BAB IX: PERTANGGUNGAN JAWABAN MANUSIA KEPADA SANG PEMBERI MANDAT

 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.(QS.Al-Isra’(17):36).

 Maka sebagaimana layaknya seorang pemimpin yang diangkat dan diberi mandat oleh seseorang, begitupun manusia ia harus mempertanggung-jawabkan apa yang dilakukannya kepada yang memberinya tugas, yaitu Allah SWT, Tuhan sekalian Alam, raja dari segala raja. Ia diberi kebebasan untuk memilih, menjalankan perintah atau malah membangkangnya. Tidak ada paksaannya baginya.

 “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat……” (QS.Al-Baqarah(2):256).

 Disamping kitab petunjuk yang dijamin kebenaran dan keorisinilannya, yaitu Al-Quranul Karim, Allah SWT juga telah membekali manusia dengan akal dan hati untuk dipergunakan.

 “Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS.Al-Baqarah(2):1-5).

 Dan karena kasih sayangnya jualah, Allah SWT tidaklah membebani mahluknya apa yang tidak sanggup diembannya. Sebagai Sang Khalik tentu saja Ia tahu persis apa yang terbaik bagi mahluk ciptaan-Nya tersebut.

 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”.(QS.Al Baqarah (2):286).

Namun demikian harus diingat bahwa tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia sangatlah terbatas, yaitu hingga kematian menjemputnya. Dan sayangnya, tak seorangpun mengetahui kapan ia akan mati.

  “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Qur’an) dan tidak mau mengerjakan shalat bahkan ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran) kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong). Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS.Al-Kiyamah(75) : 26-36).

 Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara, yaitu : Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, kesehatanmu sebelum datang sakitmu, kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu dan hidupmu sebelum datang matimu”.

 

 1. Alam Kubur (Barzah).

 “ Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.(QS.Qaaf(50):19).

 Ibnul Jauzy menulis bahwa kematian itu lebih pedih daripada sabetan pedang. Orang yang disabet pedang tentu akan berteriak dan melolong mengemis pertolongan dengan sisa-sisa tenaganya. Tetapi orang yang meninggal dunia tidak bisa berteriak lagi karena pedihnya rasa sakit yang dialaminya. Penderitaannya mencapai puncak sehingga hati dan seluruh anggota tubuhnya menjadi lemas. Ruhnya dicabut dari setiap nadi dan setiap anggota tubuhnya secara perlahan-lahan. Pada awal mula dua telapak kakinya terasa dingin, betis, paha lalu terus hingga ke kerongkongan.

 “…..Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):”Keluarkanlah nyawamu” ………..” (QS.Al-An’aam(6):93).

 Pada saat itu pandangan matanya kepada dunia dan keluarga terputus dan pintu taubat sudah ditutup baginya. Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi dia belum sekarat”. (HR Tirmidzy).

 Hakikat mati adalah terpisahnya antara jasad dan ruh. Dikatakan orang yang mati akan melihat apa yang tidak dilihatnya selagi masih hidup sebagaimana orang yang terbangun dari tidur yang melihat apa yang tidak bisa dilihatnya saat tidur. Manusia layaknya sedang tidur dan jika mereka mati barulah mereka sadar.Al-Ghazali berkata: “Manusia itu dalam keadaan tidur dan bila ia telah mati terjagalah ia”.

” Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”.(QS.Qaaf(50):22).

 Ketika seseorang mati, jasadnya akan dikuburkan sebagaimana diperlihatkan kepada Qabil, putra Adam as, bagaimana burung gagak menguburkan bangkai. Kemudian jasad itu sendiri akan hancur dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sedangkan ruh tetap kekal. Ia dapat merasakan siksa maupun nikmat, sebagaimana manusia hidup dapat merasakan berbagai kesenangan dan kegembiraan tanpa tergantung kepada anggota tubuh karena sesungguhnya hatilah yang merasakan segala perasaan tersebut. Perumpamaannya seperti seorang yang bermimpi, baik mimpi buruk maupun mimpi menyenangkan. Dalam mimpi jasmani seseorang tidak terpengaruh oleh mimpinya, ia tetap berada ditempatnya semula. Namun tidak mustahil jika ruh itu dikembalikan lagi ke jasad saat berada di kubur dan juga tidak mustahil andaikan hal itu ditunda hingga hari berbangkit. Wallahua’lam.

 Dari Abdullah Ash-Shan’any, dalam mimpi ia bertemu dan berkata-kata dengan Yazid bin Harun.Yazid berkata : “Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia. Malaikat Munkar dan Nakir telah mendudukkan aku dan bertanya kepadaku, “Siapakah Rabb-mu? Apa agamamu? Siapa nabimu?”. Kemudian ketika jawaban Yazid memuaskan kedua malaikat maka merekapun berkata :” Tidurlah seperti tidurnya pengantin dan tidak ada yang mengagetkanmu setelah ini”.

 Rasulullah bersabda : Kubur  itu salah satu dari taman-taman surga atau salah satu dari lubang-lubang neraka”.(HR Bukhary-Muslim).

 Dari Abu Sa’id, Rasululah juga pernah bersabda : “Andaikan kalian banyak mengingat perusak kelezatan-kelezatan, tentu kalian akan sibuk mempersiapkan apa yang pernah kulihat. Maka perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan yaitu kematian. Tidaklah seorang hamba mendatangi kubur melainkan kubur itu berkata : “Aku adalah rumah yang asing, aku adalah rumah yang sendirian, aku adalah rumah dari tanah, aku adalah rumah yang penuh ulat”. Jika seorang hamba mukmin dikubur, maka kubur berkata, “Selamat datang. Engkau adalah orang yang paling kucintai dari orang-orang yang mendatangiku. Jika pada hari ini engkau dibawa kesini, maka engkau akan melihat apa yang kuperbuat kepadamu”. Maka dia bisa bebas mengedarkan pandangannya dan dibukakan pintu-pintu menuju surga. Jika hamba yang buruk atau kafir dikubur, maka kubur berkata kepadanya, “Tiada kuucapkan selamat datang kepadamu, karena engkau adalah orang yang paling kubenci diantara orang yang berjalan mendatangiku. Jika hari ini engkau datang kepadaku, maka engkau akan melihat apa yang kulakukan terhadapmu”. Maka ia dibaringkan dan tulang-tulang iganya berserakan”. (HR Tirmidzy).

 

 2. Alam Perhitungan.

 “Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka”(QS.Yaasiin (36):51).

 Ini adalah hari dimana sangkakala ditiup untuk kali kedua, yaitu hari berbangkit, hari dimana manusia kembali dihidupkan untuk mempertanggung-jawabkab apa yang telah mereka kerjakan semasa hidup di dunia. Ketika itu langit terbelah dan bumi memuntahkan segala apa yang dikandungnya termasuk mayat-mayat di dalam kubur sehingga bumipun menjadi kosong. Sedangkan tiupan pertama sebagai tanda berakhirnya hari atau hari Kiamat, suatu hari yang banyak didustakan oleh orang kafir,  telah dilaksanakan sebelum itu.

  “ Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup dan diangkatlah bumi-bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya dengan sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan terbelahlah langit  karena pada hari itu langit menjadi lemah”. ( QS. Al-Haqqah(13-16)

 Sebagaimana terjadinya penciptaan alam semesta (Big Bang) yang hanya memerlukan waktu yang hanya sekejap mata, begitu pula peristiwa penghancuran alam semesta (Big Crunch). Kedua ayat dibawah ini baru dapat dibuktikan kebenarannya 1400 tahun kemudian, yaitu dengan ditemukannya teori Big Bang dan Big Crunch berkat bantuan teleskop Hubble, pada tahun 1940-an.

 “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.(QS.Al-Anbiya(21):30).

 “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya “. (QS.Al-Anbiya(21):104).

Bila pada tiupan pertama semua yang ada akan mati maka sebaliknya pada tiupan kedua semua manusia mulai dari umat zaman nabi Adam as hingga umat akhir zaman akan berbangkit dan dihimpun di padang Masyar.

 Rasulullah bersabda : ”Pada hari kiamat manusia dihimpun di atas tanah putih bersih seperti bulatan yang bening”.(HR Bukhary-Muslim).

Pada hari itu, semua orang keluar dari kuburnya, mereka terbangun dari tidur panjangnya. Tak ada pengecualian, baik yang sedang mengalami siksa kubur maupun yang sedang lelap tertidur bagaikan pengantin. Pada hari itu tidak ada sedikitpun yang dapat disembunyikan, tidak pula segala prasangka yang ada dalam hati.

 “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka”.(QS.Al-‘Aadiyaat(100):9-11).

 Bila kita berpikir secara duniawi, sungguh malu tak terkira akan menghantui semua perasaan manusia. Ketika di dunia Allah SWT berkenan menutupi keburukan-keburukan bisikan hati bagi siapa yang mau memohon dan bila Ia menghendaki dikabulkan-Nya permohonan tersebut. Namun pada Hari Perhitungan tidak seorangpun manusia perduli akan hal orang lain, masing-masing diselimuti rasa ketakutan dan rasa-rasa was-was akan nasib dirinya. Allah SWT memang membebaskan manusia untuk memilih jalannya namun Dia tidak lupa untuk menempatkan para malaikat untuk mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia di dunia.

 “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Infithaar(82):10-12).

 Di alam inilah catatan-catatan tersebut akan dibuka dan diperiksa. Maka tibalah hari pengadilan dimana Allah SWT sebagai Hakim Yang Maha Adil akan memutuskan segala perkara dengan seadil-adilnya.

 Rasullah bersabda : “Pada hari kiamat manusia diadili dengan tiga kali pengadilandua kali berupa pengajuan pertanyaan dan penyampaian alasan dan yang ketiga lembaran-lembaran berhamburan lalu ada yang mengambil dengan tangan kanannya dan ada yang mengambil dengan tangan kirinya”.(HR Tramidzy, Ahnad dan Ibnu Majah).

 “(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”.(QS.Al-Isra’(17):71).

 “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini),”(QS.Al-Haaqqah(69:25).

 Pada hari itu setiap manusia harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah dilakukannya selama hidup didunia, tentang amalnya, tentang hartanya, dari mana ia mendapatkan dan bagaimana ia membelanjakan hartanya tersebut. Kemudian amal itu ditimbang bila amal kebaikannya berat maka dengan izin-Nya ia akan dimasukkan ke surga. Sedangkan bila ringan timbangan kebaikkannya maka masuklah ia ke neraka jahanam.

 “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah”.(QS.Al-Qaariah(101:6-9).

 

 3. Alam Surga dan  Neraka.

 Inilah tempat kembali yang sebenarnya, sebuah rumah tempat kepulangan yang abadi. Karena sesungguhnya kita ini sedang bepergian ke alam dunia dan setiap yang pergi pasti akan pulang dan kembali. Dan sebagaimana seorang ayah yang pulang kerja membawa uang (rezeki), seorang ibu pulang dari pasar membawa hasil belanjaan, maka seorang yang pulang dari duniapun membawa hasil pekerjaan yang dibebankan Tuannya, Allah SWT. Hasil inilah, yang dengan izin-Nya, akan menentukan tempat kembali kita, surga atau neraka. Allah SWT telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya peraturan dari permainan-Nya, “The True Game”; barangsiapa yang menaati-Nya, itulah sang pemenang, surga adalah balasannya dan barangsiapa yang mengingkarinya, itulah pecundang, neraka balasannya. Maka tibalah hari Pembalasan yang telah dijanjikan-Nya. Tidak ada yang merasa dirugikan kecuali orang-orang yang semasa hidupnya tidak pernah mau dan tidak pernah sudi memperhatihan ayat-ayat-Nya. Mereka ini adalah orang-orang yang merugi.

 “Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)”.(QS.An-Naazi’at(79):34-41).

 Tentu saja balasan yang diterima untuk orang yang mau berbakti dan orang yang tidak mau berbakti tidak sama.

 “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh keni’matan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman.Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mu’min, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mu’min. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan”.(QS.Al-Muthaffiffin(83:22-36).

 – Alam Surga.

 “Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik, (yaitu) surga `Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,..” (QS.Shaad (38):49-50).

 Sebagian besar ulama berpendapat bahwa  pintu surga itu ada delapan.  Umar ibnul-Khaththab berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap orang di antara kalian yang setelah berwudhu dengan sempurna lalu membaca Asyhadu Anla Ilaha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Abduhu Wa Rasuluh (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba sekaligus rasul utusan-Nya), niscaya dibukakan untuknya kedelapan pintu surga. la bisa masuk dari pintu yang mana pun yang ia inginkan.“. ( HR Muslim).

 Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap orang akan diseru dari pintu-pintu tersebut?” Beliau menjawab, “Benar, dan aku berharap kamu termasuk di antara mereka”.

Pintu surga dibedakan berdasarkan amal kebajikan tiap manusia. Ibnul Jauzi meriwayatkan bahwa ke delapan pintu surga yang disediakan bagi hamba-hamba yang takwa ini adalah pintu Shalat,  pintu Puasa ( pintu ar-Rayyan ),  pintu Zakat dan Sedekah, pintu Haji, pintu Umrah, pintu Jihad, pintu Silaturahmi dan pintu Wudhu.

 Ibnu Majah dalam kitabnya Sunan An Majah meriwayatkan  dari Abdullah bin Abdul Karim, dari Hisyam bin Khalid, dari Khalid bin Yazid bin Abu Malik, dari ayahnya, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Pada malam aku di-israkan, aku melihat tulisan pada sebuah pintu surga, ‘Satu sedekah dibalas sepuluh kali lipat, dan satu piutang dibalas delapan belas kali lipat.’ Aku bertanya kepada Jibril, “Kenapa memberikan utang itu lebih utama daripada bersedekah?” Jibril menjawab, ‘Karena orang yang meminta itu bisa jadi ia sudah punya. Tetapi, orang yang mengajukan utang itu pasti karena sangat membutuhkan”.

 Namun ada ulama yang berpendapat  pintu surga lebih dari 8 bila ditambah dengan pintu tobat atau  pintu Muhammad. Pintu yang  terkenal dengan sebutan pintu Rahmat ini khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang pandai menahan amarah. Disamping itu ada pula ulama yang berpendapat  akan adanya pintu Shalat Dhuha.

 Diriwayatkan oleh al-Ajiri dalam kitabnya An-Nashihat alias Abul Hasan bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Adh-Dhuha. Pada hari kiamat nanti ada malaikat yang menyeru, ‘Mana orang-orang yang tekun menunaikan shalat Dhuha? Inilah pintu kalian. Masukilah”.

       ” Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal ”. ( QS. Az-Zumar (39): 73-74).

 Berdasarkan ayat di atas, sejumlah ulama berpendapat bahwa ada pintu lain disamping pintu-pintu yang telah disebutkan diatas. Pintu ini dinamakan pintu Takwa. Seperti namanya pintu ini diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang takwa. Keistimewaan pintu ini dibanding pintu-pintu lain adalah siapapun yang diizinkan masuk  melalui pintu tersebut, mereka bebas memilih tempat di mana saja mereka kehendaki. Tempat kediaman mereka ini adalah surga ’Adn sebagaimana yang diterangkan  dalam surah Shaad ayat 49-50 diatas.

 Abu Isa Tirmidzi meriwayatkan dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya bahwa Rasulullah bersabda, “Luas pintu surga tempat masuk umatku adalah sejauh perjalanan pengendara kuda yang sangat bagus selama tiga hari. Kemudian mereka berdesak-desakan memasukinya sehingga hampir-hampir pundak mereka lepas.”

 Sementara itu, surga memiliki beberapa tingkatan namun kenikmatan tertinggi yang dapat dirasakan di tempat ini adalah memandang Wajah Allah Azza wa Jalla, Sang Maha Pencipta, Sang Raja Dari Segala Raja. Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah pernah ditanya seseorang : “Wahai Rasulullah, apakah kita bisa memandang Rabb?”. Beliau menjawab: “Apakah ada yang menghalangi pandangan kalian terhadap rembulan pada malam purnama, ketika tidak terhalang awan?”. “Tidak”. Jawab orang itu. Beliau bersabda: “Begitu pula kalian memandang-Nya pada hari Kiamat”.

 Ini adalah sebuah kehormatan maha besar karena bahkan para nabipun ketika di dunia  tidak memiliki kesanggupan  memandang wajah Allah Azza wa Jalla.

 “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (QS.Al-‘Araaf(7):143).

  Itulah  Allah, Tuhan sekalian alam, Sang Pemilik langit dan bumi serta segala isinya yang menguasai segala isi hati. Kehormatan dan kesempatan ini hanya diperuntukkan orang-orang beriman yang yakin akan keberadaan-Nya, mengerjakan amal ibadah, melaksanakan perintah serta menjauhi segala larangan-Nya. Dan semua ini dikerjakan  dalam rangka ketaatannya kepada Sang Khalik.

 Namun sesungguhnya fenomena istimewa diatas telah diberikan di dunia khusus kepada umat Muhammad saw walaupun hanya 1 arah. Artinya Allah swt mendekati manusia tanpa manusia itu harus hancur sebagaimana hancur luluhnya gunung pada ayat 143 surat Al-Araf diatas. Yaitu ketika tamu-tamu Allah datang ke padang Arafah untuk melaksanakan ibadah haji. Rasulullah bersabda :“…Ia (Allah) mendekat kepada orang-orang yang di Arafah. Dengan bangga Ia bertanya kepada para malaikat, “Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf itu?”

 Sementara Imam Muslim meriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu dari umatku masuk surga. Sebagian mereka saling berpegangan dengan sebagian yang lain. Yang pertama di antara mereka tidak mau masuk sebelum yang terakhir di antara mereka masuk. Wajah mereka seperti bentuk rembulan purnama.”

 Semoga kita termasuk satu diantara yang tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu tersebut, amin ya robbal ’alamin.

 – Alam Neraka.

 Dan apakah neraka itu ?

 “Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim”.(QS.Ali Imraan (3):151).

Neraka dalah tempat kembali  orang-orang kafir, musyrik, munafik, orang-orang yang menyombongkan diri, pemimpin yang zhalim, para pezina, kaum homosekual dan lesbian, para pemakan riba dan harta anak yatim-piatu tanpa dasar yang benar, para pembunuh orang mukmin tanpa hak, para pelaku bunuh diri, orang-orang yang meninggalkan shalat, zakat dan puasa tanpa alasan yang dibenarkan agama, orang-orang yang durhaka terhadap kedua orang-tuanya serta orang-orang yang membiarkan dosa-dosa kecilnya bertumpuk tanpa berusaha untuk bertobat dan memperbaikinya.

 ” Allah berfirman: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala yang sangat enggan melakukan kebajikanmelanggar batas lagi ragu-ragu yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat”. (QS.Qaaf(50):24-26).

Dikatakan bahwa neraka  mempunyai 7 buah pintu / tingkatan, yaitu neraka Jahanam, neraka Ladza, neraka Huthomah, neraka Sa’ir, neraka Saqor, neraka Jahim serta neraka Hawiyah.. Masing-masing pintu telah ditetapkan golongan penghuninya.

 ” Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintuTiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka ”. (QS.Al-Hijr(15): 43-44).

 Rasulullah bersabda : ” Seringan-ringan siksaan penghuni neraka adalah : Apabila seseorang yang memakai terompah dari bara api sehingga menyebabkan otaknya mendidih.( HR Bukhari – Muslim).

 Allah swt telah berulang memperingatkan hamba-Nya, yaitu semua manusia tanpa kecuali bahwa siksa-Nya amatlah keras dan pedih. Dan janji Allah itu pasti akan terjadi karena Allah tidak mungkin menyalahi janji-Nya. Maka hari itu manusia yang  tidak mau dan bahkan tidak memperdulikan peringatan yang diberikan melalui  para Rasul akan menerima akibatnya. Bukan Allah yang berbuat zalim melainkan manusia itu sendiri.

     ” Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nissa’(4):56).

 ” Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa”. (QS.Al-Haqqoh(69):36-37).

 “… Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): “Rasailah azab yang membakar ini”.(QS.Al-Hajj(22):19-22).

Sementara itu ada sebagian hamba yang berada diantara surga dan neraka. Dengan harap-harap cemas mereka menanti keputusan Yang Maha Kuasa atas nasib mereka. Mereka sangat berharap agar pintu surga dibukakan bagi mereka dan sebaliknya pintu neraka di tutup.

 ” Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A`raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:” Salaamun `alaikum“. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya).  (QS.Al-A’raaf(7): 46).

 ” Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu“. (QS.Al-A’raaf(7):47).

Kemudian terjadilah  percakapan antara penghuni surga, penghuni neraka dan orang-orang yang masih dalam antrian  sebagai berikut : 

  (Orang-orang di atas A`raaf bertanya kepada penghuni neraka): “Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?” (Kepada orang mu’min itu dikatakan): “Masuklah ke dalam surga, tidak ada kekhawatiran terhadapmu dan tidak (pula) kamu bersedih hati”.(QS.Al-A’raaf(7):49).

 ” Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir (yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”.  (QS.Al-A’raaf(7):50-51).

 Itulah yang terjadi pada hari peradilan. Hari dimana manusia harus mempertanggung-jawabkan apa yang telah dilakukannya, tidak ada kata menyesal bagi siapapun. Karena pintu-pintu pengampunan telah tertutup, layar telah diturunkan dan selesai sudah segalanya. Ini adalah akhir dari permainan, “The True Game” yang diciptakan-Nya.

 “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”(QS.Al-Mukminun(23):99-100).

 

 4. Keluasan Rahmat Allah.

 “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”.(QS.Al-Furqon(25): 68 – 69).

 

 Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan api atas orang yang berkata, “La ilaha illallah”, yang dengan perkataan itu dia mencari Wajah Allah”. (HR Al-Bukhary-Muslim). 

Sesungguhnya inilah inti ajaran Islam, ajaran Tauhid. Menyembah hanya kepada-Nya, Sang Khalik yang telah menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Dialah tempat bergantung, tempat memohon, tempat mengadu. Tidak ada yang selain Dia, tidak pula yang bersama Dia. Penyembahan mutlak yang dilakukan dengan hati yang ridho’, ikhlas dan tulus hanya kepada-Nya yang bila diikuti dengan amal perbuatan shaleh kelak akan mengantarkan manusia untuk kembali ketempat yang mulia disisi-Nya, yaitu Surga. Sesungguhnya perbuatan syirik, membunuh tanpa alasan yang sesuai syariat dan berzina adalah dosa-dosa besar yang tak terampuni. Allah SWT amat murka dan tidak meridho’i manusia yang berbuat demikian. 

Namun disebabkan kecintaan Allah SWT yang begitu besar kepada manusia maka bila orang yang telah tersesat jauh tersebut mau memohon ampunan yang sebenar-benar ampunan, ampunan dan taubat yang disertai janji bahwa ia tidak ingin dan tidak akan mau mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut serta kemudian ia mengerjakan amal saleh maka Allah SWT, Sang Pemberi Taubat akan membukakan pintu maaf dan pintu ampunan-Nya. 

”Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai……………”. (QS.At-Tahrim(66):8).

 Dan berkat kecintaan-Nya pula Allah SWT membalas perbuatan jahat yang dilakukan seseorang dengan balasan yang sama padahal perbuatan baik dibalas-Nya dengan sepuluh kali lipat perbuatan baik tersebut!

 ”Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS.Al-An’aam(6):160).

 Demikian pula bila seseorang berniat baik namun belum sempat dilakukannya maka Allah SWT membalasnya dengan satu pahala kebaikan sebaliknya bila seseorang berniat buruk namun belum dilaksanakan maka Allah SWT tidak membalasnya dengan apapun. (Lihat hadis pada bab Mengenal Sang Pencipta melalui ayat–ayat Al-Quran dan As-Sunnah.).

 Namun Allah SWT mengingatkan Dia tidak akan menerima taubat yang dilakukan ketika seseorang dalam keadaan sakratul maut, yaitu saat-saat menjelang kematian ketika tidak ada jalan lain baginya kecuali harus menyerah dan mengakui kesalahan serta terpaksa mengakui ke-Besar-an dan ke-Esa-an-Nya.

 ”Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: “Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir”.(QS.Al-Mukmin(40):84-85).

 Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar ra, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Aku mengetahui penduduk neraka yang terakhir keluar dari neraka dan penduduk surga yang terakhir masuk ke surga. Ada seseorang ditampilkan. Allah berfirman :”Enyahkanlah dosa-dosanya yang besar dan lucutilah dosa-dosanya yang kecil”. Kemudian dikatakan kepadanya, “Kamu telah melakukan anu dan anu pada hari anu ”. Orang itu membenarkannya. Dia tidak dapat mengelak sedikitpun. Kemudian dikatakan: ” Setiap keburukanmu menjadi kebaikan”. Dia berkata : ” Ya Tuhanku, aku telah melakukan aneka kesalahan. Namun aku tidak melihatnya dalam catatan amalku ”. Maka Rasulullahpun tertawa hingga terlihat gigi taringnya.” (HR Muslim).

 Hanya berkat rahmat-Nyalah seseorang bisa masuk surga. Karena sesungguhnya sebesar apapun pahala dan amal ibadah seseorang tidak mungkin mampu menebus apa yang telah Allah SWT limpahkan kepada manusia. Bila peradilan yang diberlakukan di akhirat adalah peradilan seperti peradilan yang ada di dunia ini sekalipun peradilan tersebut adalah peradilan yang maha adil dan maha jujur maka sudah pasti malaikat yang sifatnya kaku dan keras itu akan memasukan manusia ke dalam  neraka yang membakar. Namun karena kasih sayang-Nya jua,  bila seseorang memohon ampunan kepada-Nya dan mau bertobat dengan sebenar-benar tobat,  maka Allah SWT pun berkenan memberikan pengampunan-Nya. Itulah yang dimaksud hadis diatas. Orang tersebut adalah penduduk yang terakhir keluar dari neraka dan yang terakhir masuk ke surga.

 “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.Az-Zumar(39):53).

 Demikianlah janji Allah SWT, Sang Maha Pengasih, Sang Maha Penyayang, Sang Maha Pengampun. Ia memberikan harapan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, ampunan yang seluas-luasnya sebagai tanda kasih-sayang-Nya kepada seluruh umat manusia. Allah SWT tidak menghendaki rasa putus-asa menyelimuti hati mahluk yang dicintai-Nya.

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama