘secara
kebetulan’ ataupun ‘dengan sendirinya’ seperti apa yang dikatakan
para pengikut Darwinisme mengenai proses penciptaan alam semesta dan evolusi.
Ini jelas sebuah penolakan terhadap keberadaan Allah SWT, Sang Maha Pencipta.
Alangkah congkaknya !
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata!” (QS.Yaasin(36):77).
Namun sebaliknya bagi umat Muslim, sebagai bukti
keyakinannya terhadap seluruh ayat-ayat Al-Quranul Karim, semestinya para
ilmuwan mau melakukan penelitian ilmiah berdasarkan ayat-ayat yang berhubungan
dengan Pengetahuan Alam dan Sains.
“Telah
dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika
mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mu`jizat), mereka
berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”.
Danmereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang
tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya”.(QS.Al-Qamar(54):1-3).
Pada suatu ketika Ibn Mas’ud berkata bahwa suku
Quraisy di Mekkah meminta bukti kepada Nabi Muhammad SAW atas kebenaran
risalahnya dengan membelah bulan menjadi dua. Maka turunlah ayat diatas. Para
sahabat , antara lain Anas Ibn Malik, Ibn Umar, Hudzaifah, Jubair Ibnn Muth’im,
Ibn Abbas dan beberapa sahabat lain membenarkan bahwa mereka ikut menyaksikan
bulan yang terbelah tersebut ; belahan pertama terlihat di sebelah kanan Gua
Hira’ dan yang lainnya di sebelah kirinya. Kejadian tersebut hanya berlangsung
beberapa saat dan sebagian kaum musryikin menganggapnya sebagai sihir.
Sampai saat ini memang tidak ada bukti atas mukjizat
tersebut. Bagi kaum yang telah cukup kuat keimanannya tentu tidak menjadi
masalah. Karena mereka yakin tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Namun Prof.
Zaghul an-Najjar, seorang ilmuwan Mesir kontemporer, dalam penelitian ilmiahnya
belum lama ini telah mampu membuktikan adanya keretakan pada bagian bulan yang
tidak dapat terjadi kecuali kalau suatu ketika ia pernah terbelah!
Sebagaimana seluruh proses penciptaan alam semesta
beserta isinya yang sungguh mengagumkan begitu pula bulan dan segala
fenomenanya. Bukankah kita telah lama mengetahui bahwa pasang surut air laut,
yang dimanfaatkan para nelayan sebagai sarana untuk mencari ikan adalah suatu
peristiwa yang erat hubungannya antara daya tarik bulan dan matahari?
Peristiwa bulan purnama tampaknya juga memiliki hikmah
yang tidak sedikit yang hingga saat ini kelihatannya baru sedikit bahkan
mungkin belum terungkap. Kepolisian sebuah negara bagian Amerika Serikat
belakangan ini melaporkan bahwa kejahatan pada malam bulan purnama meningkat
dibandingkan hari-hari biasa. Demikian pula laporan dari bagian medis negara
yang sama yang melaporkan bahwa pada malam bulan purnama unit gawat darurat
menerima pasien dengan berbagai keluhan penyakit yang meningkat dibanding
hari-hari biasa.
Memang belum ditemukan hubungan antara
keduanya, namun Rasulullah SAW terbiasa berpuasa pada 3 hari pertengahan bulan
(tahun Hijriyah), yaitu pada saat bulan purnama. Selain itu Rasulullah juga
terbiasa melakukanbekam yaitu pengobatan secara Islam yang telah lama
dikenal di dunia Islam yang bertujuan untuk mengeluarkan darah kotor yang
belakangan ini dikenal dengan nama Detoxifikasi pada malam bulan
purnama. Apa sesungguhnya hikmah dari semua ini? Tampaknya ini tugas bagi
Ilmuwan Muslim untuk meneliti rahasia tersebut.