”……
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.(QS:At-Thalaq(65):2-3).
“Maka
masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di
antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan
di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan
di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri”. (QS. Al-Ankabut(29):40).
Itulah 2 janji Allah yang pasti akan dipenuhinya.
Kemudahan urusan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat bagi siapa yang
takwa dan kesengsaraan serta kenistaan baik di dunia apalagi di akhirat bagi
siapa yang mendurhakai-Nya.
I.
Atas orang dan kaum yang taqwa.
”Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: ”Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (QS.Ibrahim(14):7).
Begitu banyak, berat dan kuat gangguan yang dihadapi
manusia dalam perjalanannya menuju taqwa. Namun demikian sesungguhnya Allah SWT
tetap menghendaki agar manusia dapat melewati rintangan dan hambatan-hambatan
tersebut. Hal ini terbukti dengan banyaknya Nabi dan Rasul yang diutus untuk
membimbing manusia menuju jalan yang lurus, yaitu untuk senantiasa menyembah
kepada Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.
Pada setiap umat setiap zaman sesungguhnya Allah SWT
telah mengutus seorang utusan, baik itu Nabi maupun Rasul. Untuk itulah Allah
SWT mengajarkan kita agar mengadakan perjalanan di muka bumi agar kita
memperhatikan dan kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah
ditinggalkan-Nya di muka bumi ini, yaitu melalui peninggalan-peninggalan kuno
bersejarah dan sisa-sisa ajaran terdahulu.
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.An-Nahl(16):36).
Jumlah Nabi menurut hadis (lihat bab ’Iman kepada
Rasul’) adalah 124.000 orang, 315 diantaranya adalah Rasul. Sedangkan yang
tersebut dalam Al-Quran hanya 25 saja. Jadi tidak mengherankan bila belakangan
ini ditemukan peninggalan-peninggalan kuno dan sisa-sisa ajaran yang
mencerminkan adanya ajaran Monotheisme atau Tauhid di setiap belahan dunia.
“Sesungguhnya orang-orang
mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa
saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS.Al-Baqarah(2):62).
Ayat di atas menunjukkan bahwa siapapun yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian serta beramal saleh maka
mereka akan menerima pahala serta akan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Bahkan orang Yahudi dan Nasrani sekalipun bila mereka beriman kepada
Allah, Tuhan yang satu, yang tidak beranak dan diperanakkan kelak
mereka akan dimasukan ke dalam surga-Nya. Jadi orang Yahudi dan Nasrani yang
dimaksud ayat diatas adalah pengikut Musa as dan Isa as yang taat pada jamannya
dahulu ketika ajarannya belum diselewengkan. Waraqah bin Nufail dan pendeta
Bukhaira adalah salah satu contohnya.
Sedangkan yang dimaksud orang-orang Shabiin adalah
penduduk negri Haran, yaitu kaum Shabi’ah. Haran adalah sebuah kota kuno di
dataran Mesopotamia, kota dimana Ibrahim as pernah menetap sebelum
pindah ke Kana’an di Palestina. Penduduk negri tersebut terpecah menjadi
2, sebagian penyembah patung dan sebagian lainnya penyembah agama tauhid yang
dibawa nabi-nabi jaman dahulu. Shabi’ah kelompok kedua inilah yang djanjikan
surga pada ayat di atas. Namun ada juga sebagian mufasirin yang berpendapat
bahwa kaum Shabiin adalah kaum yang karena ketidak-tahuannya menyembah
benda-benda langit seperti bintang dan lain-lain sebagai rasa syukur dan
keyakinannya akan ke-Esa-an Sang Pencipta.
Namun memang tidak mudah mengajak manusia untuk
kembali ke ajaran yang benar. Buktinya banyak diantara para Nabi dan Rasul yang
dilecehkan oleh masyarakatnya hingga akhir hidup mereka sehingga ajarannyapun
tidak berkembang. Banyak pula diantara mereka yang berhasil namun begitu mereka
tiada ajarannyapun terhenti. Yang pasti, sebuah ajaran akan berhasil berkembang
dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal ketika pemimpinnya juga menerima
dan mendakwahkan ajaran tersebut. Karena dengan demikian rakyat memiliki
pelindung yang juga berpegang teguh pada hukum Allah SWT sehingga mereka dapat
dengan tenang menjalankan kehidupan keberagamaan mereka.
”Hai
orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(QS.An-Nisa’(4):59).
Berikut beberapa contoh keberhasilan orang-orang taqwa
yang berhasil menjadi pemimpin masyarakat bernegara yang tercatat dalam
Al-Quran dan sejarah :
1.
Kekuasaan Yusuf as, bendaharawan Mesir. (diperkirakan sekitar 2150 SM).
Nabi Yusuf as adalah putra Nabi Yaqub as bin Ishaq as
bin Ibrahim as. Ketika kecil mulanya Yusuf tinggal di negeri Syam beserta ayah dan
saudara-saudaranya. (Syam saat ini adalah daerah-daerah yang terletak di
sekitar Syria dan Yordania). Kemudian karena saudara-saudaranya iri terhadapnya
Yusuf dilemparkan kedalam sebuah sumur. Namun karena kehendak-Nya ia kemudian
ditemukan serombongan kafilah yang akan menuju Mesir dan di negeri tersebut ia
dijual dan dijadikan budak. Yusuf as adalah seorang yang pemuda yang sangat
tampan hingga suatu ketika istri majikannyapun akhirnya tergoda dan
mengganggunya untuk bermaksiat.
”Dan
wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata:
“Marilah kesini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh
tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (QS.Yusuf(12):23-24).
Yusuf dengan bantuan Allah SWT berkat ketakwaannya,
memang berhasil keluar dari fitnah namun demi membela nama baik majikannya
Yusuf memilih untuk dipenjarakan. Didalam penjara inilah Yusuf berdakwah :
”Hai
kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu
ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain
Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama
itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan
agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf(12):39-40).
Hingga
suatu ketika ia yang memang dikenal pandai menakwilkan mimpi, berhasil
menakwilkan mimpi raja.
”Dan
berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada
Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: “Aku akan memberitakan kepadamu tentang
(orang yang pandai) menta`birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)”.
(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): “Yusuf, hai orang yang
amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang
gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh
bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku
kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya”. Yusuf berkata:
“Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang
kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan
apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari
(bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang
padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras
anggur.” .(QS. Yusuf(12):45-49).
Yusuf berhasil mentakwilkan mimpi raja dengan izin
Allah SWT. Melalui jalan ini Yusuf berhasil keluar dari penjara dan Allah SWT
menunjuki sang raja agar memilihnya menjadi bendaharawan negara.
”Dan
raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang
rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia
berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”. Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku
bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga, lagi berpengetahuan”. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada
Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia
kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang
Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
baik”. (QS.Yusuf(12):50-56).
2. Kerajaan Fir’aun Akhenaten IV (1351-1334 SM).
Akhenaten IV adalah seorang raja Mesir (fir’aun) ke 10
dari dynasty ke 18. Ia menggantikan kedudukan ayahnya, Amenhotep III pada 1351
SM ketika umurnya masih belasan tahun. Ibunyalah, Ratu Tiy yang menginginkan
putranya tersebut agar menggantikan ayahnya yang meninggal. Akhenaten IV
berkuasa pada masa puncak kejayaan Mesir. Permaisurinya bernama Nefertiti yang
hingga saat ini dikenal sebagai ratu tercantik di dunia disamping Cleopatra. Ia
memiliki 6 orang putri dan seorang selir bernama Kia.
Pada
masa kekuasaannya baik nama maupun gambar ‘Amun’ dan ‘Mut’ di
berbagai bangunan monumen di Mesir yang selama sejarah berabad-abad
ke-fir’aun-an dikenal sebagai tuhan-tuhan yang selalu mereka sembah sama sekali
tidak tampak diseluruh pelosok Mesir maupun Nubia yang pada saat itu menjadi
daerah kekuasaannya. Pada tahun ke 6 kekuasaannya, Akhenaten yang memiliki nama
lahir Amenhotep IV mengganti namanya menjadi Akhenaten yang berarti
‘hamba Aten’, ‘Aten’ adalah sebutan bagi Tuhan yang
disembahnya, Tuhan yang memiliki Matahari. Rupanya Akhenaten sangat terobsesi
dengan kehebatan Matahari dan sinarnya hingga ia memilih Matahari sebagai
lambang kekuasaan Tuhan sekaligus lambang kekuasaanya. Pada saat yang sama ia
juga memindahkan pusat kekuasaan dari ibu kota lama ke sebuah kota diantara
Memphis dan Thebes yang diberinya nama ’Akhet-Aten’, sekarang
dikenal dengan nama Amarna/Tell el-Amarna.
Sejarah mencatat, dialah satu-satunya fir’aun yang
mereformasi ajaran agama, ia mengajarkan Monoteisme. Padahal sebelumnya Mesir
dikenal sebagai kerajaan yang menyembah banyak tuhan, Politeisme. Ia juga
tercatat dalam sejarah sebagai raja di dunia yang pertama kali memperkenalkan
bahwa Tuhan hanyalah Satu, Dia yang memiliki dan menguasai alam semesta
termasuk Matahari.
“Dan seorang
laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir`aun yang menyembunyikan
imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki
karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang
kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang
pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang
yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas
lagi pendusta”.(QS.Al-Mukmin(40):28).
”Orang
yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia
tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa
mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya
tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku
supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak
kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman)
kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di
akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang
yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan
ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan
urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”.
Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir`aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk”.
(QS.Al-Mukmin(40):38-45).
Mungkinkah
Akhenaten adalah orang yang sama dengan orang mukmin yang digambarkan dalam
ayat-ayat diatas? Wallahu’alam. Namun bila memang benar, dapat dipastikan bahwa
Akhenaten IV adalah anak Fir’aun yang diazab dengan cara ’ditenggelamkan’ di
laut karena menentang ajaran Musa as. Ketika Akhenaten membela Musa as dengan
perkataan sebagaimana ayat 28 diatas, Akhenaten belum menjadi raja dan karena
seluruh kaumnya adalah penyembah berhala yang juga men’Tuhan’kan ayahnya, ia
terpaksa menyembunyikan keimanannya. Oleh sebab itu pula ketika ayahnya
meninggal ibunya, Ratu Tiy alias Asiya, istri Fir’aun yang digambarkan Al-Quran
adalah seorang hamba yang taqwa, memilih Akhenaten agar memegang kekuasaan.
”Dan
Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”(QS.At-Tahrim(66):11).
Selama ini khalayak umum meyakini bahwa Ramses II
adalah Fir’aun yang hidup di zaman Musa as. Ini adalah berdasarkan pendapat
seorang pendeta Yahudi yang hidup pada tahun 300 an SM. Namun sejak tahun1960an
dengan makin majunya ilmu pengetahuan, para arkeolog mulai meragukan kebenaran
hal tersebut. Salah satu keraguan yang timbul adalah disebabkan tidak
ditemuinya kadar garam yang tinggi pada jasad tersebut. Belakangan ini
dikabarkan bahwa pemerintah setempat berencana akan meneliti ulang seluruh mumi
yang ada dengan menggunakan bantuan alat super canggih, CT Scan.
Namun sayang, setelah Akhenaten dikabarkan meninggal,
ajarannya yang dengan susah-payah didirikannya tersebut, juga ikut lenyap demikian
juga kota Akhet-Aten. Penerusnya, Fir’aun Tutenkhamen yang juga sekaligus
menantunya memerintahkan agar seluruh ajaran dan kenangan yang berhubungan
dengan Akhenaten, Sang Hamba-Allah dihancurkan.
Sebaliknya para ahli sejarah Mesir hingga saat ini
masih mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap keluarga kerajaan
Akhenaten. Karena ternyata mumi Sang raja beserta keluarga tidak ditemukan di
berbagai lokasi pyramid yang ada di seluruh Mesir. Bahkan permaisurinya,
Nefertiti dikabarkan menghilang begitu saja demikian pula anak-anaknya, ibu
Akhenaten; Ratu Tiy juga istri keduanya; Kia. Syahdan dikabarkan Akhenaten
pernah bermimpi bahwa Tuhan menyuruhnya agar mendirikan sebuah kota diantara 2
buah gunung. Apa yang sesungguhnya terjadi dengannya?
3.
Dinasti Chou (1121 SM – 256 SM).
Suatu ketika Rasulullah pernah bersabda: ”Carilah
ilmu hingga ke negeri Cina”. Sebenarnya apa yang diketahui
Rasulullah tentang negeri yang terletak ribuan mil jauhnya dari jazirah Arabia
ini?
Cina
pada masa Dinasti Chou adalah sebuah kerajaan yang mempunyai peradaban tinggi.
Kerajaan ini berkuasa hingga lebih dari 8 abad lamanya. Kerajaan ini sejak lama
dikenal telah memiliki pengetahuan sistim tulis-menulis yang maju. Ia juga
dikenal telah memiliki pengetahuan seni dan persenjataan yang terbuat dari
metal, perunggu dan besi karena memang besi dapat ditemukan dengan mudah di
daerah tersebut. Mereka telah mengenal bagaimana cara melebur atau melelehkan
besi untuk memenuhi segala keperluannya. Pada waktu yang sama mereka juga telah
mengenal dan menggunakan ’chariot’ kereta kuda yang memiliki
kekhasan Yunani kuno / Mesir.
Yang
menarik, raja-raja mereka menyatakan bahwa kekuasaan yang sesungguhnya itu
berada di langit, mereka menyebutnya sebagai ’Mandate of Heaven’. Tuhan
berkuasa atas mereka, oleh karenanya hanya orang-orang yang mau menurut
perintah Tuhannya saja yang dapat berkuasa di negeri tersebut. Raja disamping
pemimpin bagi rakyatnya juga pemimpin spiritual. Mereka menyebut Tuhannya ’Tien’,
yang merujuk pada kekuasaan ’langit’, Tuhan yang menguasai matahari, angin, air
dan hujan di bumi ini. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan hanya satu. Ini berarti
ajaran Monotheisme, ajaran Tauhid, agama yang diridhoi Allah SWT. Menurut ’Chinese
Religion ’, kitab yang menulis riwayat tentang kehidupan keberagamaan
rakyat Cina yang diterbitkan oleh penerbit Oxford, New York pada tahun 1995,
pendiri Chou Dinasti dan keluarga besarnya menjadikan Ilah Yang Maha Satu
sebagai sembahan. Mereka juga berhasil mengikis kepercayaan dan ritus-ritus yang
berlaku semasa dinasti sebelumnya.
Yang
juga tidak kalah menariknya, adalah sejarah yang menjadi saksi berdirinya
sebuah tembok pertahanan di Zhengzhou, bekas ibu-kota Shang Dinasti yang
berkuasa sebelum Chou Dinasti pada 1600 – 1046 SM. Kota ini terletak di selatan
Anyang, ibu kota Chou Dinasti. Zhengzhou dikelilingi pegunungan-pegunungan
tinggi Cina. Di kota ini berdiri tembok kuno yang sekarang menjadi salah satu
bagian dari tembok Cina atau ’Great Wall of China’ dan disebut
sebagai ”The Father of The Great Wall” . Tembok ini didirikan pada
masa kekuasaan Shang Dinasti pada sekitar 1330 SM dengan tujuan untuk mencegah
masuknya musuh-musuh mereka dari arah utara, yaitu yang berbatasan dengan
Mongolia. Musuh-musuh ini mereka gambarkan sebagai musuh yang amat jahat dan
bengis.
Dari
data-data diatas, Hamdi bin Hamzah Abu Zaid, seorang ilmuwan berkebangsaan
Saudi penulis buku yang membahas tentang kemunculan ’Ya’juj &
Ma’juj ’ berani berkesimpulan bahwa sang pendiri dinasti Zhou dan raja
(fir’aun) Akhenaten IV adalah orang yang sama, yaitu Dzulkarnaen, hamba Allah
yang diberi kekuasaan di muka bumi sebagaimana ayat-ayat berikut :
“Mereka
akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah:
“Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”. Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan
kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu maka diapun menempuh suatu
jalan”.(QS.Al-Kahfi(18):83-85).
”Kemudian
dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke
tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu
menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang
melindunginya dari (cahaya) matahari itu, ,demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu
Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu
jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di
antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu
kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan”.(QS.Al-Kahfi(18) :89-93).
Dzulkarnaen adalah seorang yang mempunyai kekuasaan.
Ia menempuh sebuah perjalanan menuju kearah terbitnya matahari , yaitu timur.
Kemudian kembali lagi hingga akhirnya ia tiba di Zhengzhou, kota yang terletak
diantara gunung-gunung di suatu negri yang ia tidak mengerti bahasanya, yaitu
Cina. Sebagaimana kita maklumi bahasa Cina adalah bahasa yang hingga kini
terkenal sulit dan rumit bahasanya. (Sejarah mencatat bahwa Akhenaten IV, sang
firaun penganut Monotheisme pernah bermimpi diperintahkan Tuhannya untuk mendirikan
sebuah kota diantara pegunungan. Mungkinkah oleh sebab itu para arkeolog tidak
menemukan mumi Firaun tersebut karena ia memang tidak meninggal di negrinya
melainkan ia pergi menuju Cina untuk memenuhi perintah Tuhannya tersebut?).
Di kota ini Dzulkarnaen dimintai tolong penduduknya
agar mendirikan sebuah dinding yang dapat melindungi mereka dari musuh-musuh
jahat, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Rupanya mereka tahu bahwa Dzulkarnaen mempunyai
keahlian tersebut karena Dzulkarnaen adalah seorang raja Mesir, negri yang
ketika itu telah sangat maju. Disamping itu Cina memiliki kekayaan alam berupa
besi yang memungkinkan Dzulkarnaen membangun sebuah tembok kokoh yang terbuat
dari potongan-potongan besi yang dilelehkan, sebuah tehnologi yang amat canggih
apalagi pada masa itu.
”Mereka
berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara kami dan mereka?”. Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan
oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara
kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi” Hingga apabila besi
itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain:
Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api,
diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke
atas besi panas itu”. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka
tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah
rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”. (QS.Al-Kahfi
(18):94-98).
Walaupun di negri asalnya ia tidak begitu berhasil
membangun masyrakat sebagaimana yang dikehendaki-Nya namun di negri Cina ia
berhasil meletakkan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan hingga akhirnya
keturunannya berhasil mendirikan sebuah kerajaan besar yang penuh takwa, yaitu
Dinasti Zhou. Kekuasaan dinasti ini bertahan hingga kurang lebih 8 abad
lamanya. Terlepas apakah Dzulkarnaen, Firaun Akhenaten IV dan pendiri Zhou
Dinasti adalah orang yang sama, yang pasti mereka adalah hamba-hamba Allah yang
takwa, yang dengan ridho-Nya berhasil membentuk masyarakat yang menyembah Tuhan
Yang Satu, Allah SWT.
4.
Kerajaan Daud as dan Sulaiman as. (1010 SM – 927 SM).
Daud as dan Sulaiman as adalah dua orang hamba Allah
yang diserahi tugas sebagai utusan Allah sekaligus raja bagi bangsa Yahudi.
Daud diangkat menjadi raja setelah dalam pertempuran berhasil mengalahkan
Jalut, musuh besar bangsa tersebut. Ketika itu kerajaan dipimpin oleh raja
Thalut. Ia menjanjikan kepada siapapun yang berhasil mengalahkan Jalut maka ia
berhak menggantikannya.
”Tatkala
mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya)
berdo`a: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. Mereka (tentara
Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu)
Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud)
pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan
kepadanya apa yang dikehendaki-Nya……….”.(QS.Al-Baqarah(2):250-251).
Sebagai
raja sekaligus Rasulullah, Daud menegakkan syariah Allah ditengah kekuasaannya
dan Allah SWT menurunkan kitab Suci Zabur kepadanya.
”…….Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud”. (QS.An-Nisa’ (4):163).
”Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami
berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju
besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang
saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS.Saba’(34):10-11).
Daud memimpin kerajaan selama kurang lebih 40 tahun
dari 1010 hingga 970 SM. Setelah meninggal dunia, putranya, yaitu Sulaiman as
menggantikan kedudukan sebagai raja bagi bani Israel. Kekuasaannya bertambah
luas hingga ke utara di Damaskus, Syam hingga ke Mesir di selatan.
Sulaiman as diberi kemampuan yang sebelumnya tidak
pernah diberikan di dunia ini kepada siapapun, yaitu kemampuan untuk
menaklukkan angin, berbicara kepada binatang bahkan menaklukkan bangsa jin.
”Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan Kami
telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang
menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada
itu; dan adalah Kami memelihara mereka itu,”.(QS.Al-Anbiyya(21):81-82).
Pada masa ini, kota telah mencapai kemajuan sebagai
kota metropolis. Kota dipenuhi dengan bangunan-bangunan tinggi dengan marmer
berkwalitas.
“Para
jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung
yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya)
seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas
tungku)…..”.(QS.Saba’(34):13).
Sulaiman dikenal sebagai raja yang bijaksana. Diantara
tindakan Sulaiman yang terkenal adalah ketika ia harus memutuskan perkara 2
orang perempuan yang memperebutkan seorang bayi, masing-masing mengaku bahwa ia
adalah ibu kandung bayi tersebut. Ketika itu Sulaiman berkata agar bayi
tersebut dibelah dua saja. Perempuan pertama langsung menyetujuinya sementara
perempuan kedua berkata bahwa ia lebih baik mengalah daripada harus
mengorbankan hidup bayinya. Dari situ Sulaiman dapat mengetahu siapa sebenarnya
ibu kandung yang asli. Selain itu Sulaiman juga dikenal karena jasanya dalam
merenovasi Masjidil Aqsa di Palestina. Masjid ini didirikan oleh Ishaq as empat
puluh tahun setelah Ibrahim as dan saudaranya, Ismail as membangun Ka’bah di
Mekah.
Al-Quran juga menceritakan sebuah kisah tentang
Sulaiman yang ketika itu sedang memimpin barisannya kemudian bertemu dengan
sekelompok semut.
”Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak
diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan
semut itu. Dan dia berdo`a: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap
mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.(QS.An-Naml(27):15-19).
Meski Daud dan Sulaiman telah dianugerahi kekuasaan
dan ilmu yang banyak, mereka tidak pernah lupa bersyukur kepada Allah SWT.
”Dan
sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya
mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan
hamba-hambaNya yang beriman“. (QS.An-Naml(27):15).
Kekuasaan Sulaiman berjalan selama 40 tahun. Ia
meninggal dalam keadaan duduk di singgasananya tanpa diketahui pasti kapan ia
meninggal dunia. Bersamaan dengan itu lenyap pula aqidah di kerajaan tersebut.
Para penggantinya adalah orang-orang yang men-sekutukan Allah SWT. Bahkan
mereka telah menyebar fitnah yang sungguh keterlaluan bahwa kedua Rasul Allah
tersebut adalah ahli sihir yang gemar akan perbuatan mesum dan tidak senonoh
sebagaimana yang mereka gambarkan dalam kitab suci mereka.
5.
Kerajaan Ratu Balqis (sekitar 900 SM – 101 SM) dan kerajaan Himyar. (110
SM –571 M).
Barat mengenalnya dengan nama Ratu Sheba. Lokasi bekas
kerajaan yang diperintah seorang ratu ini masih dipertentangkan antara Yaman
sekarang atau Etiopia sekarang. Namun belakangan ini di Yaman, jazirah Arabia
selatan ditemukan lokasi reruntuhan bekas peradaban kuno (diperkirakan telah berumur
sekitar 3000 tahun). Kemungkinan besar ini adalah bekas kerajaan Sa’ba. Namun
para arkeolog tidak menutup kemungkinan bahwa Yaman dan Etiopia pada satu masa
pernah berada dibawah satu wilayah kerajaan. Kerajaan yang pada masa Sulaiman
as telah ada dan telah mengadakan berbagai hubungan.
”Maka
tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui
sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri
Saba suatu berita penting yang diyakini.Sesungguhnya aku menjumpai seorang
wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar.Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai `Arsy yang besar”.
(QS.An-Naml(27):22-26).
Di lokasi tersebut ditemukan reruntuhan berbagai
peninggalan kuno diantaranya patung perunggu pejuang Sa’ba, patung-patung yang
terbuat dari pualam putih berkwalitas serta berbagai peninggalan kuno lainnya
seperti perhiasan emas, kaca dan keramik yang menunjukkan kekayaan dan
ketinggian peradaban mereka. Dari tulisan-tulisan mereka diketahui bahwa pada
saat itu mereka telah tinggal dibangunan-bangunan tinggi hingga dengan demikian
mereka dapat mengukur dengan pas burung-burung yang terbang disekitar mereka.
Mereka juga banyak memproduksi wewangian sebagai bagian kehidupan ritual
keagamaan sebagai persembahan kepada berhala-berhala sesembahan mereka
sebagaimana umumnya negara pagan. Disamping itu sejarah juga memperlihatkan
telah adanya hubungan dagang dan ekonomi antar berbagai negara seperti kerajaan
Sulaiman di utara, kerajaan Axumite di Afrika, kerajaan Romawi juga Cina dan
India.
”Berkata
Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang
yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu
jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. Berkata ia (Balqis): “Hai
pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang
mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu
sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang
berserah diri”. (QS.An-Naml(27):28-31).
Untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan kerajaannya,
Sulaiman as kemudian memerintahkan agar istana sang Ratu dipindahkan ke dekat
istana Sulaiman di Syam. Hal ini dapat terjadi karena Allah SWT memang telah
memberinya kekuasaan dan kepercayaan dalam banyak hal sebagai cobaan
baginya.(lihat bab mengenai kerajaan Sulaiman diatas).
”Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`mat-Nya). Dan
barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia”. (QS.An-Naml(27):40).
Kerajaan Sa’ba dengan ratunya, yaitu Ratu Balqis
akhirnya tunduk kepada kekuasaan kerajaan Sulaiman. Mereka menikah namun
Sulaiman as tetap membebaskan sang permaisuri bersinggasana di istananya di
Sa’ba.
”Dan
ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?”
Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi
pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. Dan apa
yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan
keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang
kafir. Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia
melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya
kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin
terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama
Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam“.(QS.An-Naml(27):42-44).
Kerajaan ini bertahan lama hingga akhirnya ditaklukkan
oleh kaum Tubba yang kemudian mendirikan kerajaan Himyar pada tahun 110 Sebelum
Masehi. Ibnu Asakir, seorang ahli sejarah sekaligus ahli hadis menuturkan bahwa
kerajaan ini pernah diperintah oleh seorang Tubba/ Raja yang bernama As’ad bin
Kuraib bin Malikraba al Yamani. Ia dikenal sebagai seorang raja yang adil. Pada
masanya kerajaan maju pesat terutama di bidang pertanian. Kerajaan ini memiliki
hubungan yang baik dengan negara-negara di sebelah timur Afrika dan
negara-negara sepanjang Laut Mediterania. Ia bahkan mengekspor gading gajah ke
kerajaan Rumania. Raja ini juga dikenal sebagai seorang Yahudi yang shaleh.
Suatu ketika ia pernah berkunjung ke Madinah dan menggubah sebuah syair yang
kemudian disimpan secara turun temurun oleh masyarakat kota tersebut. Syair
tersebut berbunyi sebagai berikut :
”Aku
bersaksi bahwa Ahmad adalah seorang utusan. Allah, Pencipta semua nyawa, Kalau usiaku
sampai ke masanya, niscaya aku, Menjadi pembela untuknya dan anak
paman. Dan aku akan berjuang dengan pedang, Melawan musuh-musuhnya dan aku lapangkan,
Segala kesusahan dari dadanya”.
Namun sayang harapan As’ad tidak terkabul, ia wafat
bertahun-tahun sebelum Rasulullah SAW diutus. Sedangkan kerajaannya sendiri
berakhir secara bertahap seiring dengan hancurnya waduk Ma’rib sekitar tahun
570 M. Waduk ini diberitakan memang telah mengalami kerusakan beberapa kali.
Sebelumnya, waduk raksasa yang dibangun pada abad 7 SM dan dikenal sebagai
sebuah waduk yang mempunyai tehnologi canggih pada masanya (diperkirakan
memiliki ketinggian 30m diatas permukaan laut dan panjang 1.6km) adalah
merupakan tumpuan serta sumber kehidupan masyarakat seluruh wilayah kerajaan.
Inilah yang menjadi penyebab utama berakhirnya kerajaan Himyar disamping
kebobrokan moral para penguasanya.
Meskipun demikian karena kasih sayangnya pula Allah
SWT berkenan untuk terus memelihara salah satu kotanya yaitu Sanaa, sekarang
ibukota Yaman sebagai kenangan akan ketakwaan penduduknya. Kota ini dikelilingi
benteng peradaban kuno, di dalamnya terdapat gereja-gereja lama serta ratusan
mesjid. Dan hingga kini bagaikan masih dalam keadaan sebuah kota 2500 tahun
yang lalu. Sebuah kota yang menunjukkan adanya sisa peradaban yang telah maju
dengan ratusan bangunan tinggi berarsitektur kuno sesuai pada waktunya yang
telah lampau.
6.
Kerajaan Aksum, Habasyah-Ethiopia.(sekitar 400 SM – 700 M).
Terletak di sebelah utara Etiopia sekarang ini,
kerajaan ini diperkirakan telah ada jauh sebelum tahun Masehi. Peninggalan
bekas kejayaan kerajaan ini yang sekarang masih ada hanyalah adanya pilar-pilar
raksasa dari granit dengan tinggi sekitar 33 m, yang merupakan pilar kuno
tertinggi di dunia. Diperkirakan pada masa jayanya kerajaan ini telah memiliki
hubungan dagang dengan kerajaan Sa’ba di Yaman dan juga kerajaan Sulaiman di
Syam. Bahkan kemungkinan besar Yaman ketika itu telah masuk dalam kekuasaan
kerajaan Aksum disamping juga bagian Barat Sudan, bagian selatan Mesir dan
Jibuti.
Rakyat
Aksum pada mulanya adalah penganut agama Aksum namun pada abad ke 4 setelah
Masehi rajanya, yaitu Ezana dibawah bimbingan pendeta Syria Frumentius
berpindah menjadi penganut Nasrani maka sejak itu ia memproklamirkan diri bahwa
kerajaannnya adalah kerajaan Nasrani. Ini adalah kerajaan Nasrani kedua didunia
setelah Armenia. Namun yang menarik, dikabarkan bahwa ajaran yang dipeluk
rakyat kerajaan Aksum tidaklah sama dengan rata-rata pemeluk ajaran agama
tersebut. Mereka tidak mengenal adanya doktrin ’ Tiga dalam Satu’ ataupun ’
Dua dalam Satu’ sebagaimana kebanyakan pemeluk Nasrani. Rupanya mereka
tidak terpengaruh oleh deklarasi Nicene (’Nicene Creed’) yang merupakan
dasar dari ’First Council of Nicaea’ yang dikeluarkan pada
tahun 325 M oleh Constantine I, kaisar Romawi yang berkuasa antara 274 – 337 M
tentang substansi ketuhanan mereka.(lihat bab ”Pengkultusan dan Penyembahan Dewa-Dewa”).
Raja Aksum dan rakyatnya tetap berkeyakinan bahwa Tuhan adalah Esa, tidak ada
yang menyerupainya, tidak beranak dan tidak berbapak. Ini adalah ajaran Tauhid
yang diridhoi Allah SWT yang dibawa Isa as untuk umat Yahudi.
Itu sebabnya mengapa kaum Muslimin (diantaranya Ustman
bin Affan dan istri, Ruqayah binti Muhammad SAW dan suaminya) pada awal
penyebarannya ketika kaum Quraisy dengan sengit memusuhi mereka, Nabi Muhammad
SAW menganjurkan agar mereka untuk sementara berhijrah ke Habasyah. Habasyah
ketika itu dibawah kekuasaan raja Najasyi, seorang Nasrani yang taat. Ia
dikenal sebagai raja yang sangat adil dan bijaksana. Hal ini terjadi pada
sekitar tahun 617M. Ditempat ini kaum Muslimin mendapatkan perlindungannya.
Sebaliknya kaum Quraisy begitu mendengar bahwa
sejumlah Muslimin telah behijrah dan meminta suaka kepada raja Najasyi langsung
menyusul ke kerajaan tersebut. Mereka mengutus Amr bin Al-’Ash dan Abdullah bin
Abi Rabi’ah agar menemui rajanya. Mereka memohon agar kaum Muslimin dikembalikan
ke kaumnya di semenanjung Arabia. Mereka menceritakan bahwa orang-orang yang
hijrah itu adalah orang-orang yang murtad karena mereka meninggalkan agama
nenek moyang mereka. Kemudian raja Najasyi minta diterangkan agama apakah yang
menyebabkan mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka itu. Maka dengan
segera Ja’far bin Abu Thalibpun membacakan ayat-ayat berikut :
”Ia
(Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk
memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan
ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata:
“Demikianlah . Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan
agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. Maka
Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu
ke tempat yang jauh”. (QS.Maryam (19):19-22) dan seterusnya hingga ayat berikut :
Berkata
Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang nabi dan
Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama
aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang
sombong lagi celaka”. (QS.Maryam(19):30-32).
Mendengar bacaan tersebut Najasyi menangis
tersedu-sedu dan ia memutuskan untuk tidak menyerahkan kaum Muslimin kepada
kaumnya kembali karena mereka memang tidak bersalah. Rasulullah juga pernah
mengirim surat kepada raja tersebut yang isinya mengajak untuk mengikuti ajaran
Islam. Berikut isi jawaban surat raja Najasyi :
”Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, dari Najasyi Al-Ash-ham putera
Abjar, Hai Nabi utusan Allah, semoga Allah melimpahkan kesejahteraan kepada
anda. Tiada tuhan selain Dia yang menunjukkan diriku kepada kebenaran Islam.
Hai utusan Allah, surat anda telah kutrima, didalamnya anda menyebut masalah
Isa. Demi Tuhan Penguasa Langit dan Bumi, keadaan Isa tidak lebih dari
apa yang anda kirimkan kepada kami dan kamipun telah bertemu dengan
saudara misan anda beserta para sahabatnya. Aku bersaksi bahwa anda benar-benar
seorang utusan Allah dan kami mempercayai serta membenarkan kebenaran anda.
Kami berjanji akan mendukung kebenaran anda dan apa yang telah dikatakan oleh
saudara misan anda. Dengan disaksikan olehnya aku telah mengikrarkan
keislamanku dan berserah diri kepada Allah Penguasa Alam semesta. Kepada
anda kekirimkan Ariha Al-Ash-ham putera Al-Jabar. Hai utusan Allah bila anda
menghendaki aku bersedia datang kepada anda karena aku yakin bahwa yang anda
katakan adalah benar”.
Akan tetapi berbeda dengan 2 negara tetangganya,
Maqura dan Alwa yang kemudian memeluk Islam pada abad 13, Kerajaan Aksum yang
sekarang lebih dikenal dengan nama Etiopia hingga saat ini masih mempertahankan
ajaran lama mereka. Kitab yang mereka gunakanpun dikabarkan masih tetap berbeda
dengan kitab suci umat Nasrani pada umumnya. Kitab mereka masih dalam bahasa
Ge’ez, bahasa Semit kuno.
7.
Khilafah Islamiyah (622 M – 1923 M).
Kota Mekah terletak ditengah padang pasir yang tandus.
Rupanya Allah SWT telah mempersiapkan kota ini sebagai tempat kelahiran seorang
Nabi besar yang kelak akan menyatukan umat dibawah kebesaran panji Islam.
Berkat ditemukannya sumber air zam-zam yang memancar deras hingga kini yaitu
ketika Ismail bin Ibrahim as yang menendang-nendangkan kaki kecilnya kepasir
gersang karena kehausan ribuan tahun yang lalu, Mekah lama kelamaan menjadi
kota besar.
”Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur”.(QS.Ibrahim(14):37).
Kota ini pada masa kelahiran Nabi Besar Rasulullah
Muhammad, yaitu pada tahun 570 M dikenal sebagai kota yang menjadikan
perdagangan sebagai sumber kehidupan mereka. Orang-orang Arab Quraisy terbiasa
melakukan perjalanan dagang ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim
panas. Mekah sejak dahulu juga dikenal sebagai pusat peribadahan bagi kaum
pagan di seluruh semenanjung Arab. Penduduk kota ini terdiri dari beberapa bani
Arab yang dikenal keras kepala dan sangat fanatik dalam membela agama dan
baninya masing-masing. Mereka sering berperang satu sama lain dan tidak mau
bersatu. Mereka benar-benar dalam keadaan moral yang rusak dan bejat.
Dalam keadaan seperti inilah Allah SWT mengutus
Rasulullah berdakwah mengajak agar manusia mau kembali kepada ajaran yang
benar, yaitu menyembah Tuhan Yang Satu, Allah SWT. Setelah melalui jalan yang
begitu berat akhirnya pada tahun 622M atau sekitar 12 tahun setelah kenabian,
Rasulullah berhasil mendirikan dan menanamkan benih kebesaran sebuah masyarakat
Islam dengan pusatnya di kota Madinah. Pada saat inilah terjadi peletakkan asas-asas
masyarakat Islam yang mengagungkan ke-Esa-anNya, yang menjadikan Sang Pencipta
Alam Semesta sebagai satu-satunya dasar hukum bermasyarakat yang mengurus
seluruh nafas kehidupan rakyatnya termasuk ekonomi, sosial dan politik dalam
rangka membentuk masyarakat yang adil dan sejahtera. Sebuah sistim pemerintahan
yang sempurna.
Pemerintahan yang kemudian dikenal dengan nama
Khilafah Islamiyah ini bertahan berabad-abad lamanya. Hanya dalam waktu 10
tahun sejak didirikannya, Rasulullah telah berhasil mempersatukan seluruh
jazirah Arab dan kurang dari 100 tahun kemudian pemerintahan ini telah berhasil
mengembangkan kekuasaan dari perbatasan Perancis selatan, Spanyol, seluruh
Afrika bagian utara, Syam, wilayah Romawi di Turki , Persi hingga perbatasan
barat Cina. Ibu kotanya berpindah beberapa kali, dimulai dari Madinah,
Damaskus, Kufah kemudian Bagdad dan terakhir Konstatinopel.
Selama masa kekuasaan yang amat panjang tersebut masa
Khulafaur Rasyidin adalah masa yang paling penting dan menentukan. Masa ini memang
hanya berlangsung selama 30 tahun, yaitu pada masa setelah wafatnya Rasulullah
namun sangat istimewa karena para pemimpinnya adalah para sahabat terdekat dan
terbaik Rasulullah. Mereka itu adalah Abu bakar ra, Umar bin Khattab ra, Ustman
bin Affan ra dan Ali bin Abu Thalib ra. Mereka ini memerintah dengan cara
mengikuti manhaj Rasulullah secara sempurna sesuai dengan jalan lurus yang
dikehendaki Allah SWT.
Sementara itu Harun Ar-Rasyid, khalifah terbesar dari
bani Abbasiyah yang selama 23 tahun berkuasa hingga 808 M adalah seorang raja
yang terkenal karena kebijaksanaannya. Pada masa ini pemerintahannya mengalami
puncak kemegahan dan kesejahteraan. Sedangkan Ilmu pengetahuan berkembang
dengan amat pesat pada sekitar abad 9-10 M. Ibnu Haitsam (976-1052 M), Abu
Bakar Ar-Razi (873-935 M), Abul-Qashim Az-Zahrawy (….-1049 M) adalah beberapa
contoh dari banyak ilmuwan Muslim yang buku-buku karangannya banyak diplagiat
secara terang-terangan oleh ilmuwan Barat. Disamping itu zaman tersebut juga
meninggalkan kenangan akan adanya filsuf, cendekiawan sekaligus ahli fikih
kenamaan seperti Abu Hamid Al-Ghazali (1072-1127 M) dan Ibnu Qudamah (1163-1242
M) juga para ilmuwan yang diakui dunia internasional seperti Ibnu Sinna /
Avicenna (980-1037 M), Ibn Rushdi / Averroes (1126-1198 M), Ibn Tufail /
Abubacer (1105-1185 M) dan lain-lain.
Kejayaan Islam merosot secara bertahap hingga akhirnya
lenyap pada tahun 1923 M pada masa pemerintahan Utsmaniyah dengan pusat
kedudukan di Istambul, Turki. Melemahnya kekhilafahan ini disebabkan oleh
banyak hal namun terutama dikarenakan para pemimpinnya tidak lagi mementingkan
urusan rakyatnya, korupsi muncul dimana-mana hingga akhirnya terjadi krisis
ekonomi dan sosial. Tampak jelas bahwa para penguasa lebih senang mementingkan
kehidupan, kemewahan dan kenikmatan duniawi sehingga akhirnya merekapun enggan
dan lupa menegakkan hukum Islam, Hukum milik Sang Pencipta, Allah SWT.
“Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu;
maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (QS.Al-‘Araf (7):34).
II.
Atas orang dan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT.
Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kemurkaan
Allah SWT terhadap kaum yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yang membunuh
utusan-utusan-Nya, yang berbuat kejahatan serta kerusakan sehingga akhirnya
Allah SWT mengazab negri mereka. Padahal negri-negri mereka ketika itu telah
begitu maju. Allah menghukum mereka disebabkan kesalahan mereka sendiri.
“……
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat
banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu
menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
mengawasi”.(QS.Al-Fajr (89):11-14).
Beberapa
kota atau negri ada yang telah diketahui secara pasti lokasi dan bekas-bekasnya
namun tidak sedikit pula yang tidak diketahui lokasi maupun asal-usulnya. Yang
pasti sejarah mencatat bahwa pada tahun 1812 Johann Ludwig Burckhardt, seorang
penjelajah mualaf berkebangsaan Swis telah menemukan sebuah situs arkeologi
yang amat spektakuler, yaitu Petra yang berarti batu dalam bahasa Yunani, ’The
Lost City’ di Yordania. Ketika itu Burckhardt datang ke
lokasi tersebut karena mendengar kabar bahwa Harun as, saudara Musa as
dimakamkan ditempat itu.
Kota ini terletak beberapa km disebelah selatan laut
Mati, tersembunyi dibalik pegunungan Wadi Musa, sebuah pegunungan yang penuh
bebatuan raksasa. Peninggalan kota ini sungguh menakjubkan. Tampaknya mereka
telah berhasil mendirikan rumah dan istana mereka di lembahnya dengan cara
memahat dinding-dinding batunya. Kota ini diperkirakan dibangun pada tahun 400
SM dan mengalami beberapa gempa bumi serta banjir besar hingga akhirnya hilang
dalam kegelapan sejak sekitar tahun 400M. Yang menarik mereka menyembah
berhala-berhala yang mereka namakan Al-Uzza, Al-Latta dan Al-Manna. Nama
berhala yang sama yang disembah orang-orang Arab termasuk suku Quraisy di Mekah
dan sekitarnya.
”Maka
apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al
Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak
perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) perempuan?Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak
adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)
nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa
yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka”.(QS.An-Najm (53):19-23).
Sejarah
juga mencatat bahwa pada tahun 79 M sebuah gunung bernama Vesuvius di Italia
meletus dengan begitu hebatnya hingga menyebabkan kota Pompei hilang terkubur
debu tebal serta lahar yang keluar dari gunung tersebut. Namun Allah SWT
berkehendak agar kota tersebut tidak lenyap 100 persen. Saat ini dapat kita
saksikan bahwa kota tersebut masih meninggalkan sisa-sisa yang sungguh
mengerikan. Disana-sini berserakan jasad-jasad manusia yang masih dalam keadaan
sempurna dengan berbagai posisi namun telah tidak bernyawa. Sejarah juga
mencatat bahwa peradaban Romawi ketika itu amat bejat. Mereka gemar berbuat
maksiat. Hidup mereka bergelimang dengan kemewahan namun meraka melupakan nasib
rakyatnya yang miskin dan menderita kelaparan. Korupsi dan perbudakan
meraja-lela. Pada masa pemerintahan ini pula dijatuhkan ’ hukuman
penyaliban ’bagi Isa as, yaitu pada sekitar tahun 33 M. ( baca
: http://vienmuhadi.com/2010/02/11/mengambil-hikmah-pompei-the-lost-city/ )
”dan
Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang
kemudian”.(QS.Az-Zukhruf(43):56).
Berikut beberapa contoh yang tertulis dalam Al-Quran
mengenai kaum dan negri yang dimusnahkan karena berbagai sebab yang menyebabkan
murka Allah datang kepada mereka.
1.
Kaum Nabi Nuh as.
Kaum Nuh as diperkirakan hidup pada sekitar 4000 SM
atau lebih dari 25 abad setelah Adam as. Mereka menempati wilayah sekitar
sungai Tigris dan sungai Efrat di Irak. Masyarakatnya sebagian besar hidup
sebagai petani. Mulanya mereka menyembah Allah SWT semata namun seiring dengan
berlalunya waktu merekapun menyembah berhala dan patung-patung.
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah
Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau
kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar
(kiamat)”.(QS.Al-Araf(7):59).
“Nuh
berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang maka
seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya
setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka,
mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya
(ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan
sangat”. (QS.Nuh(71):5-7).
Nabi
Nuh as selama 950 tahun terus berdakwah mengajak kaumnya agar kembali ke jalan
yang benar namun mereka tetap berkeras hidup dalam kesesatan. Hingga akhirnya
Nuh as menyerah dan memohon kepada Allah SWT agar memberika hukuman kepada
mereka.
“Nuh
berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau
biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan
mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma`siat lagi sangat
kafir..”.(QS.Nuh(71):26-27).
“Dan
buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah
kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka
itu akan ditenggelamkan..”(QS.Huud(11):37).
“Hingga
apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami
berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang
sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu
ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak
beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu
sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan
berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS.Huud (11):40-41).
”Dan
difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” Dan
airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas
bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”.
(QS.Huud(11):44).
Begitulah akhir nasib kaum yang mendustakan Sang
Khalik, Yang Maha Kuasa berbuat apapun. Kemudian dengan izin Allah, perahu
besar itu terdampar di gunung Judi (pegunungan Ararat, wilayah timur Turki). Di
tanah ini mereka membentuk masyarakat yang takwa dibawah bimbingan Nuh as,
salah satu ulul azmi, Sang Rasul pilihan. Setelah jumlah mereka semakin banyak
merekapun kemudian berpencar ke berbagai arah, sebagian pergi ke Jazirah
Arab,sebagian lagi menuju ke Irak dan yang lainnya ada yang ke Utara, Barat
maupun Selatan.
2.
Kaum Nabi Hud as.
Kaum ini dinamakan kaum ‘Aad, kotanya dinamai kota
Iram. Mereka termasuk bangsa Arab dan tinggal di kawasan Al-Ahqaaf (kini
Hadramaut), Yaman. Pada masa Nabi Hud as kaum ini telah mampu membangun
gedung-gedung tinggi yang mewah. Mereka adalah orang-orang pertama yang
membangun gedung-gedung seperti itu. Mereka memiliki harta yang melimpah.
“Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum `Aad?
(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang
tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri
lain”.(QS.Al-Fajr(89):6-8).
Sayangnya mereka tidak pandai bersyukur. Sebaliknya
mereka malah menyombongkan diri dan merasa diri tidak ada yang lebih kuat dari
mereka.
“Adapun
kaum `Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar
dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah
mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih
besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari
tanda-tanda (kekuatan) Kami”. (QS.Fushilat(41):15).
Bahkan penduduknya lebih memilih menyembah berhala
daripada menyembah Allah SWT. Nabi Hud as datang untuk memberi peringatan
tetapi mereka terlalu congkak untuk mengakui kesalahan mereka. Oleh sebab itu
Allah SWT menimpakan azab kepada mereka.
“Adapun
kaum `Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin
lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh
malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum `Aad pada waktu
itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang
telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara
mereka”.(QS.Al-Haqqah(69):6-8).
Namun
Allah SWT berkehendak agar bekas-bekas kota dimana kaum ’Aad pernah hidup tidak
sama sekali lenyap. Pada tahun 1980 sekelompok peneliti yang tertarik akan
keberadaan kota Iram di masa lalu, sengaja mengadakan penelitian di daerah
Hadramaut. Dengan bantuan peralatan canggihnya, mereka berhasil merekam bekas
kota tersebut melalui Pesawat Luar Angkasa The Challenger walaupun
hanya sedikit sekali. Kota ini diperkirakan ada lebih dari 3000 tahun yang lalu
di perbatasan antara Yaman dan Oman. Maha Benar Allah atas segala firman-Nya!
Ini adalah peringatan bagi kaum yang akan datang.
“yang
menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah
mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali
(bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada kaum yang berdosa”. (QS.Al-Ahqaaf (46):25).
3.
Kaum Nabi Shaleh as.
Mereka adalah kabilah Tsamud, penduduk yang mendiami
kawasan Al-‘Ala yang terletak diantara Madinah dan Tabuk. Mereka datang setelah
kaum ‘Aad dan sebagaimana kaum ‘Aad mereka juga menyembah berhala-berhala.
Mereka mendirikan rumah dan istana mereka dengan jalan memahat gunung-gunung.
”Dan
ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang
berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu
dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat
gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah ni`mat-ni`mat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”.
(QS.Al-Araaf (7):74).
Nabi Shaleh as diutus untuk memperingatkan mereka agar
mereka tidak mencontoh perbuatan kaum ’Aad. Nabi Shaleh diberi mukjizat seekor
unta yang tidak akan habis air susunya walapun diminum oleh banyak orang.
”Dan
(Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata. “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya
telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah
ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah,
dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang
karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih“.(QS.Al-Araaf(7):73).
Namun mereka malah melecehkan peringatan Nabi Shaleh
as dengan membunuh unta tersebut.
”Kemudian
mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh
terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: “Hai Shaleh, datangkanlah
apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk
orang-orang yang diutus (Allah)”. Karena itu mereka ditimpa gempa,
maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal
mereka”.(Q.Al-Araaf(7):77-78).
”Sesungguhnya
Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka
jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya
kandang binatang”.(QS.Al-Qomar(54):31).
Itulah ganjaran bagi kaum yang tidak mau memperhatikan
ayat-ayat Allah SWT dan tidak dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah
terdahulu.
”Maka
Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu,
tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat“.
(QS.Al-Araaf (7):79).
“Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”.
(QS.Al-Qomar(54):32).
4.
Kaum Nabi Syuaib as.
Penduduk Madyan tinggal di wilayah barat laut jazirah
Arab, di wilayah antara Tabuk dan selatan Yordania. Penduduk daerah ini selain
tidak mau menyembah kepada Allah juga sejak lama telah terbiasa berbuat
kejahatan dan kecurangan. Perawakan mereka besar lagi kasar prilakunya. Mereka
gemar mengurangi takaran dan timbangan dalam mencari keuntungan berdagang.
Ditengah kaum yang seperti inilah Nabi Syuaib diutus. Ia dikenal sebagai
seorang yang pandai dan penyantun di kalangan kaumnya. Keluarganya adalah
keluarga yang dihormati.
”Dan
kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu
selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya
aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”. (QS. Huud
(11):84).
”Mereka
berkata: “Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan
itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara
kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah
merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”.
(QS. Huud (11):91).
Penduduk
Madyan adalah bukan orang-orang terpelajar. Mereka mengira bahwa kedudukan dan
kehormatan di dunia adalah lebih mulia daripada Tuhan, Allah SWT yang telah
menciptakan mereka. Oleh karena itu mereka tidak mau dan tidak mengerti apa
yang dikatakan Syuaib as. Maka mereka tetap meneruskan kebiasaan buruk mereka
hingga akhirnya Allah SWT menjatuhkan hukuman bagi mereka.
”Syu`aib
menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut
pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang
terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang
kamu kerjakan”.(QS. Huud(11):92).
”Dan
tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman
bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang
zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka
mati bergelimpangan di rumahnya”. (QS. Huud(11):94).
5.
Kaum Nabi Luth as.
Nabi Luth as adalah kemenakan Nabi Ibrahim as.
Sebagaimana pamannya Luth juga diberi tugas ke-Rasul-an. Ia tinggal di kota
Sodom, sebuah kota yang terletak di sebelah selatan Laut Mati. Masyarakat kota
ini benar-benar telah tersesat jauh. Merekalah kaum pertama di dunia ini yang
mempraktekkan perbuatan homoseksual, sebuah perbuatan yang sungguh hina dan
nista.
“Dan
(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang
belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”.
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada
mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan
pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang berpura-pura mensucikan diri”. (QS.AL-A’raaf(7):80-82).
Nabi Luth berulang kali mengingatkan kaumnya agar
mereka segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar namun mereka malah
berusaha mengusirnya, padahal Luth juga telah mengingatkan akan adanya azab
Allah SWT yang berat. Luth sungguh merasa tidak berdaya.
”Luth
berkata: “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”. (QS.
Huud(11):80).
Akhirnya Allah SWT mengutus 2 malaikat untuk datang
menemui Luth dengan menyamar sebagai manusia lelaki biasa.
”Para
utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut
kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal,
kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka
karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh;
bukankah subuh itu sudah dekat?”. (QS. Huud(11):81).
Akan tetapi kaum yang terlaknat ini sungguh telah
kehilangan akalnya. Mereka malah berusaha masuk kedalam rumah dan memaksa Luth
as agar menyerahkan ke 2 tamunya tersebut. Demikian pula istri Luth as, ia
termasuk orang-orang yang zalim.
”Dan
sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada
mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah
azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”.(QS.Al-Qamar(54):37).
”Maka mereka
dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan
terbit”.(QS.Al-Hijr(15):73).
”Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di
atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah
yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan
siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim”. (QS. Huud(11):82-83).
Itulah
akhir kaum yang tidak mau menuruti hukum dan aturan-aturan Yang Menciptakannya,
Yang Memilikinya, Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Dan Allah SWT
berkehendak agar kota tersebut menyisakan tanda-tandanya agar dijadikan pelajaran
bagi kaum yang berikutnya.
”Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi
orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu
benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)”.
(QS.Al-Hijr(15):75-76).
Kota itu adalah kota Sodom, yang terletak di sebelah
selatan Laut Mati. Yang hingga kini masih meninggalkan sisa-sisanya.
6.
Kaum Nabi Musa as.
Nabi Musa as diutus mengajak kaum Fir’aun di Mesir yang
selama berabad-abad menyembah dewa-dewa bahkan menganggap Fir’aun adalah Tuhan.
Mereka adalah kaum yang amat tersesat dan tidak tahu bersyukur padahal Allah
SWT telah menganugerahi negri ini dengan kekayaan yang begitu melimpah. Namun
pemimpinnya sangat jahat dan keji.
”Sesungguhnya
Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan
dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan
hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir`aun termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (QS.Al-Qashash(28):4).
Ketika
Musa as memperkenalkan diri bahwa ia adalah utusan Allah dan Tuhan yang patut
disembah hanyalah Allah SWT mereka malah mengolok-ngolok dengan membangun
sebuah bangunan tinggi untuk ’melihat ’ Tuhannya Musa as.
”Dan
berkata Fir`aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain
aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah
untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta”.(QS.Al-Qashash (28):38).
Setelah bertahun-tahun lamanya Nabi Musa mengajak
Fir’aun dan kaumnya agar kembali ke jalan yang benar tanpa hasil yang memuaskan
akhirnya Musa as memohon agar Allah SWT memberi mereka pelajaran.
”Musa
berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan
pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya
Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya
Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih“.
(QS.Yunus(10):88).
Namun
meskipun Allah SWT telah memberikan begitu banyak cobaan dan Musa pun telah berulang
kali memperingatkan akan adanya azab Allah, Fir’aun dan kaumnya tetap
membangkang. Akhirnya Musa as bermunajat agar Allah SWT mendatangkan azab yang
pedih.
”Kemudian
Musa berdo`a kepada Tuhannya: “Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang
berdosa (segerakanlah azab kepada mereka)”. (Allah berfirman):
“Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari,
sesungguhnya kamu akan dikejar dan biarkanlah laut itu tetap terbelah.
Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”.(QS.Ad-Dukhan(44):22-24).
Ketika Fir’aun melihat bahwa ajalnya telah hampir tiba
ia segera mengakui kesalahan dan bertaubat.
”Dan
Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun
dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga
bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya
termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah
sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari
ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.(QS.Yunus(10):90-92).
Namun
nasi telah menjadi bubur, Allah SWT tidak menerima pengakuan dan taubat orang
yang dalam sakratul maut, dimana ia telah melihat azab di pelupuk matanya,
dimana ia tidak mempunyai pilihan selain bersaksi bahwa Tiada Tuhan yang patut
disembah melainkan Allah. Sebaliknya Allah SWT berkenan menjadikan Fir’aun
sebagai pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian yaitu dengan
menyelamatkan badannya. Saat ini kita dapat menyaksikan jasad Fir’aun yang
baru-baru ini ditemukan setelah ribuan tahun lamanya tenggelam di telan air
laut. Jasad ini diabadikan di ’Museum of Cairo’, Mesir yang dapat
dikatakan masih utuh bahkan pakaiannya hanya sebagian saja yang hancur!
7.
Kaum Tubba’.
Kaum Tubba’ dan kaum Saba’ adalah dari keturunan yang
sama. Mereka menempati wilayah yang sama pula, yaitu Yaman (lihat bab mengenai
’Kerajaan Ratu Bilqis dan Kerajaan Himyar’). Kaum yang hidup pada zaman Ratu
Bilqis disebut kaum Saba’ sedangkan kaum Tubba’ hidup pada masa kerajaan
Himyar. Berkat adanya waduk raksasa Ma’rib, daerah mereka subur dan makmur
namun dengan hancurnya bendungan tersebut kini Yaman adalah daerah yang tandus,
kering dan gersang. Daerah tersebut hanya ditumbuhi sedikit pepohonan, itupun
kurang manfaatnya.
Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 525 M, raja
Himyar yang bernama Dhu Nuwas mempunyai hubungan yang buruk dengan kerajaan
Kristen Aksum di Etiopia. Ia melakukan penyerangan terhadap wilayah kerajaan
Aksum yang terletak di jazirah Arab, yaitu kota Najran dan Zafar. Mereka
membunuhi dan membantai musuh-musuhnya secara kejam dan biadab di kedua kota
tersebut.
”Apakah
mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba` dan
orang orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa”.(QS.Adh-Dukhan(44):37).
Akibat kebiadaban tersebut Romawi yang juga penganut
Kristen menyerang Himyar hingga akhirnya kerajaan ini takluk dibawah kekuasaan
Romawi. Namun beberapa waktu kemudian Abrahah, yang ketika itu adalah salah
seorang raja muda kerajaan Aksum berhasil menguasai Himyar. Ia adalah seorang
penganut Nasrani penyembah berhala. Raja ini mendirikan sebuah gereja besar di
kota Sana’a, ibu kota Himyar. Gereja ini berdiri tinggi menjulang ditaburi
dengan batu permata di setiap penjurunya dengan maksud agar dapat menyaingi
Ka’bah di kota Mekkah yang ketika itu menjadi pusat pemujaan berhala di
semenanjung Arab. Selanjutnya terjadilah persaingan sengit yang menjurus kepada
kerusakan sehingga akhirnya Abrahah dengan membawa pasukan gajahnya berangkat
ke Mekkah dengan maksud akan menghacurkan Ka’bah. Inilah yang dimaksud pasukan
gajah dalam surat Al-Fiil.
”Apakah
kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap
tentara bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka
(untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada
mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu
(berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti
daun-daun yang dimakan (ulat)”.(QS.Al-Fiil(105):1-5).
Peristiwa ini terjadi pada tahun 570M , yaitu tahun
kelahiran Rasulullah (oleh sebab itu tahun tersebut juga dikenal dengan nama
tahun Gajah). Suku Quraisy tidak mampu menahan serangan pasukan Abrahah yang
kuat. Abdul Muththalib, kakek Rasulullah, sebagai pemimpin ketika itu hanya
mampu menyarankan agar sukunya bersembunyi. Ia mengatakan kepada Abrahah bahwa
Ka’bah bukan milik suku Quraisy, Sang Pemiliklah yang akan mempertahankannya
sendiri.
Setelah itu, orang-orang Quraisy yang bersembunyi di
atas gua Hira’ menceritakan bahwa mereka melihat segerombolan burung-burung
penyambar muncul dari arah lautan. Masing-masing burung tersebut membawa tiga
buah batu, dua batu di masing-masing kedua kakinya dan satu batu lagi di
paruhnya. Burung-burung tersebut menjatuhkan batu-batu yang dibawanya ke arah
pasukan gajah yang dibawa Abrahah hingga sebagian besar mati. Abrahah sendiri
dikabarkan pulang ke negrinya, Yaman dalam keadaan badannya hancur penuh luka
bakar dan nanah. Ia tewas beberapa saat setelah tiba di tanah airnya. Dan tak
berapa lama kemudian terdengar berita bahwa waduk di negri tersebut ambruk.
Berita yang sampai ke Mekkah ketika itu bermacam-macam. Ada yang mengatakan waduk
ambruk karena hujan yang turun terus menerus, ada pula yang mengatakan karena
gempa namun ada pula yang mengatakan karena adanya wabah tikus yang
menggerogoti dasar waduk!
”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda
(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di
sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan):
“Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka
dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl
dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian
itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”.
(QS.Saba’(34):15-17).