“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Dan
(juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan
akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya
dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan)
kerjakan”.(QS.Al-An’am(6):112-113).
Allah SWT telah mengabulkan permintaan Iblis agar
hukuman yang diberikan sebagai akibat atas pembangkangannya terhadap
perintah-Nya untuk tunduk dan bersujud kepada Adam AS itu ditunda hingga hari
akhir. Dan Allah SWT juga telah mengizinkan Iblis untuk mencari teman dalam
menjalani hukumannya di neraka jahanam kelak yaitu dengan terus menerus
mengganggu seluruh keturunan Adam dari atas, bawah, kiri dan kanannya.
“Iblis
menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (ta`at)”.(QS.Al-A’raaf(7):16-17).
Berbagai cara dilakukannya, namun pada pokoknya
bertujuan untuk mengalihkan dan memalingkan agar manusia menyembah dari yang
selain Allah SWT, itulah dosa syirik, suatu dosa besar yang sama sekali tidak
terampunkan. Diantaranya yaitu dengan menuhankan hawa nafsu, patung-patung dan
berhala, jin dan malaikat, para nabi, para orang alim dan thoghut.
Iblis yang kemudian beranak-pinak tersebut kemudian
memerintahkan anak keturunannya agar membantu melaksanakan cita-cita besarnya
yaitu menjerumuskan manusia ke dalam api neraka. Pasukan Iblis ini terdiri dari
bangsa jin itu sendiri dan juga bangsa manusia yang mau bersekongkol dengan
dirinya. Pasukan inilah yang disebut syaitan. Syaitan mengganggu manusia dengan
cara membisik-bisikkan perkataan yang indah-indah tentang kehidupan dunia
sehingga manusia pada akhirnya lupa akan kehidupan akhirat. Bisikkan ini masuk
melalui pintu hati manusia. Jadi pintu-pintu inilah yang terutama harus dijaga
ketat. Al-Ghazali membagi pintu-pintu besar yang sering kali lolos dari
pengawasan ini atas 11 kategori, diantaranya yaitu pintu amarah dan syahwat;
iri dan dengki; kekenyangan dalam makanan; suka berhias baik dengan perabotan,
pakaian maupun rumah; tamak; buruk sangka; terburu-buru; gila harta dan
kekuasaan serta takut miskin.
“Iblis
berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,”(QS.Al-Hijr(15):39).
1.
Pembunuhan pertama di muka bumi.
“Ceriterakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata
Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang
yang bertakwa”.(QS.Al-Maidah(5):27).
Nabi Adam as dikaruniai 6 pasang anak kembar. Mereka
inilah cikal bakal nenek moyang manusia. Syariat Allah waktu itu mengharuskan
seorang anak harus mengawini saudaranya lawan jenis namun tidak boleh
kembarannya. Qabil dan Habil adalah dua anak pertama Adam as. Namun Qabil
menginginkan kembarannya sendiri sebagai istrinya yang secara hukum adalah
menjadi hak saudaranya, yaitu Habil.
Sebagai anak yang shaleh, Habil menolak kemauan
kakaknya tersebut. Kemudian ia mengusulkan agar mereka berdua menyelenggarakan
upacara kurban, siapa yang kurbannya diterima Allah SWT berarti dialah yang
berhak melaksanakan keinginannya.Ternyata domba kurban Habil yang diterima
Allah SWT karena domba yang dikurbankan Habil adalah domba yang selain gemuk
dan sehat juga bagus sedangkan Qabil memilih domba yang sangat jelek untuk
dikurbankan. Karena hikmah dari berkurban sesungguhnya adalah ke-ikhlas-an
seseorang dalam memenuhi perintah Allah SWT. Ini yang dinilai oleh-Nya. Tentu
saja Dia mengetahui apa berada yang dibalik hati manusia.
Namun karena bujukan syaitan jua, Qabil tidak mau
menepati perjanjian. Sebaliknya ia malah membunuh saudaranya itu. Inilah
peristiwa pembunuhan pertama yang terjadi di muka bumi.
“Kemudian Allah
menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya
(Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata
Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia
seorang di antara orang-orang yang menyesal”. (QS.Al-Maidah(5):31).
2.
Pengkultusan dan penyembahan dewa-dewa.
Pada umumnya setiap manusia membutuhkan sesuatu yang dapat
dijadikannya idola, panutan, pujaan dan akhirnya sembahan. Sesuatu yang dapat
memberinya rasa aman, senang dan nyaman. Sesuatu yang dirasa dapat memberinya
pertolongan terutama ketika ia dalam kesulitan. Ini adalah fitrah
manusia.
”Dan apabila
manusia ditimpa bahaya dia berdo`a kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak
pernah berdo`a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang
selalu mereka kerjakan”.(QS. Yunus(10):12).
Namun sayang, tanpa bimbingan ilmu yang benar,
seseorang akan mudah tersesat. Penyembahan yang semula dilakukan dengan harapan
dapat memberinya rasa aman sebaliknya malah menyusahkannya. Pada puncaknya
penyembahan dilakukan hanya sebagai kebiasaan dan tradisi yang diwarisi secara
turun-temurun dari nenek-moyang mereka tanpa adanya usaha untuk mempertanyakan
apakah yang disembahnya tersebut dapat memberinya manfaat. Ini adalah sebuah
kebodohan yang nyata.
”Dan
bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”. Mereka menjawab: “Kami
menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya”.Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar
(do`a) mu sewaktu kamu berdo`a (kepadanya)? atau (dapatkah) mereka memberi
manfa`at kepadamu atau memberi mudharat?”. Mereka menjawab: “(Bukan
karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian ”.(QS.Asysyu’ara (26):69-74).
Ironisnya, hampir di setiap bagian belahan bumi ini
orang mengenal dewa-dewi mereka masing-masing. Dewa-dewi ini biasanya
melambangkan kekuatan alam yang dikaguminya, seperti matahari, angin, air dan
sebagainya. Orang-orang Yunani kuno sejak lama telah mengenal dewa-dewi seperti
Zeus, Hera dan lain-lain, masyarakat Romawi kuno mengenal dewa Yupiter
sedangkan di Persia orang mengenal dewa Mithra, di Syria mereka menamakannya
Tammuz, Mesir memanggilnya Osiris dan orang-orang Arab mengenal Hubal, Latta
dan ‘Uzza sebagai sesembahan mereka. Bahkan di tanah Jawa dan Balipun hingga
detik ini masih terdapat sekelompok masyarakat yang masih mempercayai Dewi Sri
sebagai dewi padi, lambang kemakmuran. Dewa-dewi ini mereka puja dan sembah
dengan harapan dapat memberikan kebaikan dan menolak keburukan dalam kehidupan
mereka.
Namun disamping itu, ada pula para pemimpin dan raja
yang menganggap dirinya adalah Tuhan, baik secara terang-terangan seperti para
Fir’aun di Mesir maupun secara tidak langsung seperti para kaisar Romawi dan
juga raja Kisra’ dari Persi. Mereka memaksa rakyatnya agar menyembah dan
memujanya. Bila ada rakyat yang menolak dapat dipastikan mereka akan dijatuhi hukuman.
Padahal ini hanya sebuah tipuan agar para pemimpin dan para raja dapat terus
mempertahankan kekuasaan. Syaitanlah sesungguhnya yang telah membisikkan
kedalam hati manusia agar mereka melakukan itu semua.
Bahkan ketika suatu masyarakat telah didatangi utusan
Allah dan dengan izin-Nya utusan tersebut berhasil mengajak mereka untuk
menyembah kepada Tuhan yang sesungguhnya, Tuhan yang telah menciptakannya yaitu
Allah SWT. Dengan berlalunya waktu seringkali merekapun kembali memuja,
mengkultuskan dan bahkan menyembah yang selain Allah SWT. Yang disembahnya itu
bisa jadi berhala, Nabi dan Rasul, malaikat bahkan para pemimpin mereka, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal seperti ini kerap sekali terjadi.
Diantaranya adalah apa yang dilakukan bangsa Yahudi.
Bangsa ini berabad-abad yang lalu pernah
diselamatkan Allah swt dari perbudakan dan penganiayaan Firaun melalui Musa as.
Alih-alih bersyukur dan membela serta mengikuti ajaran yang dibawa
rasul-Nya, mereka malah menjadi sombong dan congkak. Mereka merasa dirinya
bangsa pilihan hingga meyakini bahwa Allah tidak akan menghukum ketika
mereka berbuat kesalahan. Mereka bahkan membunuh dan mencoba membunuh sejumlah
nabi dan rasul termasuk Rasulullah Muhammad saw. Selain menyembah patung-patung,
seperti orang Nasrani mereka juga menganggap bahwa Tuhan mempunyai anak!
”Orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani
berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS.
At-Taubah (9):30).
Sedangkan yang terjadi pada kaum Nasrani 1.5 abad yang
silam adalah sebagai berikut : Jauh sebelum Isa as lahir, orang-orang Romawi telah
terbiasa menyembah Dewa Matahari. Sejak lama mereka meyakini bahwa dewa ingin
menyelamatkan dan mengampuni dosa-dosa manusia dengan cara berinkarnasi menjadi
manusia. Manusia anak dewa ini dipercaya akan lahir pada hari Minggu (Sunday ;
Sun = matahari dan day = hari) tanggal 25 Desember sebagai hari dan tanggal
yang memiliki arti khusus bagi mereka. Disamping itu diantara para penyembah
matahari ini hidup pula para penganut agama Yahudi. Dalam keadaan seperti
inilah Isa as datang untuk mendakwahkan ajaran Tauhidnya. Ketika Isa as wafat
dan kemudian diangkat kesisi-Nya, pengikutnya memang hanya sedikit.
”dan
karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, `Isa
putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang
dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin
bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah
telah mengangkat `Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”.(QS.An-Nisa’(4):157-158).
Namun pada sekitar tahun 325 M keadaan telah berubah.
Pengikut Isa as makin lama makin banyak. Mereka mengikuti ajaran dengan benar,
yaitu ajaran Monotheisme dan menempatkan Isa pada posisi yang sebenarnya, yaitu
Rasul Allah. Mereka ini hidup bersebrangan dengan rakyat dan juga para penguasa
yang mayoritas adalah penyembah matahari, yang notebene adalah ajaran Paganisme
dan Polytheisme. Namun karena sering mendengar kehebatan mukjizat yang dimiliki
Rasul Allah ini, merekapun segera menganggap bahwa Isa adalah anak dewa
matahari yang selama ini mereka nanti-nantikan.
Melihat
suasana yang demikian para penguasa Romawi selain merasa khawatir akan
terjadinya kekacauan juga merasa ketakutan dan khawatir bakal kehilangan pamor
dan kekuasaan. Maka pihak kekaisaranpun cepat mengambil tindakan. Romawi yang
waktu itu dibawah kekuasaan Konstantin I segera membentuk semacam dewan dan
menghasilkan sebuah deklarasi yang dikenal dengan nama ’deklarasi Nicene’ (’Nicene
Creed’). Deklarasi ini intinya menetapkan bahwa Isa AS bukanlah utusan
Tuhan namun anak Tuhan sebagai ganti anak dewa matahari yang ditunggu-tunggu
sebagian masyarakat Romawi.
Mereka juga menetapkan bahwa anak Tuhan ini lahir
sesuai dengan kehendak dewa mereka yaitu Minggu, 25 Desember. Mereka jugalah
yang kemudian memprakarsai penggambaran Isa as dengan ganbar sinar matahari
yang mengitari kepala Isa / Yesus sebagai lambang anak dewa mereka, Tuhan
mereka yang sebenarnya. Dengan cara ini kekaisaran dapat terus dipertahankan.
Dan siapapun yang menentang hasil deklarasi harus dibunuh, dijauhkan dan
dibuang ke negri lain. Dibawah perintah raja Konstantin ini pulalah daging babi
dihalalkan, tempat ibadah dengan bentuk gereja seperti sekarang ini
didirikan, tata cara shalat dirubah hingga seperti yang bisa disaksikan
sekarang ini.
”Mereka menjadikan
orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan
(juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan”.(QS.At-Taubah(9):31).
Al-Quran menerangkan bahwa orang-orang yang menjadikan
pemimpin-pemimpin mereka bagaikan tuhannya sebagai pengikut Thagut. Thagut adalah
segala sesuatu yang dijadikan pemimpin, pelindung, penolong dan sembahan.
Thagut tidak selalu dalam bentuk manusia namun bisa juga materi seperti uang,
pekerjaan dan lain-lain. Segala sesuatu yang dapat memalingkan seseorang dari
menyembah dan berhukum hanya kepada Allah SWT.
“Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan
mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”.(QS.An-Nisa’(4):60).
3.
Perang Pemikiran ( Al-Ghazwl Fikri ).
Khilafah Islamiyah adalah kerajaan Islam yang menaungi
negara-negara Islam di dunia, yang membentang dari Andalusia di Spanyol,
sepanjang Afrika Utara, seluruh semenanjung Arab, Asia Kecil, Asia Tengah,
Eropa Timur dan Yunani hingga perbatasan timur negri China juga termasuk
didalamnya daerah-daerah yang dahulunya dikuasai pihak kafir, yaitu kekuatan
Barat (Nasrani) di Turki dan kekuatan Timur (Majusi) di Persia.( lihat bab
‘Khilafah Islamiyah’). Kejayaaan ini berlangsung secara bertahap mulai abad ke
7 hingga awal abad ke 20. Kejayaan tersebut juga kemudian hancur secara
bertahap hingga akhirnya lenyap sama sekali pada tahun 1923 ketika berada
dibawah kekuasaan khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Konstatinopel atau yang
sekarang dinamakan Istambul, Turki.
Namun tidak berarti selama masa kejayaan yang amat
panjang tersebut sama sekali tidak terjadi gangguan yang serius. Adalah Paus
Urban, seorang pemimpin yang berkedudukan di Perancis Selatan. Ialah yang
menyeru umat di seluruh dunia agar merebut Yerusalem dari tangan
pasukan Muslim. Hal ini terjadi sekitar 350 tahun setelah pasukan Muslim tanpa
kekerasan berhasil menguasai kota suci tersebut. Bahkan dikabarkan pemuka
Yerusalem yang berkuasa ketika itu menyerahkan kunci kota secara khusus
langsung kepada Umar bin Khatab RA. Didampingi pemuka
tersebut, sang khalifah memasuki gerbang kota dengan penuh
kedamaian.
Akan tetapi apa yang terjadi pada tahun 1099 adalah
kebalikannya. Pasukan bentukan Paus Urban yang kemudian dikenal dengan
nama Pasukan Salib memang berhasil menguasai Yerusalem. Namun
setelah berperang selama 3 hari 3 malam dengan membantai lebih dari
30.000 penduduk kota, termasuk perempuan dan anak-anak Muslim yang berlindung
di dalam masjid Al-Aqsa. Mereka juga membunuhi kaum Yahudi dan yang
bermukim disekitar kota tua tersebut dan juga kaum Yahudi yang hidup di perkampungan
sepanjang perjalanan mereka dari Perancis ke Yerusalem secara brutal dan
kejam.
Delapan
puluh delapan tahun kemudian yaitu pada tahun 1187, dibawah kekuasaan Sultan
Salahuddin, pasukan Muslim kembali berhasil menguasai Yerusalem. Dan sebagaimana
pendudukan Yerusalem oleh pasukan Muslim pada kali pertama, kali inipun tidak
terjadi pembantaian. Bahkan para penguasa yang ditaklukkan tersebut selain
diampuni juga diberi keleluasaan untuk meninggalkan kota dengan membawa seluruh
harta bendanya. Peristiwa bersejarah ini pada tahun 2005 pernah diabadikan
dengan sangat baik dalam film “The Kingdom of a Heaven” yang
disutradarai oleh Sir Ridley Scott dan dibintangi aktor
kenamaan Orlando Bloom. Peperangan yang kemudian
dikenal dengan nama “Perang Salib” ini terus terjadi hingga beberapa
kali selama hampir 200 tahun namun pihak Salib tidak pernah berhasil menguasai
kembali Yerusalem.
Sesungguhnya perseteruan antara Islam dan para ahli
kitab telah terjadi sejak masa awal kerasulan di Madinah. Orang-orang Yahudi
dan yang ketika itu memang banyak bermukim di kota tersebut amat kecewa
ketika mengetahui bahwa nabi yang dijanjikan dalam kitab mereka, Taurat (dan
juga Injil) ternyata bukan datang dari kaum mereka, melainkan datang dari
bangsa Arab, bangsa yang selama ini mereka remehkan. Inilah bibit awal
kebencian dan kedengkian sebagian ahli kitab.
Namun mereka akhirnya menyadari bahwa pasukan
Muslim tidak akan pernah dapat ditaklukan secara perang terbuka. Perang di
jalan Allah untuk mempertahankan kebenaran bagi umat Islam adalah jihad,
imbalan bagi mereka adalah surga, kemenangan yang hakiki adalah di akhirat.
Oleh sebab itu mereka tidak mengenal kata takut mati. Sebaliknya pihak Nasrani
(bergabung dengan orang-orang Yahudi) mereka mendambakan kemenangan dunia.
Kematian adalah kekalahan dan amat menakutkan. Jadi mereka mengambil kesimpulan
bahwa untuk mengalahkan umat Islam harus dicari jalan lain, bukan dengan perang
senjata secara terbuka. Tipu daya apakah yang sebenarnya mereka rencanakan
itu?
“Sebahagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”(QS.Al-Baqarah(2):109).
Dan mereka memang ternyata berhasil. Sayangnya, umat
Islam tidak menyadarinya. Apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Yerusalem dibawah kekuasaan khilafah Islamiyah sejak
abad 7 memang tidak pernah tertutup bagi umat agama lain. Mereka bebas
mengunjungi kota suci bagi 3 agama besar didunia ini. Namun ia tidak hanya
menarik karena sejarah ritualnya namun juga karena kota ini pada waktu itu
telah berkembang menjadi kota intelektual. Ilmu berkembang pesat disini.
Orang-orang Nasranidatang tidak hanya sekedar untuk melakukan ibadah dan
kunjungan keagamaan melainkan juga untuk mempelajari ilmu lain seperti ilmu
hukum termasuk juga belajar tentang Islam dan Al-Quran.
Namun sebenarnya tujuan mereka adalah untuk mencari
celah dan kemudian menyerang Islam secara diam-diam. Mereka kemudian
melemparkan fitnah yang keji baik terhadap nabi Muhammad SAW maupun terhadap
ajaran itu sendiri. Mereka menuduh bahwa Islam adalah agama pedang, Islam
disebarkan dengan cara paksa dan kekerasan. Hal tersebut disengaja untuk
menyakiti dan memancing emosi umat Islam. Dari sini mereka mencoba menaklukkan
Islam sebagai ganti kekalahan mereka pada perang-perang yang terjadi
sebelumnya. Mereka mencoba mengusik rasa kesatuan, keimanan dan kebanggaan umat
Islam terhadap agamanya dengan berbagai cara.
Belakangan
ini, tersebar berita bahwa Ratu Inggris berkenan untuk menganugerahkan gelar
kehormatan “Sir” kepada pengarang buku “Ayat-ayat Setan “atau
yang di Barat dikenal “The Satanic Verses”, Salman Rushdi.
Padahal buku karangannya tersebut jelas-jelas melecehkan ajaran Islam dan telah
melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia sehingga bekas pimpinan tertinggi
Iran, Ayatullah Khomeini memberikan fatwa hukuman mati bagi pengarang tersebut.
Lalu apa sesungguhnya kepentingan dan keinginan pemerintah Inggris dengan
adanya pemberian penghargaan tersebut ??
Mereka
juga menyerang dengan terobosan-terobosan baru dalam bidang kebudayaan dan
peradaban, yaitu dengan melontarkan berbagai pemikiran seperti feminisme
, demokrasi, sekulerisasi (pemisahan agama dari Negara), sukuisme, nasionalisme dll.
Beberapa diantara pemikiran tersebut sebenarnya masih bisa diterima. Namun
karena tidak dibangun diatas dasar pemikiran bahwa kebenaran hukum Allah adalah
di atas segalanya maka pemikiran-pemikiran tersebut menjadi menyimpang dari
akidah Islam. Inilah sebenarnya yang mereka tuju. Pemikiran yang dikemas dengan
baik namun dengan dasar menyesatkan, yaitu menjauhkan umat dari Al-Qur’anul
Karim.
”Dan
Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang
bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka ………Dan
orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,
supaya kamu dapat mengalahkan (mereka)” .(QS.Al-Fushilat(41):25-26).
Dengan
alasan itu pula pemerintah Perancis belakangan ini mengeluarkan larangan resmi
pemakaian jilbab bagi perempuan yang bekerja di instansi pemerintah, termasuk
pula murid sekolah negri. Juga di Denmark, salah satu negara Skandinavia ini
dikenal sering sekali memancing emosi kaum Muslim dengan berbagai karikatur
Rasulullah. Bahkan saat ini salah satu partai di negara tersebut, dengan dalih
kebebasan berpendapat, mereka menggunakan gambar Rasulullah sebagai lambang
partai mereka! Padahal mereka tahu bahwa hal tersebut sangat menyakitkan hati
umat Islam karena Islam memang melarang penggambaran/ilustrasi Rasulullah dalam
bentuk apapun. Berbagai hal diatas sengaja dilakukan dengan maksud dan harapan
agar rasa persatuan Islam menghilang. Ini yang kelak disebut Perang Pemikiran
atau Al-Ghazw Al-Fikri.
Saat
ini dapat kita amati dengan jelas hampir semua negara-negara Islam di dunia
memiliki wajah baru yang tidak sedikitpun menyisakan ke-Islam-annya. Budaya
Barat telah jauh merasuk kedalam kehidupan masyarakat. “Barangsiapa
yang menyerupai (kebiasaan jelek) suatu kaum maka ia termasuk
golongan mereka”. (HR Ibnu Daud).
Dengan dalih demi kemajuan, kebebasan dan modernisasi
penyerbuan peradaban ini masuk secara sistematis, perlahan namun pasti sehingga
umat pada umumnya tidak menyadarinya. Hal ini menyusup melalui media cetak dan
elektronik, slogan-slogan pendidikan dan hiburan yang jauh dari ajaran Islam.
Umat terus dicekoki dengan pemikiran, nilai dan norma Barat yang cenderung
bebas dan materialistis sebagaimana halnya dengan ekonomi kapitalis yang
samasekali tidak Islami hingga akhirnya umat melupakan seluruh nilai-nilai dan
sendi-sendi Islam.
“…….. Katakanlah:
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu.”(QS.Al-Baqarah(2):120).
Hal ini pula yang sebenarnya mempercepat kejatuhan
kekhilafahan Ustmaniyah pada masa lalu selain tentunya berbagai penyebab
seperti ketidak-adilan, perpecahan antar umat, tidak majunya ilmu pengetahuan
dan juga kebobrokan iman sebagian pemimpinnya. Mereka telah menukar keimanan
dengan keduniawian.
“Apakah hukum
Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(QS.Al-Maidah(5):50).
Dan
seakan belum puas dengan semua ini, saat ini kaum kafir tengah menambah
gempurannya dengan serangan psikologi mutakhirnya yaitu dengan melempar
isu Terorisme dan Extrimisme seperti
tercermin dengan adanya peristiwa biadab 11 September 2001. Umat
dipojokkan seakan ajaran Islam identik dengan kekerasan. Jihad mereka
artikan identik dengan kekerasan dan harus dienyahkan. Mereka terus mencekoki
umat bahwa jihad sama dengan tidak menghargai nyawa manusia yang juga berarti
melanggar hak asasi manusia sebagai simbol peradaban modern.
Padahal
ini adalah fitnah besar. Sesungguhnya tidak saja sebagian besar muslimin yang
meyakini bahwa peristiwa tersebut adalah sebuah rekayasa, namun juga sejumlah
pakar sains. Salah satunya adalah Professor Thomas W Eager, seorang guru
besar Material Engineering and Engineering System pada sebuah
institut terkenal di Amerika Serikat. Berdasarkan pengalamannya sebagai
peneliti struktur bangunan baja, ia berpendapat bahwa mustahil sebuah bangunan
sekokoh menara WTC dapat ambruk hanya dikarenakan ditabrak 2 pesawat komersial.
Bahkan sebenarnya dari cara Pemerintahan Bush membersihkan lokasi
reruntuhanpun terkesan begitu terburu-buru sehingga menimbulkan kecurigaan
seolah-olah ia ingin segera menghilangkan bukti-bukti penting.
Cara tersebut ternyata terbukti ampuh. Karena risih
dan sungkan akhirnya sebagian besar pemimpin Islam pun mengumumkan bahwa karena
Islam adalah agama perdamaian maka sedikit demi sedikit istilah jihadpun
dihapuskan dan dipinggirkan. Kaum Musliminpun akhirnya menjadi lupa akan sumpah
setia mereka kepada Sang Pencipta, Allah SWT untuk menegakkan ajaran Tauhid,
untuk menegakkan kebenaran. Pasukan Muslimin telah dengan sukarela melepaskan
kekuatan jihad yang sangat ditakuti musuh. Inilah yang ditunggu dan diharapkan!
Padahal mereka tetap mempersiapkan diri untuk berperang. Namun kali ini mereka
tidak perlu lagi khawatir terhadap perang senjata secara terbuka. Bagi umat
yang kurang keimanannya hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi benci dan malu
terhadap agama mereka sendiri dan mereka menjadi tidak percaya diri yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan kemurtadan. Ini adalah akibat sampingan namun
fatal.
Selain itu tampak bahwa negara-negara Islam juga
dihambat kemajuannya agar mereka tetap terus dalam kemiskinan dan terus
bergantung kepada Barat hingga akhirnya mereka jatuh. Padahal sebaliknya, mari
kita perhatikan. Amerika Serikat adalah sebuah negara besar yang sering
membanggakan diri sebagai sebuah negara yang mengedepankan kedamaian dan
keamanan. Namun sesungguhnya justru negara inilah yang menjadi penyulut peperangan
di berbagai tempat, seperti di Irak, Afganistan dan Timur Tengah. Mereka tengah
melempar batu sembunyi tangan.
Negara-negara
Muslim tersebut tengah diadu domba disaksikan sang sutradara, Amerika Serikat,
sebuah negara produsen senjata terbesar di dunia. Menurut harian The
Strait Times, 24 Mei 2007, negara ini pada 2001 meraup US$ 10 milyar hingga
US$ 13 milyar dari penjualan senjata. Dan angka ini terus melonjak tiap
tahunnya. Negara adi kuasa, mitra kental Yahudi ini memang punya kepentingan
pribadi dengan adanya perang yang terus diupayakan terjadi agar keuntungan yang
diraihnya terus berkepanjangan setelah sebelumnya mencekoki rakyatnya dengan
barang-barang kebutuhan sehari-hari produksi mereka. Sebuah modus yang mirip
dengan produsen obat-obatan terlarang yang dilakukannya ke berbagai negara.
Jadi siapakah sesungguhnya sang raja teroris?
Namun sesungguhnya serangan yang bertubi-tubi tersebut
bila dihadapi umat Islam secara kompak dan bersatu tentu mereka tidak akan
mampu melumpuhkan dan mengalahkan umat ini. Bila saja umat memiliki sikap,
keteguhan dan keimanan sebagaimana para sahabat di masa lampau tentu kita akan
menang.
Rasulullah
SAW bersabda : ”Aku memohon kepada Tuhanku atas tiga perkara. Maka Allah
mengabulkan dua perkara untukku sedangkan yang satu ditolak. Aku memohon kepada
Tuhanku agar jangan membinasakan umatku dengan musim paceklik maka
Dia mengabulkannya. Aku memohon kepada Tuhanku agar jangan
membinasakan umatku dengan air bah (banjir bandang) maka Dia mengabulkannya.
Aku mohon pada-Nya agar tidak menjadikan mereka saling berperang namun
Dia menolak permohonanku itu”. (HR Muslim).
Akan tetapi hadis diatas bukanlah alasan bagi kita
untuk terus menjadi pasrah dan menerima kenyataan tersebut. Seharusnya kita
malah lebih berhati-hati agar perbedaan yang ada tidak menjadikan kita
ber-perang sendiri sehingga kita mudah dikalahkan.
Beruntung Allah SWT berkenan menepati janji-Nya untuk
terus menegakkan Islam dimuka bumi. Hal ini terbukti dengan malah makin
banyaknya orang yang berpindah dan memeluk agama Islam secara sukarela.
“Mereka ingin
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun
orang-orang kafir benci.”(QS.Ash-Shaff(61):8).
Dan
kebanyakan dari mereka ini justru lebih baik akidah dan keimanannya daripada
orang-orang yang terlahir Islam. Lalu kita sebagai umat yang disebut belakangan
ini alias Islam ‘terlahir’ bagaimanakah sikap kita? Akankah
kita ini hanya menjadi bagian dari yang menyaksikan kebesaran Islam tanpa ikut
serta didalamnya??
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.”(QS.Al-Maidah(5):51).
4.
Serangan kaum Munafik.
Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : “Tanda-tanda orang munafik itu
tiga; bila berkata ia bohong, bila berjanji ia mengingkari
dan bila dipercaya ia mengkhianati”.
Munafik adalah orang yang memperlihatkan keimanan dan
menyembunyikan kekafiran. Hadis diatas adalah sebuah peringatan keras bagi para
Mukmin untuk tidak bersikap satupun diantara sikap-sikap diatas karena yang
demikian akan menjerumuskannya kedalam kemunafikan sejati meskipun ia seorang
yang membenarkan bahkan mungkin menjalankan syari’at Islam.
Beberapa
tahun belakangan ini muncul gagasan tentang konsep keberagamaan, yaitu Pluralisme,
Sekularisme dan Liberalisme. Hal ini timbul disebabkan
adanya rasa toleransi antar agama yang berlebihan. Dalam kehidupan
bermasyarakat yang majemuk, perbedaan adalah suatu hal yang biasa dan lumrah.
Pada Zaman Rasullullah pun hal tersebut pernah terjadi yaitu pada awal periode
Madinah. Pada saat itu kaum Muslimin hidup berdampingan dengan kaum musyrik
penyembah berhala, Yahudi dan Nasrani. Mereka menjalankan ibadahnya dengan
caranya masing-masing.
“Katakanlah:
“Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan
untukkulah, agamaku“.(QS.Al-KaaFiruun(109):1-6).
Namun Allah SWT menghendaki agar Dakwah Islam terus
berlanjut karena Islam bukan hanya merupakan hak istimewa dan monopoli bangsa
Arab. Allah SWT menghendaki agar semua manusia didunia ini tanpa kecuali berhak
menerima kebenaran dari-Nya.
“(Al
Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.(QS.Ali-Imraan (3):138).
Manusia diberi kesempatan untuk memilih, percaya atau
tidak, takwa atau durhaka, tidak ada paksaan baginya. Namun begitu seseorang
telah menentukan pilihannya maka hukumpun berlaku baginya. Demi effektifitas
sebuah ajaran agama maka terpaksa atau tidak seseorang harus menerima resiko
serta pilihannya itu. Allah SWT telah memberi batasan yang jelas, apa akibat
dari pilihan tersebut. Pengusiran dan peperangan yang akhirnya terjadi terhadap
kaum Yahudi disebabkan karena mereka terus-menerus melanggar perjanjian yang
telah disetujui kedua belah pihak. Mereka terus merongrong dan mengancam tidak
saja jiwa Rasulullah SAW namun juga kelangsungan ajaran yang masih seumur
jagung tersebut.
Islam
tidak pernah mengajarkan pemisahan antara hubungan manusia dengan Tuhannya,
hubungan antar sesama manusia maupun hubungan manusia dengan mahluk lainnya
termasuk hubungannya dengan alam semesta. Islam adalah pandangan hidup, Way
Of Life. Ia mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai hal-hal kecil seperti
menjaga kebersihan, tata-krama dan kesopan-santunan hingga masalah-masalah
perdagangan dan ekonomi bahkan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu
Islam tidak mengenal istilah Sekulerisasi. Rasulullah SAW dengan
Madinahnya adalah contoh nyata. Beliau adalah seorang utusan Allah sekaligus
pimpinan suatu negara yang juga seorang ayah dan suami yang sangat patut
dijadikan teladan.
Namun
saat ini, toleransi antar agama yang muncul tidak lagi sesuai dengan apa yang
dikehendaki-Nya. Belakangan ini malah muncul berbagai aliran atau isme
seperti Pluralisme(Semua agama sama), Sekularisme(Agama
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari ) dan Liberalisme (Kebebasan
untuk menafsirkan ayat-ayat suci).
“Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.”(QS.Ali Imraan(3):7).
Saat
ini sejumlah perguruan tinggi Islam marak mengajarkan sebuah ilmu yang notabene
anyar yaitu Hermeuneutika. Ajaran ini masuk ke Indonesia
mulanya melalui para cendekiawan Muslim yang menuntut berbagai ilmu Islam di
Barat.
Ilmu
ini mengajarkan cara menafsirkan Al-Quran. Namun cara tersebut sama sekali
tidak sesuai dengan apa yang telah di contohkan dan diajarkan Muhammad SAW,
Sang Penyampai dan Pembawa Al-Quran yang pastinya lebih memahami apa yang ingin
disampaikan-Nya melalui Al-Quran, dan juga para sahabat, murid yang mendapatkan
pengajaran langsung dari beliau. Ayat Al-Quran diatas jelas menegaskan bahwa
hanya orang-orang yang hatinya condong pada kesesatan sajalah yang mencoba
menta’wilkan ayat-ayat Al-Quran yang mutasyabihat. Tujuannya
tak lain hanyalah untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan diantara ummat.
Padahal untuk mempelajari Al-Quran secara benar sesungguhnya hanya dapat
melalui 5 tahapan, yaitu : melalui ayat Al-Quran itu sendiri (kesinambungan
antar ayatnya), melalui apa yang telah dicontohkan Rasulullah, melalui para
sahabat, melalui para tabi’in dan ulil amri dan
terakhir baru melalui sudut bahasanya.
“Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.(QS.Al Baqarah(2):208).
Disamping
itu, untuk mencapai suatu kebenaran, kadang perdebatan memang sukar dihindari.
Yang diperlukan adalah kedewasaan, sikap untuk saling terbuka, sikap untuk mau
menerima kenyataan bahwa sesuatu yang sudah terbiasa dan lama diyakini ‘benar’ belum
tentu kebenarannya, kalau memang itu terbukti tidak benar. Suatu sikap lapang
dada untuk menerima kesalahan dan kekhilafan dengan penuh kesadaran. Disamping
itu yang benarpun tidak perlu merasa congkak dan arogan, karena yang dicari
adalah kebenaran. Jadi bukan masalah kalah menang ataupun mengalah.
“Tidak
ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman
kepadanya (`Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti `Isa
itu akan menjadi saksi terhadap mereka”.(QS.An-Nisaa(4):159).
Sebaliknya dengan mengambil sikap jalan tengah seperti
menyamakan semua agama ataupun menyatakan bahwa semua agama adalah benar tentu
berbahaya. Hal ini akan berakibat sangat buruk karena pada akhirnya mereka hanya
mementingkan keimanan saja tanpa keharusan untuk melaksanakan kewajiban /
syariat suatu agama. Padahal Rasulullah jelas datang dengan membawa ajaran,
lengkap dengan hukum-hukum yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
“Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah
amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang
merugi”.(QS.Al-Maidah(5):5).
Pluralitas atau keberagaman dalam Islam memang telah
dikenal sejak lama akan tetapi bukan Pluralisme.
“Sesungguhnya orang-orang
mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa
saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima
pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS.Al-Baqarah(2):62).
Ayat inilah yang sering dijadikan pegangan bagi mereka
yang bersiteguh bahwa semua agama adalah sama dan benar disisi Allah SWT.
Padahal yang dimaksud ayat diatas adalah orang-orang Yahudi, dan Shabiin
yang mengimani seluruh rasul dan kitab termasuk Muhammad SAW dan Al-Quranul
Karim. Atau bagi mereka yang hidup pada zaman sebelum Islam datang, ketika
mereka belum merubah-rubah kitab suci mereka yaitu Taurat maupun Injil yang
dibawa Musa AS maupun Isa AS. Atau bagi mereka yang belum sampai satupun
petunjuk tentang Islam.
“Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi”.(QS.Ali Imran(3):85).
Lebih dari itu, mereka juga menyebar bibit fitnah
berkenaan dengan urutan ayat Al-Quran yang tidak sesuai dengan urutan turunnya.
Mereka menuduh Rasulullah SAW dan para sahabat telah ikut campur dalam
penyusunan Al-Quran sehingga dengan demikian kitab ini sudah tidak suci dan
murni lagi!
“Maka
Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu
adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya Al Qur’an
ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauh
Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan
dari Tuhan semesta alam. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al
Qur’an ini?” (QS.Al-Waqiyah(56):75-81).
Berkenaan
dengan ayat diatas, Ad-Dhahak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra : ”Al-Quran
diturunkan secara keseluruhan dari sisi Allah, dari Lauh
Mahfuz, melalui duta-duta malaikat penulis wahyu, ke langit
dunia, lalu para malaikat tersebut menyampaikannya kepada Jibril secara
berangsur-angsur selama 20 malam dan selanjutnya diturunkan pula oleh
Jibril as kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur selama 23 tahun”. Itu
pula yang ditafsirkan Mujahid, Ikrimah, As-Sidi dan Abu Hazrah.
Ayat
diturunkan kepada Rasulullah sedikit demi sedikit berdasarkan situasi,
seringkali turun sebagai jawaban atas suatu permasalahan dengan hikmah
tertentu. Oleh sebab itu turunnya ayat tidak berurutan. Yang dimaksud ” tidak
menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” adalah Al-Quran yang
berada di Lauh Mahfuz, karena Al-Quran yang ada di dunia, yang jumlahnya
tak terhitung banyaknya ini dapat disentuh oleh semua orang, baik Muslimin yang
suci maupun yang tidak suci juga Kafirin.
Selanjutnya dengan petunjuk Jibril as, setiap ayat
yang turun diletakkan dan diatur sesuai dengan Al-Quran yang berada di
Lauh-Mahfuz. Jadi bukan atas kehendak Rasulullah SAW! Adapun tentang adanya
perbedaan jumlah ayat dalam Al-Quran, hal ini disebabkan adanya pengulangan.
Hitungan 6236 ayat adalah hitungan tanpa memperhitungkan pengulangan ayat yang
ada, sedangkan 6666 ayat bila dihitung semua ayat-ayatnya.
Ironisnya
bila pada Perang Pemikiran atau Al-Ghazw Fikri, musuh adalah jelas,
yaitu orang-orang kafir, orang yang tidak mau dan enggan mengakui keberadaan
Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, tidak demikian dengan hal diatas. Isu Pluralisme,
Sekularisme dan Liberalisme justru dilemparkan oleh
orang-orang yang mengaku dirinya Muslim. Mereka ini bahkan adalah orang-orang
yang notabene berpendidikan tinggi dalam ilmu agama Islam. Kebanyakan diantara
mereka adalah orang-orang yang mendapatkan pendidikan Islamnya di negara Barat.
Dari sanalah mereka mendapatkan tokoh dan panutan baru, yaitu Nasr Hamid Abu
Zayd, seorang guru besar di Leiden, Belanda. Abu Zayd adalah intelektual asal
Mesir. Ia menyelesaikan pendidikannya hingga S3 di Universitas Kairo, Mesir
jurusan sastra Arab dan sempat mengabdi sebagai dosen di almamaternya. Pada
tahun 1978, ia memperoleh beasiswa untuk penelitian doktoralnya di Institute of
Middle Eastern Studies, University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Sekembali
dari negri ini, Abu Zayd menulis sejumlah buku. Pada tahun 1992 ia mengajukan
promosi untuk menjadi guru besar di Universitas Kairo namun ditolak. Ia
dianggap tidak layak menjadi professor karena buku-buku yang ditulisnya banyak
yang melecehkan ajaran Islam. Salah satu oleh-oleh yang dibawanya adalah
ilmu Hermeunetika. Ia kemudian protes dan membawa masalahnya ke
pengadilan, namun kalah.
Dan tak lama kemudian para khatib di sejumlah
mesjid-mesjid besar Mesirpun menyatakan bahwa Abu Zayd telah murtad. Merasa
tidak lagi diterima di negerinya, Abu Zayd beserta keluarganya pergi menuju
Spanyol kemudian menetap di Belanda. Ironisnya di Negara tersebut ia justru
disambut sebagai pahlawan dan langsung ditawari kursi professor prestisius di
universitas di Leiden! Tak hanya itu, selang beberapa waktu kemudian
perguruan-perguruan tinggi di Berlin dan Amerika Serikatpun tidak mau
ketinggalan, mereka ikut menawarkan jabatan-jabatan penting di kampus-kampus
mereka.
“Apabila
dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang
Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul“, niscaya kamu
lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari
(mendekati) kamu”.(QS.An-Nisa’(4):61).
Rasulullah
bersabda, bahwa umat Islam akan
terpecah kedalam 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu yaitu,
“kelompok yang mengikuti apa yang aku (Rasulullah) dan sahabatku lakukan”.
” Sesungguhnya orang-orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan
kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka ”. ( QS.
An-Nisa’(4):145).
5.
Munculnya perpecahan dan nabi-nabi palsu.
Dari Irbadh bin Sariyah ra, ia berkata :” Pada
suatu hari setelah shalat Subuh Rasulullah saw menasehati kami dengan suatu
nasehat yang membuat kami menangis dan sedih. Lalu ada seorang yang
berkata : “ Ya, Rasulullah ini adalah pesan perpisahan, lalu apa yang
anda wasiyatkan kepada kami ? Rasulullah menjawab :”Aku wasiyatkan kepada
kalian untuk bertaqwa kepada Allah swt dan selalu mendengar dan taat (kepada
pemimpin) meskipun pemimpin itu seorang budak Habasyi. Maka barangsiapa yang
hidup (panjang umur) akan melihat banyak ihtilaf (perbedaan), maka
berhati-hatilah terhadap hal-hal yang baru (bid’ah), karena sesungguhnya bid’ah
itu sesat. Maka barangsiapa diantara kalian yang menjumpai masa itu
maka berpegang-teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’Arrosyidiyin,
peganglah erat-erat dan jangan sampai lepas”.
Hadis
diatas menunjukkan bahwa perbedaan diantara sesama umat Islam
memang tidak dapat dihindarkan. Namun perbedaan yang beresiko memunculkan
perpecahan apalagi yang tidak sesuai lagi dengan sunnah Rasulullah dan
apa yang telah dicontohkan para Khulafa’Arrasyidin ( Abu Bakar ra, Umar bin Khattab
ra, Ustman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra) harus dihindari.
Perpecahan ini bahkan sesungguhnya telah mulai terlihat begitu Rasulullah
memasuki hari-hari akhirnya.
“Sesungguhnya akan
ada tiga puluh orang pendusta di tengah umatku. Mereka semua
mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi
sesudahku.”
Hadits
ini diriwayatkan lebih dari satu orang diantaranya adalah Abu Dawud dan
At-Tirmidzi. Bukhari-Muslim juga meriwayatkannya walaupun dengan redaksi
berbeda.
Pada masa akhir kerasulan, di Yaman muncul seorang
yang mengaku bahwa dirinya telah mendapatkan wahyu untuk meneruskan ajaran
Rasulullah. Namun tak lama kemudian nabi palsu tersebut segera ditangkap dan
diadili. Kemudian muncul lagi dari Bani Asad, seorang bernama Thulaihah
bin Khuwailid bin Naufal. Pada tahun 9 H, dia datang bersama kaumnya kepada
Rasulullah saw dan menyatakan keislamannya. Ketika Rasulullah sakit keras, ia
memproklamirkan dirinya sebagai nabi. Thulaihah dan pasukannya
pernah beberapa kali bertempur dengan kaum Muslimin namun selalu kalah.
Kemudian bersama istrinya, ia melarikan diri ke Syam. Beruntung di tempat
tersebut ia mendapatkan hidayah dan kembali ke pangkuan Islam. Thulaihah mati
syahid dalam Perang Nahawand tahun 21 H.
Nabi
palsu yang paling sering disebut-sebut namanya adalah Musailimah bin Tsumamah
bin Habib Al-Kadzdzab, seorang laki-laki dari Yamamah. Ia berhasil mendapat
pendukung yang banyak hingga dikhawatirkan membahayakan ajaran dan aqidah
Islam. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, orang tersebut memberontak dan menolak
perintah zakat hingga Abu Bakar terpaksa mengirim pasukan untuk memeranginya.
Dalam peperangan ini pihak Muslim kehilangan banyak sekali penghafal Al-Quran.
Ini yang menyebabkan Umar bin Khattab menyarankan Abu Bakar agar segera
memerintahkan para sahabat mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang kemudian pada
masa Ustman bin Affan dibukukan hingga seperti sekarang ini.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Al-Umawi, juga ada nabi palsu bernama Al-Harits bin Said Al-Kadzdzab. Dulunya,
ia adalah seorang zuhud yang ahli ibadah. Namun sayang, ia tergelincir dari
jalan Allah dan mengikuti jalan setan. Ia didatangi iblis dan diberi ‘wahyu.’
Ia bisa membuat keajaiban2 laksana mukjizat seorang nabi. Saat musim panas, ia
datangkan buah-buahan yang hanya ada pada musim dingin. Dan ketika musim
dingin, ia datangkan buah-buahan musim panas. Sehingga, banyak orang yang
terpesona dan mengikuti kesesatannya. Akhirnya ia ditangkap dan oleh Khalifah
Abdul Malik disuruh bertaubat. Sejumlah ulama didatangkan untuk menyadarkannya.
Namun peringatan tersebut tidak diindahkannya hingga khalifah terpaksa
membunuhnya. Hal ini dilakukan agar menjadi peringatan bagi yang lain karena
dapat merusak aqidah dan ajaran Islam yang sesungguhnya.
“Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.” (Al-Ahzab: 40).
Namun hingga detik ini masih saja ada orang yang
datang dan mengaku sebagai nabi. Ahmad Gulam Mirza adalah satu
diantaranya. Ia mengaku sebagai nabi baru setelah Rasulullah saw dan
mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi. Ia mendirikan sebuah sekte aliran
sesat bernama Ahmadiyah pada tahun 1889. Ia lahir di India pada
tahun 1835 dan meninggal pada 1908 di Lahore. Ia menafsirkan dan
menambah-nambahi ayat Al-Quran hingga sesuai dengan keinginan dan kemauannya.
Ahmadiyah sendiri masuk ke Indonesia pada tahun 1922. Sekte ini memiliki kitab
sucinya sendiri, yaitu “Tazkirah” yang kesuciannya diakui sama dengan Al-Quran!
Ia juga menyatakan bahwa ada tanah suci selain Makkah dan Madinah, yaitu
Qadyani dan Rabwah di India. Sesungguhnya sekte ini awalnya dibentuk sebagai
taktik politik Inggris dalam rangka menaklukkan rakyat India ketika itu.
Tujuan utamanya adalah memberantas dan membekukan ajaran jihad yang
dilakukan rakyat Muslim India untuk melawan penjajahan di negrinya.
Disamping Ahmadiyah, beberapa aliran sesat sebenarnya
juga telah ada sejak lama. Khowarij dan Syi’ah adalah diantaranya. Syi’ah
sendiri terpecah menjadi beberapa kelompok yang saling bertentangan. Ada yang
berpendapat Syi’ah terpecah hingga menjadi 70 kelompok namun ada yang
berpendapat hingga 300 kelompok. Diantara kelompok yang terbesar adalah
Az-Zaidiyyah. Hanya kelompok ini yang memiliki pemahaman sedikit mendekati Ahlu
sunnah wa jamaah. Namun pada dasarnya, Syi’ah hanya mengakui ahlu bait
(keluarga Rasulullah) sebagai pemimpin Islam dan Ali bin Abi Thalib adalah
penerus kenabian. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi Yaman adalah orang yang
paling sering dituding sebagai penyebar aliran ini. Ialah yang menyebar fitnah
bahwa para sahabat, antara lain Umar bin Khattab, Ustman bin Affan,
Aisyah ra amirul mukminin adalah orang-orang yang sesat. Oleh karenanya kaum
Syi’ah merasa bahwa Al-Quran yang ada saat ini tidak lagi asli karena
dikumpulkan dan dibukukan pada masa pemerintahan mereka. Kaum Syi’ah juga hanya
mempercayai hadis yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib.
Sementara
kaum Khowarij adalah kelompok yang cenderung tidak mau mempercayai sunnah/hadits
Rasulullah (biasa juga disebut sebagai kelompok Ingkar Sunnah) darimana dan
siapapun sumbernya, baik shoheh maupun tidak. Kelompok ini terpecah menjadi
beberapa kelompok lagi. Diantaranya adalah mereka yang menyebut diri
sebagai Submitter.
Perpecahan terus terjadi hingga detik
ini. Belakangan ini muncul ucapan dari seorang pengamat intelejen di sebuah
pertemuan di kota Semarang, Jawa Tengah. Tanpa disertai bukti, ia
menyatakan bahwa zakat di Indonesia digunakan untuk membiayai kegiatan terorisme.
Jelas ini adalah fitnah. Setelah jihad yang sekarang ini seolah telah menjadi
momok menakutkan bahkan bagi telinga Muslim sekalipun, kali ini zakatpun
tampaknya dicoba untuk diguncang dan diobok-obok keberadaannya. Padahal ayat
tentang zakat jelas peruntukannya. Kembali hal ini membuktikan betapa syaitan
begitu telah mampu menghalangi seluruh jalan menuju kebenaran. Hanya keimanan
dan terus belajar mendalami serta mengkaji ayat-ayat Al-Quran serta sunah
Rasulullah sajalah yang dapat menyelamatkan seseorang dari godaan dan
bisikannya.