BAB VIII : KEPASTIAN JANJI ALLAH SWT

 

”…… Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.(QS:At-Thalaq(65):2-3).

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. (QS. Al-Ankabut(29):40).

Itulah 2 janji Allah yang pasti akan dipenuhinya. Kemudahan urusan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat bagi siapa yang takwa dan kesengsaraan serta kenistaan baik di dunia apalagi di akhirat bagi siapa yang mendurhakai-Nya.

 

I.  Atas orang dan kaum yang taqwa.

”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“. (QS.Ibrahim(14):7).

Begitu banyak, berat dan kuat gangguan yang dihadapi manusia dalam perjalanannya menuju taqwa. Namun demikian sesungguhnya Allah SWT tetap menghendaki agar manusia dapat melewati rintangan dan hambatan-hambatan tersebut. Hal ini terbukti dengan banyaknya Nabi dan Rasul yang diutus untuk membimbing manusia menuju jalan yang lurus, yaitu untuk senantiasa menyembah kepada Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.

Pada setiap umat setiap zaman sesungguhnya Allah SWT telah mengutus seorang utusan, baik itu Nabi maupun Rasul. Untuk itulah Allah SWT mengajarkan kita agar mengadakan perjalanan di muka bumi agar kita memperhatikan dan kemudian mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang telah ditinggalkan-Nya di muka bumi ini, yaitu melalui peninggalan-peninggalan kuno bersejarah dan sisa-sisa ajaran terdahulu.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.An-Nahl(16):36).

Jumlah Nabi menurut hadis (lihat bab ’Iman kepada Rasul’) adalah 124.000 orang, 315 diantaranya adalah Rasul. Sedangkan yang tersebut dalam Al-Quran hanya 25 saja. Jadi tidak mengherankan bila belakangan ini ditemukan peninggalan-peninggalan kuno dan sisa-sisa ajaran yang mencerminkan adanya ajaran Monotheisme atau Tauhid di setiap belahan dunia.

“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang  Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allahhari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS.Al-Baqarah(2):62).

Ayat di atas menunjukkan bahwa siapapun yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian serta beramal saleh maka  mereka akan menerima pahala serta akan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Bahkan orang Yahudi dan Nasrani  sekalipun bila mereka beriman kepada Allah, Tuhan  yang satu, yang tidak beranak dan diperanakkan  kelak mereka akan dimasukan ke dalam surga-Nya. Jadi orang Yahudi dan Nasrani yang dimaksud ayat diatas adalah pengikut Musa as dan Isa as yang taat pada jamannya dahulu ketika ajarannya belum diselewengkan. Waraqah bin Nufail dan pendeta Bukhaira adalah salah satu contohnya.

Sedangkan yang dimaksud orang-orang Shabiin adalah penduduk negri Haran, yaitu kaum Shabi’ah. Haran adalah sebuah kota kuno di dataran Mesopotamia, kota dimana  Ibrahim as pernah menetap sebelum pindah  ke Kana’an di Palestina. Penduduk negri tersebut terpecah menjadi 2, sebagian penyembah patung dan sebagian lainnya penyembah agama tauhid yang dibawa nabi-nabi jaman dahulu. Shabi’ah kelompok kedua inilah yang djanjikan surga pada ayat di atas. Namun ada juga sebagian mufasirin yang berpendapat bahwa kaum Shabiin adalah kaum yang karena ketidak-tahuannya menyembah benda-benda langit seperti bintang dan lain-lain sebagai rasa syukur dan keyakinannya akan ke-Esa-an Sang Pencipta.

Namun memang tidak mudah mengajak manusia untuk kembali ke ajaran yang benar. Buktinya banyak diantara para Nabi dan Rasul yang dilecehkan oleh masyarakatnya hingga akhir hidup mereka sehingga ajarannyapun tidak berkembang. Banyak pula diantara mereka yang berhasil namun begitu mereka tiada ajarannyapun terhenti. Yang pasti, sebuah ajaran akan berhasil berkembang dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal ketika pemimpinnya juga menerima dan mendakwahkan ajaran tersebut. Karena dengan demikian rakyat memiliki pelindung yang juga berpegang teguh pada hukum Allah SWT sehingga mereka dapat dengan tenang menjalankan kehidupan keberagamaan mereka.

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.(QS.An-Nisa’(4):59).

Berikut beberapa contoh keberhasilan orang-orang taqwa yang berhasil menjadi pemimpin masyarakat bernegara yang tercatat dalam Al-Quran dan sejarah :

1.   Kekuasaan Yusuf as, bendaharawan Mesir. (diperkirakan sekitar 2150 SM).

Nabi Yusuf as adalah putra Nabi Yaqub as bin Ishaq as bin Ibrahim as. Ketika kecil mulanya Yusuf tinggal di negeri Syam beserta ayah dan saudara-saudaranya. (Syam saat ini adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar Syria dan Yordania). Kemudian karena saudara-saudaranya iri terhadapnya Yusuf dilemparkan kedalam sebuah sumur. Namun karena kehendak-Nya ia kemudian ditemukan serombongan kafilah yang akan menuju Mesir dan di negeri tersebut ia dijual dan dijadikan budak. Yusuf as adalah seorang yang pemuda yang sangat tampan hingga suatu ketika istri majikannyapun akhirnya tergoda dan mengganggunya untuk bermaksiat.

”Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah kesini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (QS.Yusuf(12):23-24).

Yusuf dengan bantuan Allah SWT berkat ketakwaannya, memang berhasil keluar dari fitnah namun demi membela nama baik majikannya Yusuf memilih untuk dipenjarakan. Didalam penjara inilah Yusuf berdakwah :

”Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf(12):39-40).

Hingga suatu ketika ia yang memang dikenal pandai menakwilkan mimpi, berhasil menakwilkan mimpi raja.

”Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menta`birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)”. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya”. Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” .(QS. Yusuf(12):45-49).

Yusuf berhasil mentakwilkan mimpi raja dengan izin Allah SWT. Melalui jalan ini Yusuf berhasil keluar dari penjara dan Allah SWT menunjuki sang raja agar memilihnya menjadi bendaharawan negara.

Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”. Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”. (QS.Yusuf(12):50-56).

2. Kerajaan Fir’aun Akhenaten IV (1351-1334 SM).

Akhenaten IV adalah seorang raja Mesir (fir’aun) ke 10 dari dynasty ke 18. Ia menggantikan kedudukan ayahnya, Amenhotep III pada 1351 SM ketika umurnya masih belasan tahun. Ibunyalah, Ratu Tiy yang menginginkan putranya tersebut agar menggantikan ayahnya yang meninggal. Akhenaten IV berkuasa pada masa puncak kejayaan Mesir. Permaisurinya bernama Nefertiti yang hingga saat ini dikenal sebagai ratu tercantik di dunia disamping Cleopatra. Ia memiliki 6 orang putri dan seorang selir bernama Kia.

Pada masa kekuasaannya baik nama maupun gambar ‘Amun’ dan ‘Mut’ di berbagai bangunan monumen di Mesir yang selama sejarah berabad-abad ke-fir’aun-an dikenal sebagai tuhan-tuhan yang selalu mereka sembah sama sekali tidak tampak diseluruh pelosok Mesir maupun Nubia yang pada saat itu menjadi daerah kekuasaannya. Pada tahun ke 6 kekuasaannya, Akhenaten yang memiliki nama lahir Amenhotep IV mengganti namanya menjadi Akhenaten yang berarti ‘hamba Aten’, ‘Aten’ adalah sebutan bagi Tuhan yang disembahnya, Tuhan yang memiliki Matahari. Rupanya Akhenaten sangat terobsesi dengan kehebatan Matahari dan sinarnya hingga ia memilih Matahari sebagai lambang kekuasaan Tuhan sekaligus lambang kekuasaanya. Pada saat yang sama ia juga memindahkan pusat kekuasaan dari ibu kota lama ke sebuah kota diantara Memphis dan Thebes yang diberinya nama ’Akhet-Aten’, sekarang dikenal dengan nama Amarna/Tell el-Amarna.

Sejarah mencatat, dialah satu-satunya fir’aun yang mereformasi ajaran agama, ia mengajarkan Monoteisme. Padahal sebelumnya Mesir dikenal sebagai kerajaan yang menyembah banyak tuhan, Politeisme. Ia juga tercatat dalam sejarah sebagai raja di dunia yang pertama kali memperkenalkan bahwa Tuhan hanyalah Satu, Dia yang memiliki dan menguasai alam semesta termasuk Matahari.

“Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir`aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu”. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta”.(QS.Al-Mukmin(40):28).

”Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kamu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir`aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk”. (QS.Al-Mukmin(40):38-45).

Mungkinkah Akhenaten adalah orang yang sama dengan orang mukmin yang digambarkan dalam ayat-ayat diatas? Wallahu’alam. Namun bila memang benar, dapat dipastikan bahwa Akhenaten IV adalah anak Fir’aun yang diazab dengan cara ’ditenggelamkan’ di laut karena menentang ajaran Musa as. Ketika Akhenaten membela Musa as dengan perkataan sebagaimana ayat 28 diatas, Akhenaten belum menjadi raja dan karena seluruh kaumnya adalah penyembah berhala yang juga men’Tuhan’kan ayahnya, ia terpaksa menyembunyikan keimanannya. Oleh sebab itu pula ketika ayahnya meninggal ibunya, Ratu Tiy alias Asiya, istri Fir’aun yang digambarkan Al-Quran adalah seorang hamba yang taqwa, memilih Akhenaten agar memegang kekuasaan.

”Dan Allah membuat isteri Fir`aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir`aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”(QS.At-Tahrim(66):11).

Selama ini khalayak umum meyakini bahwa Ramses II adalah Fir’aun yang hidup di zaman Musa as. Ini adalah berdasarkan pendapat seorang pendeta Yahudi yang hidup pada tahun 300 an SM. Namun sejak tahun1960an dengan makin majunya ilmu pengetahuan, para arkeolog mulai meragukan kebenaran hal tersebut. Salah satu keraguan yang timbul adalah disebabkan tidak ditemuinya kadar garam yang tinggi pada jasad tersebut. Belakangan ini dikabarkan bahwa pemerintah setempat berencana akan meneliti ulang seluruh mumi yang ada dengan menggunakan bantuan alat super canggih, CT Scan.

Namun sayang, setelah Akhenaten dikabarkan meninggal, ajarannya yang dengan susah-payah didirikannya tersebut, juga ikut lenyap demikian juga kota Akhet-Aten. Penerusnya, Fir’aun Tutenkhamen yang juga sekaligus menantunya memerintahkan agar seluruh ajaran dan kenangan yang berhubungan dengan Akhenaten, Sang Hamba-Allah dihancurkan.

Sebaliknya para ahli sejarah Mesir hingga saat ini masih mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap keluarga kerajaan Akhenaten. Karena ternyata mumi Sang raja beserta keluarga tidak ditemukan di berbagai lokasi pyramid yang ada di seluruh Mesir. Bahkan permaisurinya, Nefertiti dikabarkan menghilang begitu saja demikian pula anak-anaknya, ibu Akhenaten; Ratu Tiy juga istri keduanya; Kia. Syahdan dikabarkan Akhenaten pernah bermimpi bahwa Tuhan menyuruhnya agar mendirikan sebuah kota diantara 2 buah gunung. Apa yang sesungguhnya terjadi dengannya?

 

3. Dinasti Chou (1121 SM – 256 SM).

Suatu ketika Rasulullah pernah bersabda: ”Carilah ilmu hingga ke negeri Cina”. Sebenarnya apa yang diketahui Rasulullah tentang negeri yang terletak ribuan mil jauhnya dari jazirah Arabia ini?

Cina pada masa Dinasti Chou adalah sebuah kerajaan yang mempunyai peradaban tinggi. Kerajaan ini berkuasa hingga lebih dari 8 abad lamanya. Kerajaan ini sejak lama dikenal telah memiliki pengetahuan sistim tulis-menulis yang maju. Ia juga dikenal telah memiliki pengetahuan seni dan persenjataan yang terbuat dari metal, perunggu dan besi karena memang besi dapat ditemukan dengan mudah di daerah tersebut. Mereka telah mengenal bagaimana cara melebur atau melelehkan besi untuk memenuhi segala keperluannya. Pada waktu yang sama mereka juga telah mengenal dan menggunakan ’chariot’ kereta kuda yang memiliki kekhasan Yunani kuno / Mesir.

Yang menarik, raja-raja mereka menyatakan bahwa kekuasaan yang sesungguhnya itu berada di langit, mereka menyebutnya sebagai ’Mandate of Heaven’. Tuhan berkuasa atas mereka, oleh karenanya hanya orang-orang yang mau menurut perintah Tuhannya saja yang dapat berkuasa di negeri tersebut. Raja disamping pemimpin bagi rakyatnya juga pemimpin spiritual. Mereka menyebut Tuhannya ’Tien’, yang merujuk pada kekuasaan ’langit’, Tuhan yang menguasai matahari, angin, air dan hujan di bumi ini. Mereka berkeyakinan bahwa Tuhan hanya satu. Ini berarti ajaran Monotheisme, ajaran Tauhid, agama yang diridhoi Allah SWT. Menurut ’Chinese Religion ’, kitab yang menulis riwayat tentang kehidupan keberagamaan rakyat Cina yang diterbitkan oleh penerbit Oxford, New York pada tahun 1995, pendiri Chou Dinasti dan keluarga besarnya menjadikan Ilah Yang Maha Satu sebagai sembahan. Mereka juga berhasil mengikis kepercayaan dan ritus-ritus yang berlaku semasa dinasti sebelumnya.

Yang juga tidak kalah menariknya, adalah sejarah yang menjadi saksi berdirinya sebuah tembok pertahanan di Zhengzhou, bekas ibu-kota Shang Dinasti yang berkuasa sebelum Chou Dinasti pada 1600 – 1046 SM. Kota ini terletak di selatan Anyang, ibu kota Chou Dinasti. Zhengzhou dikelilingi pegunungan-pegunungan tinggi Cina. Di kota ini berdiri tembok kuno yang sekarang menjadi salah satu bagian dari tembok Cina atau ’Great Wall of China’ dan disebut sebagai ”The Father of The Great Wall” . Tembok ini didirikan pada masa kekuasaan Shang Dinasti pada sekitar 1330 SM dengan tujuan untuk mencegah masuknya musuh-musuh mereka dari arah utara, yaitu yang berbatasan dengan Mongolia. Musuh-musuh ini mereka gambarkan sebagai musuh yang amat jahat dan bengis.

Dari data-data diatas, Hamdi bin Hamzah Abu Zaid, seorang ilmuwan berkebangsaan Saudi penulis buku yang membahas tentang kemunculan ’Ya’juj & Ma’juj ’ berani berkesimpulan bahwa sang pendiri dinasti Zhou dan raja (fir’aun) Akhenaten IV adalah orang yang sama, yaitu Dzulkarnaen, hamba Allah yang diberi kekuasaan di muka bumi sebagaimana ayat-ayat berikut :

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu maka diapun menempuh suatu jalan”.(QS.Al-Kahfi(18):83-85).

”Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, ,demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan”.(QS.Al-Kahfi(18) :89-93).

Dzulkarnaen adalah seorang yang mempunyai kekuasaan. Ia menempuh sebuah perjalanan menuju kearah terbitnya matahari , yaitu timur. Kemudian kembali lagi hingga akhirnya ia tiba di Zhengzhou, kota yang terletak diantara gunung-gunung di suatu negri yang ia tidak mengerti bahasanya, yaitu Cina. Sebagaimana kita maklumi bahasa Cina adalah bahasa yang hingga kini terkenal sulit dan rumit bahasanya. (Sejarah mencatat bahwa Akhenaten IV, sang firaun penganut Monotheisme pernah bermimpi diperintahkan Tuhannya untuk mendirikan sebuah kota diantara pegunungan. Mungkinkah oleh sebab itu para arkeolog tidak menemukan mumi Firaun tersebut karena ia memang tidak meninggal di negrinya melainkan ia pergi menuju Cina untuk memenuhi perintah Tuhannya tersebut?).

Di kota ini Dzulkarnaen dimintai tolong penduduknya agar mendirikan sebuah dinding yang dapat melindungi mereka dari musuh-musuh jahat, yaitu Ya’juj dan Ma’juj. Rupanya mereka tahu bahwa Dzulkarnaen mempunyai keahlian tersebut karena Dzulkarnaen adalah seorang raja Mesir, negri yang ketika itu telah sangat maju. Disamping itu Cina memiliki kekayaan alam berupa besi yang memungkinkan Dzulkarnaen membangun sebuah tembok kokoh yang terbuat dari potongan-potongan besi yang dilelehkan, sebuah tehnologi yang amat canggih apalagi pada masa itu.

”Mereka berkata: “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”. Dzulqarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu”. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”. (QS.Al-Kahfi (18):94-98).

Walaupun di negri asalnya ia tidak begitu berhasil membangun masyrakat sebagaimana yang dikehendaki-Nya namun di negri Cina ia berhasil meletakkan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan hingga akhirnya keturunannya berhasil mendirikan sebuah kerajaan besar yang penuh takwa, yaitu Dinasti Zhou. Kekuasaan dinasti ini bertahan hingga kurang lebih 8 abad lamanya. Terlepas apakah Dzulkarnaen, Firaun Akhenaten IV dan pendiri Zhou Dinasti adalah orang yang sama, yang pasti mereka adalah hamba-hamba Allah yang takwa, yang dengan ridho-Nya berhasil membentuk masyarakat yang menyembah Tuhan Yang Satu, Allah SWT.

 

4. Kerajaan Daud as dan Sulaiman as. (1010 SM – 927 SM).

Daud as dan Sulaiman as adalah dua orang hamba Allah yang diserahi tugas sebagai utusan Allah sekaligus raja bagi bangsa Yahudi. Daud diangkat menjadi raja setelah dalam pertempuran berhasil mengalahkan Jalut, musuh besar bangsa tersebut. Ketika itu kerajaan dipimpin oleh raja Thalut. Ia menjanjikan kepada siapapun yang berhasil mengalahkan Jalut maka ia berhak menggantikannya.

”Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya……….”.(QS.Al-Baqarah(2):250-251).

Sebagai raja sekaligus Rasulullah, Daud menegakkan syariah Allah ditengah kekuasaannya dan Allah SWT menurunkan kitab Suci Zabur kepadanya.

”…….Dan Kami berikan Zabur kepada Daud”. (QS.An-Nisa’ (4):163).

”Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS.Saba’(34):10-11).

Daud memimpin kerajaan selama kurang lebih 40 tahun dari 1010 hingga 970 SM. Setelah meninggal dunia, putranya, yaitu Sulaiman as menggantikan kedudukan sebagai raja bagi bani Israel. Kekuasaannya bertambah luas hingga ke utara di Damaskus, Syam hingga ke Mesir di selatan.

Sulaiman as diberi kemampuan yang sebelumnya tidak pernah diberikan di dunia ini kepada siapapun, yaitu kemampuan untuk menaklukkan angin, berbicara kepada binatang bahkan menaklukkan bangsa jin.

”Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu; dan adalah Kami memelihara mereka itu,”.(QS.Al-Anbiyya(21):81-82).

Pada masa ini, kota telah mencapai kemajuan sebagai kota metropolis. Kota dipenuhi dengan bangunan-bangunan tinggi dengan marmer berkwalitas.

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)…..”.(QS.Saba’(34):13).

Sulaiman dikenal sebagai raja yang bijaksana. Diantara tindakan Sulaiman yang terkenal adalah ketika ia harus memutuskan perkara 2 orang perempuan yang memperebutkan seorang bayi, masing-masing mengaku bahwa ia adalah ibu kandung bayi tersebut. Ketika itu Sulaiman berkata agar bayi tersebut dibelah dua saja. Perempuan pertama langsung menyetujuinya sementara perempuan kedua berkata bahwa ia lebih baik mengalah daripada harus mengorbankan hidup bayinya. Dari situ Sulaiman dapat mengetahu siapa sebenarnya ibu kandung yang asli. Selain itu Sulaiman juga dikenal karena jasanya dalam merenovasi Masjidil Aqsa di Palestina. Masjid ini didirikan oleh Ishaq as empat puluh tahun setelah Ibrahim as dan saudaranya, Ismail as membangun Ka’bah di Mekah.

Al-Quran juga menceritakan sebuah kisah tentang Sulaiman yang ketika itu sedang memimpin barisannya kemudian bertemu dengan sekelompok semut.

”Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo`a: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni`mat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.(QS.An-Naml(27):15-19).

Meski Daud dan Sulaiman telah dianugerahi kekuasaan dan ilmu yang banyak, mereka tidak pernah lupa bersyukur kepada Allah SWT.

”Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman“. (QS.An-Naml(27):15).

Kekuasaan Sulaiman berjalan selama 40 tahun. Ia meninggal dalam keadaan duduk di singgasananya tanpa diketahui pasti kapan ia meninggal dunia. Bersamaan dengan itu lenyap pula aqidah di kerajaan tersebut. Para penggantinya adalah orang-orang yang men-sekutukan Allah SWT. Bahkan mereka telah menyebar fitnah yang sungguh keterlaluan bahwa kedua Rasul Allah tersebut adalah ahli sihir yang gemar akan perbuatan mesum dan tidak senonoh sebagaimana yang mereka gambarkan dalam kitab suci mereka.

 

5.   Kerajaan Ratu Balqis (sekitar 900 SM – 101 SM) dan kerajaan Himyar. (110 SM –571 M).

Barat mengenalnya dengan nama Ratu Sheba. Lokasi bekas kerajaan yang diperintah seorang ratu ini masih dipertentangkan antara Yaman sekarang atau Etiopia sekarang. Namun belakangan ini di Yaman, jazirah Arabia selatan ditemukan lokasi reruntuhan bekas peradaban kuno (diperkirakan telah berumur sekitar 3000 tahun). Kemungkinan besar ini adalah bekas kerajaan Sa’ba. Namun para arkeolog tidak menutup kemungkinan bahwa Yaman dan Etiopia pada satu masa pernah berada dibawah satu wilayah kerajaan. Kerajaan yang pada masa Sulaiman as telah ada dan telah mengadakan berbagai hubungan.

”Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai `Arsy yang besar”. (QS.An-Naml(27):22-26).

Di lokasi tersebut ditemukan reruntuhan berbagai peninggalan kuno diantaranya patung perunggu pejuang Sa’ba, patung-patung yang terbuat dari pualam putih berkwalitas serta berbagai peninggalan kuno lainnya seperti perhiasan emas, kaca dan keramik yang menunjukkan kekayaan dan ketinggian peradaban mereka. Dari tulisan-tulisan mereka diketahui bahwa pada saat itu mereka telah tinggal dibangunan-bangunan tinggi hingga dengan demikian mereka dapat mengukur dengan pas burung-burung yang terbang disekitar mereka. Mereka juga banyak memproduksi wewangian sebagai bagian kehidupan ritual keagamaan sebagai persembahan kepada berhala-berhala sesembahan mereka sebagaimana umumnya negara pagan. Disamping itu sejarah juga memperlihatkan telah adanya hubungan dagang dan ekonomi antar berbagai negara seperti kerajaan Sulaiman di utara, kerajaan Axumite di Afrika, kerajaan Romawi juga Cina dan India.

”Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri”. (QS.An-Naml(27):28-31).

Untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan kerajaannya, Sulaiman as kemudian memerintahkan agar istana sang Ratu dipindahkan ke dekat istana Sulaiman di Syam. Hal ini dapat terjadi karena Allah SWT memang telah memberinya kekuasaan dan kepercayaan dalam banyak hal sebagai cobaan baginya.(lihat bab mengenai kerajaan Sulaiman diatas).

”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni`mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS.An-Naml(27):40).

Kerajaan Sa’ba dengan ratunya, yaitu Ratu Balqis akhirnya tunduk kepada kekuasaan kerajaan Sulaiman. Mereka menikah namun Sulaiman as tetap membebaskan sang permaisuri bersinggasana di istananya di Sa’ba.

”Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”. Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam“.(QS.An-Naml(27):42-44).

Kerajaan ini bertahan lama hingga akhirnya ditaklukkan oleh kaum Tubba yang kemudian mendirikan kerajaan Himyar pada tahun 110 Sebelum Masehi. Ibnu Asakir, seorang ahli sejarah sekaligus ahli hadis menuturkan bahwa kerajaan ini pernah diperintah oleh seorang Tubba/ Raja yang bernama As’ad bin Kuraib bin Malikraba al Yamani. Ia dikenal sebagai seorang raja yang adil. Pada masanya kerajaan maju pesat terutama di bidang pertanian. Kerajaan ini memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara di sebelah timur Afrika dan negara-negara sepanjang Laut Mediterania. Ia bahkan mengekspor gading gajah ke kerajaan Rumania. Raja ini juga dikenal sebagai seorang Yahudi yang shaleh. Suatu ketika ia pernah berkunjung ke Madinah dan menggubah sebuah syair yang kemudian disimpan secara turun temurun oleh masyarakat kota tersebut. Syair tersebut berbunyi sebagai berikut :

”Aku bersaksi bahwa Ahmad adalah seorang utusan. Allah, Pencipta semua nyawa, Kalau usiaku sampai ke masanya, niscaya aku, Menjadi pembela untuknya dan anak paman. Dan aku akan berjuang dengan pedang, Melawan musuh-musuhnya dan aku lapangkan, Segala kesusahan dari dadanya”.

Namun sayang harapan As’ad tidak terkabul, ia wafat bertahun-tahun sebelum Rasulullah SAW diutus. Sedangkan kerajaannya sendiri berakhir secara bertahap seiring dengan hancurnya waduk Ma’rib sekitar tahun 570 M. Waduk ini diberitakan memang telah mengalami kerusakan beberapa kali. Sebelumnya, waduk raksasa yang dibangun pada abad 7 SM dan dikenal sebagai sebuah waduk yang mempunyai tehnologi canggih pada masanya (diperkirakan memiliki ketinggian 30m diatas permukaan laut dan panjang 1.6km) adalah merupakan tumpuan serta sumber kehidupan masyarakat seluruh wilayah kerajaan. Inilah yang menjadi penyebab utama berakhirnya kerajaan Himyar disamping kebobrokan moral para penguasanya.

Meskipun demikian karena kasih sayangnya pula Allah SWT berkenan untuk terus memelihara salah satu kotanya yaitu Sanaa, sekarang ibukota Yaman sebagai kenangan akan ketakwaan penduduknya. Kota ini dikelilingi benteng peradaban kuno, di dalamnya terdapat gereja-gereja lama serta ratusan mesjid. Dan hingga kini bagaikan masih dalam keadaan sebuah kota 2500 tahun yang lalu. Sebuah kota yang menunjukkan adanya sisa peradaban yang telah maju dengan ratusan bangunan tinggi berarsitektur kuno sesuai pada waktunya yang telah lampau.

 

6.   Kerajaan Aksum, Habasyah-Ethiopia.(sekitar 400 SM – 700 M).

Terletak di sebelah utara Etiopia sekarang ini, kerajaan ini diperkirakan telah ada jauh sebelum tahun Masehi. Peninggalan bekas kejayaan kerajaan ini yang sekarang masih ada hanyalah adanya pilar-pilar raksasa dari granit dengan tinggi sekitar 33 m, yang merupakan pilar kuno tertinggi di dunia. Diperkirakan pada masa jayanya kerajaan ini telah memiliki hubungan dagang dengan kerajaan Sa’ba di Yaman dan juga kerajaan Sulaiman di Syam. Bahkan kemungkinan besar Yaman ketika itu telah masuk dalam kekuasaan kerajaan Aksum disamping juga bagian Barat Sudan, bagian selatan Mesir dan Jibuti.

Rakyat Aksum pada mulanya adalah penganut agama Aksum namun pada abad ke 4 setelah Masehi rajanya, yaitu Ezana dibawah bimbingan pendeta Syria Frumentius berpindah menjadi penganut Nasrani maka sejak itu ia memproklamirkan diri bahwa kerajaannnya adalah kerajaan Nasrani. Ini adalah kerajaan Nasrani kedua didunia setelah Armenia. Namun yang menarik, dikabarkan bahwa ajaran yang dipeluk rakyat kerajaan Aksum tidaklah sama dengan rata-rata pemeluk ajaran agama tersebut. Mereka tidak mengenal adanya doktrin ’ Tiga dalam Satu’ ataupun ’ Dua dalam Satu’ sebagaimana kebanyakan pemeluk Nasrani. Rupanya mereka tidak terpengaruh oleh deklarasi Nicene (’Nicene Creed’) yang merupakan dasar dari ’First Council of Nicaea’ yang dikeluarkan pada tahun 325 M oleh Constantine I, kaisar Romawi yang berkuasa antara 274 – 337 M tentang substansi ketuhanan mereka.(lihat bab ”Pengkultusan dan Penyembahan Dewa-Dewa”). Raja Aksum dan rakyatnya tetap berkeyakinan bahwa Tuhan adalah Esa, tidak ada yang menyerupainya, tidak beranak dan tidak berbapak. Ini adalah ajaran Tauhid yang diridhoi Allah SWT yang dibawa Isa as untuk umat Yahudi.

Itu sebabnya mengapa kaum Muslimin (diantaranya Ustman bin Affan dan istri, Ruqayah binti Muhammad SAW dan suaminya) pada awal penyebarannya ketika kaum Quraisy dengan sengit memusuhi mereka, Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar mereka untuk sementara berhijrah ke Habasyah. Habasyah ketika itu dibawah kekuasaan raja Najasyi, seorang Nasrani yang taat. Ia dikenal sebagai raja yang sangat adil dan bijaksana. Hal ini terjadi pada sekitar tahun 617M. Ditempat ini kaum Muslimin mendapatkan perlindungannya.

Sebaliknya kaum Quraisy begitu mendengar bahwa sejumlah Muslimin telah behijrah dan meminta suaka kepada raja Najasyi langsung menyusul ke kerajaan tersebut. Mereka mengutus Amr bin Al-’Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah agar menemui rajanya. Mereka memohon agar kaum Muslimin dikembalikan ke kaumnya di semenanjung Arabia. Mereka menceritakan bahwa orang-orang yang hijrah itu adalah orang-orang yang murtad karena mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kemudian raja Najasyi minta diterangkan agama apakah yang menyebabkan mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka itu. Maka dengan segera Ja’far bin Abu Thalibpun membacakan ayat-ayat berikut :

”Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah . Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh”. (QS.Maryam (19):19-22) dan seterusnya hingga ayat berikut :

Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (QS.Maryam(19):30-32).

Mendengar bacaan tersebut Najasyi menangis tersedu-sedu dan ia memutuskan untuk tidak menyerahkan kaum Muslimin kepada kaumnya kembali karena mereka memang tidak bersalah. Rasulullah juga pernah mengirim surat kepada raja tersebut yang isinya mengajak untuk mengikuti ajaran Islam. Berikut isi jawaban surat raja Najasyi :

”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, dari Najasyi Al-Ash-ham putera Abjar, Hai Nabi utusan Allah, semoga Allah melimpahkan kesejahteraan kepada anda. Tiada tuhan selain Dia yang menunjukkan diriku kepada kebenaran Islam. Hai utusan Allah, surat anda telah kutrima, didalamnya anda menyebut masalah Isa. Demi Tuhan Penguasa Langit dan Bumi, keadaan Isa tidak lebih dari apa yang anda kirimkan kepada kami dan kamipun telah bertemu dengan saudara misan anda beserta para sahabatnya. Aku bersaksi bahwa anda benar-benar seorang utusan Allah dan kami mempercayai serta membenarkan kebenaran anda. Kami berjanji akan mendukung kebenaran anda dan apa yang telah dikatakan oleh saudara misan anda. Dengan disaksikan olehnya aku telah mengikrarkan keislamanku dan berserah diri kepada Allah Penguasa Alam semesta. Kepada anda kekirimkan Ariha Al-Ash-ham putera Al-Jabar. Hai utusan Allah bila anda menghendaki aku bersedia datang kepada anda karena aku yakin bahwa yang anda katakan adalah benar”.

Akan tetapi berbeda dengan 2 negara tetangganya, Maqura dan Alwa yang kemudian memeluk Islam pada abad 13, Kerajaan Aksum yang sekarang lebih dikenal dengan nama Etiopia hingga saat ini masih mempertahankan ajaran lama mereka. Kitab yang mereka gunakanpun dikabarkan masih tetap berbeda dengan kitab suci umat Nasrani pada umumnya. Kitab mereka masih dalam bahasa Ge’ez, bahasa Semit kuno.

 

7. Khilafah Islamiyah (622 M – 1923 M).

Kota Mekah terletak ditengah padang pasir yang tandus. Rupanya Allah SWT telah mempersiapkan kota ini sebagai tempat kelahiran seorang Nabi besar yang kelak akan menyatukan umat dibawah kebesaran panji Islam. Berkat ditemukannya sumber air zam-zam yang memancar deras hingga kini yaitu ketika Ismail bin Ibrahim as yang menendang-nendangkan kaki kecilnya kepasir gersang karena kehausan ribuan tahun yang lalu, Mekah lama kelamaan menjadi kota besar.

”Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.(QS.Ibrahim(14):37).

Kota ini pada masa kelahiran Nabi Besar Rasulullah Muhammad, yaitu pada tahun 570 M dikenal sebagai kota yang menjadikan perdagangan sebagai sumber kehidupan mereka. Orang-orang Arab Quraisy terbiasa melakukan perjalanan dagang ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Mekah sejak dahulu juga dikenal sebagai pusat peribadahan bagi kaum pagan di seluruh semenanjung Arab. Penduduk kota ini terdiri dari beberapa bani Arab yang dikenal keras kepala dan sangat fanatik dalam membela agama dan baninya masing-masing. Mereka sering berperang satu sama lain dan tidak mau bersatu. Mereka benar-benar dalam keadaan moral yang rusak dan bejat.

Dalam keadaan seperti inilah Allah SWT mengutus Rasulullah berdakwah mengajak agar manusia mau kembali kepada ajaran yang benar, yaitu menyembah Tuhan Yang Satu, Allah SWT. Setelah melalui jalan yang begitu berat akhirnya pada tahun 622M atau sekitar 12 tahun setelah kenabian, Rasulullah berhasil mendirikan dan menanamkan benih kebesaran sebuah masyarakat Islam dengan pusatnya di kota Madinah. Pada saat inilah terjadi peletakkan asas-asas masyarakat Islam yang mengagungkan ke-Esa-anNya, yang menjadikan Sang Pencipta Alam Semesta sebagai satu-satunya dasar hukum bermasyarakat yang mengurus seluruh nafas kehidupan rakyatnya termasuk ekonomi, sosial dan politik dalam rangka membentuk masyarakat yang adil dan sejahtera. Sebuah sistim pemerintahan yang sempurna.

Pemerintahan yang kemudian dikenal dengan nama Khilafah Islamiyah ini bertahan berabad-abad lamanya. Hanya dalam waktu 10 tahun sejak didirikannya, Rasulullah telah berhasil mempersatukan seluruh jazirah Arab dan kurang dari 100 tahun kemudian pemerintahan ini telah berhasil mengembangkan kekuasaan dari perbatasan Perancis selatan, Spanyol, seluruh Afrika bagian utara, Syam, wilayah Romawi di Turki , Persi hingga perbatasan barat Cina. Ibu kotanya berpindah beberapa kali, dimulai dari Madinah, Damaskus, Kufah kemudian Bagdad dan terakhir Konstatinopel.

Selama masa kekuasaan yang amat panjang tersebut masa Khulafaur Rasyidin adalah masa yang paling penting dan menentukan. Masa ini memang hanya berlangsung selama 30 tahun, yaitu pada masa setelah wafatnya Rasulullah namun sangat istimewa karena para pemimpinnya adalah para sahabat terdekat dan terbaik Rasulullah. Mereka itu adalah Abu bakar ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan ra dan Ali bin Abu Thalib ra. Mereka ini memerintah dengan cara mengikuti manhaj Rasulullah secara sempurna sesuai dengan jalan lurus yang dikehendaki Allah SWT.

Sementara itu Harun Ar-Rasyid, khalifah terbesar dari bani Abbasiyah yang selama 23 tahun berkuasa hingga 808 M adalah seorang raja yang terkenal karena kebijaksanaannya. Pada masa ini pemerintahannya mengalami puncak kemegahan dan kesejahteraan. Sedangkan Ilmu pengetahuan berkembang dengan amat pesat pada sekitar abad 9-10 M. Ibnu Haitsam (976-1052 M), Abu Bakar Ar-Razi (873-935 M), Abul-Qashim Az-Zahrawy (….-1049 M) adalah beberapa contoh dari banyak ilmuwan Muslim yang buku-buku karangannya banyak diplagiat secara terang-terangan oleh ilmuwan Barat. Disamping itu zaman tersebut juga meninggalkan kenangan akan adanya filsuf, cendekiawan sekaligus ahli fikih kenamaan seperti Abu Hamid Al-Ghazali (1072-1127 M) dan Ibnu Qudamah (1163-1242 M) juga para ilmuwan yang diakui dunia internasional seperti Ibnu Sinna / Avicenna (980-1037 M), Ibn Rushdi / Averroes (1126-1198 M), Ibn Tufail / Abubacer (1105-1185 M) dan lain-lain.

Kejayaan Islam merosot secara bertahap hingga akhirnya lenyap pada tahun 1923 M pada masa pemerintahan Utsmaniyah dengan pusat kedudukan di Istambul, Turki. Melemahnya kekhilafahan ini disebabkan oleh banyak hal namun terutama dikarenakan para pemimpinnya tidak lagi mementingkan urusan rakyatnya, korupsi muncul dimana-mana hingga akhirnya terjadi krisis ekonomi dan sosial. Tampak jelas bahwa para penguasa lebih senang mementingkan kehidupan, kemewahan dan kenikmatan duniawi sehingga akhirnya merekapun enggan dan lupa menegakkan hukum Islam, Hukum milik Sang Pencipta, Allah SWT.

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya”. (QS.Al-‘Araf (7):34).

 

II. Atas orang dan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT.

Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kemurkaan Allah SWT terhadap kaum yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yang membunuh utusan-utusan-Nya, yang berbuat kejahatan serta kerusakan sehingga akhirnya Allah SWT mengazab negri mereka. Padahal negri-negri mereka ketika itu telah begitu maju. Allah menghukum mereka disebabkan kesalahan mereka sendiri.

“…… yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”.(QS.Al-Fajr (89):11-14).

Beberapa kota atau negri ada yang telah diketahui secara pasti lokasi dan bekas-bekasnya namun tidak sedikit pula yang tidak diketahui lokasi maupun asal-usulnya. Yang pasti sejarah mencatat bahwa pada tahun 1812 Johann Ludwig Burckhardt, seorang penjelajah mualaf berkebangsaan Swis telah menemukan sebuah situs arkeologi yang amat spektakuler, yaitu Petra yang berarti batu dalam bahasa Yunani, ’The Lost City’ di YordaniaKetika itu Burckhardt datang ke lokasi tersebut karena mendengar kabar bahwa Harun as, saudara Musa as dimakamkan ditempat itu.

Kota ini terletak beberapa km disebelah selatan laut Mati, tersembunyi dibalik pegunungan Wadi Musa, sebuah pegunungan yang penuh bebatuan raksasa. Peninggalan kota ini sungguh menakjubkan. Tampaknya mereka telah berhasil mendirikan rumah dan istana mereka di lembahnya dengan cara memahat dinding-dinding batunya. Kota ini diperkirakan dibangun pada tahun 400 SM dan mengalami beberapa gempa bumi serta banjir besar hingga akhirnya hilang dalam kegelapan sejak sekitar tahun 400M. Yang menarik mereka menyembah berhala-berhala yang mereka namakan Al-Uzza, Al-Latta dan Al-Manna. Nama berhala yang sama yang disembah orang-orang Arab termasuk suku Quraisy di Mekah dan sekitarnya.

”Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.(QS.An-Najm (53):19-23).

Sejarah juga mencatat bahwa pada tahun 79 M sebuah gunung bernama Vesuvius di Italia meletus dengan begitu hebatnya hingga menyebabkan kota Pompei hilang terkubur debu tebal serta lahar yang keluar dari gunung tersebut. Namun Allah SWT berkehendak agar kota tersebut tidak lenyap 100 persen. Saat ini dapat kita saksikan bahwa kota tersebut masih meninggalkan sisa-sisa yang sungguh mengerikan. Disana-sini berserakan jasad-jasad manusia yang masih dalam keadaan sempurna dengan berbagai posisi namun telah tidak bernyawa. Sejarah juga mencatat bahwa peradaban Romawi ketika itu amat bejat. Mereka gemar berbuat maksiat. Hidup mereka bergelimang dengan kemewahan namun meraka melupakan nasib rakyatnya yang miskin dan menderita kelaparan. Korupsi dan perbudakan meraja-lela. Pada masa pemerintahan ini pula dijatuhkan ’ hukuman penyaliban ’bagi Isa as, yaitu pada sekitar tahun 33 M. ( baca : http://vienmuhadi.com/2010/02/11/mengambil-hikmah-pompei-the-lost-city/ )

”dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian”.(QS.Az-Zukhruf(43):56).

Berikut beberapa contoh yang tertulis dalam Al-Quran mengenai kaum dan negri yang dimusnahkan karena berbagai sebab yang menyebabkan murka Allah datang kepada mereka.

1. Kaum Nabi Nuh as.

Kaum Nuh as diperkirakan hidup pada sekitar 4000 SM atau lebih dari 25 abad setelah Adam as. Mereka menempati wilayah sekitar sungai Tigris dan sungai Efrat di Irak. Masyarakatnya sebagian besar hidup sebagai petani. Mulanya mereka menyembah Allah SWT semata namun seiring dengan berlalunya waktu merekapun menyembah berhala dan patung-patung.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.(QS.Al-Araf(7):59).

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat”. (QS.Nuh(71):5-7).

Nabi Nuh as selama 950 tahun terus berdakwah mengajak kaumnya agar kembali ke jalan yang benar namun mereka tetap berkeras hidup dalam kesesatan. Hingga akhirnya Nuh as menyerah dan memohon kepada Allah SWT agar memberika hukuman kepada mereka.

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma`siat lagi sangat kafir..”.(QS.Nuh(71):26-27).

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan..”(QS.Huud(11):37).

“Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Huud (11):40-41).

”Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”. (QS.Huud(11):44).

Begitulah akhir nasib kaum yang mendustakan Sang Khalik, Yang Maha Kuasa berbuat apapun. Kemudian dengan izin Allah, perahu besar itu terdampar di gunung Judi (pegunungan Ararat, wilayah timur Turki). Di tanah ini mereka membentuk masyarakat yang takwa dibawah bimbingan Nuh as, salah satu ulul azmi, Sang Rasul pilihan. Setelah jumlah mereka semakin banyak merekapun kemudian berpencar ke berbagai arah, sebagian pergi ke Jazirah Arab,sebagian lagi menuju ke Irak dan yang lainnya ada yang ke Utara, Barat maupun Selatan.

2. Kaum Nabi Hud as.

Kaum ini dinamakan kaum ‘Aad, kotanya dinamai kota Iram. Mereka termasuk bangsa Arab dan tinggal di kawasan Al-Ahqaaf (kini Hadramaut), Yaman. Pada masa Nabi Hud as kaum ini telah mampu membangun gedung-gedung tinggi yang mewah. Mereka adalah orang-orang pertama yang membangun gedung-gedung seperti itu. Mereka memiliki harta yang melimpah.

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum `Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain”.(QS.Al-Fajr(89):6-8).

Sayangnya mereka tidak pandai bersyukur. Sebaliknya mereka malah menyombongkan diri dan merasa diri tidak ada yang lebih kuat dari mereka.

Adapun kaum `Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami”. (QS.Fushilat(41):15).

Bahkan penduduknya lebih memilih menyembah berhala daripada menyembah Allah SWT. Nabi Hud as datang untuk memberi peringatan tetapi mereka terlalu congkak untuk mengakui kesalahan mereka. Oleh sebab itu Allah SWT menimpakan azab kepada mereka.

“Adapun kaum `Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum `Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka”.(QS.Al-Haqqah(69):6-8).

Namun Allah SWT berkehendak agar bekas-bekas kota dimana kaum ’Aad pernah hidup tidak sama sekali lenyap. Pada tahun 1980 sekelompok peneliti yang tertarik akan keberadaan kota Iram di masa lalu, sengaja mengadakan penelitian di daerah Hadramaut. Dengan bantuan peralatan canggihnya, mereka berhasil merekam bekas kota tersebut melalui Pesawat Luar Angkasa The Challenger walaupun hanya sedikit sekali. Kota ini diperkirakan ada lebih dari 3000 tahun yang lalu di perbatasan antara Yaman dan Oman. Maha Benar Allah atas segala firman-Nya! Ini adalah peringatan bagi kaum yang akan datang.

“yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa”. (QS.Al-Ahqaaf (46):25).

3. Kaum Nabi Shaleh as.

Mereka adalah kabilah Tsamud, penduduk yang mendiami kawasan Al-‘Ala yang terletak diantara Madinah dan Tabuk. Mereka datang setelah kaum ‘Aad dan sebagaimana kaum ‘Aad mereka juga menyembah berhala-berhala. Mereka mendirikan rumah dan istana mereka dengan jalan memahat gunung-gunung.

”Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah ni`mat-ni`mat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”. (QS.Al-Araaf (7):74).

Nabi Shaleh as diutus untuk memperingatkan mereka agar mereka tidak mencontoh perbuatan kaum ’Aad. Nabi Shaleh diberi mukjizat seekor unta yang tidak akan habis air susunya walapun diminum oleh banyak orang.

”Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata. “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih“.(QS.Al-Araaf(7):73).

Namun mereka malah melecehkan peringatan Nabi Shaleh as dengan membunuh unta tersebut.

”Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: “Hai Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”. Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka”.(Q.Al-Araaf(7):77-78).

”Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang”.(QS.Al-Qomar(54):31).

Itulah ganjaran bagi kaum yang tidak mau memperhatikan ayat-ayat Allah SWT dan tidak dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah terdahulu.

”Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat“. (QS.Al-Araaf (7):79).

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”. (QS.Al-Qomar(54):32).

4. Kaum Nabi Syuaib as.

Penduduk Madyan tinggal di wilayah barat laut jazirah Arab, di wilayah antara Tabuk dan selatan Yordania. Penduduk daerah ini selain tidak mau menyembah kepada Allah juga sejak lama telah terbiasa berbuat kejahatan dan kecurangan. Perawakan mereka besar lagi kasar prilakunya. Mereka gemar mengurangi takaran dan timbangan dalam mencari keuntungan berdagang. Ditengah kaum yang seperti inilah Nabi Syuaib diutus. Ia dikenal sebagai seorang yang pandai dan penyantun di kalangan kaumnya. Keluarganya adalah keluarga yang dihormati.

”Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu`aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)”. (QS. Huud (11):84).

”Mereka berkata: “Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”. (QS. Huud (11):91).

Penduduk Madyan adalah bukan orang-orang terpelajar. Mereka mengira bahwa kedudukan dan kehormatan di dunia adalah lebih mulia daripada Tuhan, Allah SWT yang telah menciptakan mereka. Oleh karena itu mereka tidak mau dan tidak mengerti apa yang dikatakan Syuaib as. Maka mereka tetap meneruskan kebiasaan buruk mereka hingga akhirnya Allah SWT menjatuhkan hukuman bagi mereka.

”Syu`aib menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”.(QS. Huud(11):92).

”Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu`aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya”. (QS. Huud(11):94).

5. Kaum Nabi Luth as.

Nabi Luth as adalah kemenakan Nabi Ibrahim as. Sebagaimana pamannya Luth juga diberi tugas ke-Rasul-an. Ia tinggal di kota Sodom, sebuah kota yang terletak di sebelah selatan Laut Mati. Masyarakat kota ini benar-benar telah tersesat jauh. Merekalah kaum pertama di dunia ini yang mempraktekkan perbuatan homoseksual, sebuah perbuatan yang sungguh hina dan nista.

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri”. (QS.AL-A’raaf(7):80-82).

Nabi Luth berulang kali mengingatkan kaumnya agar mereka segera insyaf dan kembali ke jalan yang benar namun mereka malah berusaha mengusirnya, padahal Luth juga telah mengingatkan akan adanya azab Allah SWT yang berat. Luth sungguh merasa tidak berdaya.

”Luth berkata: “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”. (QS. Huud(11):80).

Akhirnya Allah SWT mengutus 2 malaikat untuk datang menemui Luth dengan menyamar sebagai manusia lelaki biasa.

”Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (QS. Huud(11):81).

Akan tetapi kaum yang terlaknat ini sungguh telah kehilangan akalnya. Mereka malah berusaha masuk kedalam rumah dan memaksa Luth as agar menyerahkan ke 2 tamunya tersebut. Demikian pula istri Luth as, ia termasuk orang-orang yang zalim.

”Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”.(QS.Al-Qamar(54):37).

”Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit”.(QS.Al-Hijr(15):73).

”Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim”. (QS. Huud(11):82-83).

Itulah akhir kaum yang tidak mau menuruti hukum dan aturan-aturan Yang Menciptakannya, Yang Memilikinya, Yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Dan Allah SWT berkehendak agar kota tersebut menyisakan tanda-tandanya agar dijadikan pelajaran bagi kaum yang berikutnya.

”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)”. (QS.Al-Hijr(15):75-76).

Kota itu adalah kota Sodom, yang terletak di sebelah selatan Laut Mati. Yang hingga kini masih meninggalkan sisa-sisanya.

6. Kaum Nabi Musa as.

Nabi Musa as diutus mengajak kaum Fir’aun di Mesir yang selama berabad-abad menyembah dewa-dewa bahkan menganggap Fir’aun adalah Tuhan. Mereka adalah kaum yang amat tersesat dan tidak tahu bersyukur padahal Allah SWT telah menganugerahi negri ini dengan kekayaan yang begitu melimpah. Namun pemimpinnya sangat jahat dan keji.

”Sesungguhnya Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir`aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS.Al-Qashash(28):4).

Ketika Musa as memperkenalkan diri bahwa ia adalah utusan Allah dan Tuhan yang patut disembah hanyalah Allah SWT mereka malah mengolok-ngolok dengan membangun sebuah bangunan tinggi untuk ’melihat ’ Tuhannya Musa as.

”Dan berkata Fir`aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.(QS.Al-Qashash (28):38).

Setelah bertahun-tahun lamanya Nabi Musa mengajak Fir’aun dan kaumnya agar kembali ke jalan yang benar tanpa hasil yang memuaskan akhirnya Musa as memohon agar Allah SWT memberi mereka pelajaran.

”Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih“. (QS.Yunus(10):88).

Namun meskipun Allah SWT telah memberikan begitu banyak cobaan dan Musa pun telah berulang kali memperingatkan akan adanya azab Allah, Fir’aun dan kaumnya tetap membangkang. Akhirnya Musa as bermunajat agar Allah SWT mendatangkan azab yang pedih.

”Kemudian Musa berdo`a kepada Tuhannya: “Sesungguhnya mereka ini adalah kaum yang berdosa (segerakanlah azab kepada mereka)”. (Allah berfirman): “Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan”.(QS.Ad-Dukhan(44):22-24).

Ketika Fir’aun melihat bahwa ajalnya telah hampir tiba ia segera mengakui kesalahan dan bertaubat.

”Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.(QS.Yunus(10):90-92).

Namun nasi telah menjadi bubur, Allah SWT tidak menerima pengakuan dan taubat orang yang dalam sakratul maut, dimana ia telah melihat azab di pelupuk matanya, dimana ia tidak mempunyai pilihan selain bersaksi bahwa Tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah. Sebaliknya Allah SWT berkenan menjadikan Fir’aun sebagai pelajaran bagi orang-orang yang datang kemudian yaitu dengan menyelamatkan badannya. Saat ini kita dapat menyaksikan jasad Fir’aun yang baru-baru ini ditemukan setelah ribuan tahun lamanya tenggelam di telan air laut. Jasad ini diabadikan di ’Museum of Cairo’, Mesir yang dapat dikatakan masih utuh bahkan pakaiannya hanya sebagian saja yang hancur!

7. Kaum Tubba’.

Kaum Tubba’ dan kaum Saba’ adalah dari keturunan yang sama. Mereka menempati wilayah yang sama pula, yaitu Yaman (lihat bab mengenai ’Kerajaan Ratu Bilqis dan Kerajaan Himyar’). Kaum yang hidup pada zaman Ratu Bilqis disebut kaum Saba’ sedangkan kaum Tubba’ hidup pada masa kerajaan Himyar. Berkat adanya waduk raksasa Ma’rib, daerah mereka subur dan makmur namun dengan hancurnya bendungan tersebut kini Yaman adalah daerah yang tandus, kering dan gersang. Daerah tersebut hanya ditumbuhi sedikit pepohonan, itupun kurang manfaatnya.

Sejarah mencatat bahwa pada sekitar tahun 525 M, raja Himyar yang bernama Dhu Nuwas mempunyai hubungan yang buruk dengan kerajaan Kristen Aksum di Etiopia. Ia melakukan penyerangan terhadap wilayah kerajaan Aksum yang terletak di jazirah Arab, yaitu kota Najran dan Zafar. Mereka membunuhi dan membantai musuh-musuhnya secara kejam dan biadab di kedua kota tersebut.

”Apakah mereka (kaum musyrikin) yang lebih baik ataukah kaum Tubba` dan orang orang yang sebelum mereka. Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa”.(QS.Adh-Dukhan(44):37).

Akibat kebiadaban tersebut Romawi yang juga penganut Kristen menyerang Himyar hingga akhirnya kerajaan ini takluk dibawah kekuasaan Romawi. Namun beberapa waktu kemudian Abrahah, yang ketika itu adalah salah seorang raja muda kerajaan Aksum berhasil menguasai Himyar. Ia adalah seorang penganut Nasrani penyembah berhala. Raja ini mendirikan sebuah gereja besar di kota Sana’a, ibu kota Himyar. Gereja ini berdiri tinggi menjulang ditaburi dengan batu permata di setiap penjurunya dengan maksud agar dapat menyaingi Ka’bah di kota Mekkah yang ketika itu menjadi pusat pemujaan berhala di semenanjung Arab. Selanjutnya terjadilah persaingan sengit yang menjurus kepada kerusakan sehingga akhirnya Abrahah dengan membawa pasukan gajahnya berangkat ke Mekkah dengan maksud akan menghacurkan Ka’bah. Inilah yang dimaksud pasukan gajah dalam surat Al-Fiil.

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”.(QS.Al-Fiil(105):1-5).

Peristiwa ini terjadi pada tahun 570M , yaitu tahun kelahiran Rasulullah (oleh sebab itu tahun tersebut juga dikenal dengan nama tahun Gajah). Suku Quraisy tidak mampu menahan serangan pasukan Abrahah yang kuat. Abdul Muththalib, kakek Rasulullah, sebagai pemimpin ketika itu hanya mampu menyarankan agar sukunya bersembunyi. Ia mengatakan kepada Abrahah bahwa Ka’bah bukan milik suku Quraisy, Sang Pemiliklah yang akan mempertahankannya sendiri.

Setelah itu, orang-orang Quraisy yang bersembunyi di atas gua Hira’ menceritakan bahwa mereka melihat segerombolan burung-burung penyambar muncul dari arah lautan. Masing-masing burung tersebut membawa tiga buah batu, dua batu di masing-masing kedua kakinya dan satu batu lagi di paruhnya. Burung-burung tersebut menjatuhkan batu-batu yang dibawanya ke arah pasukan gajah yang dibawa Abrahah hingga sebagian besar mati. Abrahah sendiri dikabarkan pulang ke negrinya, Yaman dalam keadaan badannya hancur penuh luka bakar dan nanah. Ia tewas beberapa saat setelah tiba di tanah airnya. Dan tak berapa lama kemudian terdengar berita bahwa waduk di negri tersebut ambruk. Berita yang sampai ke Mekkah ketika itu bermacam-macam. Ada yang mengatakan waduk ambruk karena hujan yang turun terus menerus, ada pula yang mengatakan karena gempa namun ada pula yang mengatakan karena adanya wabah tikus yang menggerogoti dasar waduk!

”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”. (QS.Saba’(34):15-17).

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama