“Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS.Al-An-Nahl(16):90).
Harus diakui manusia adalah bagian kecil dari jagat
raya ini. Ia adalah awak kapal angkasa bernama Bumi yang melaju sepanjang tahun
mengelilingi Matahari dengan kecepatan 107.275 kilometer perjam! Selama 4.5
milyar tahun jagat raya telah menunjukkan kepatuhannya terhadap sistim yang
diciptakan Sang Maha Kuasa yang Maha Cerdas, Dialah Allah Azza wa Jalla. Dan
kita tahu tak satupun diantara anggota yang berada di jagat tersebut berusaha
melawan dan keluar dari aturan-aturan tersebut. Tampaknya hanya manusia
satu-satunya anggota yang ingin melepaskan diri dari keterikatan tersebut. Hal
ini dapat dipahami karena Allah SWT memang mengizinkannya. Manusia memang
diciptakan sebagai mahluk bebas, sebagai pemimpin, sebagai khalifah walaupun
hanya sebatas di muka bumi.
Tidak seperti mahluk atau benda langit seperti
matahari, bulan, bintang maupun mahluk bumi lain seperti tumbuhan dan binatang,
manusia diberi kebebasan untuk memilih, yaitu bertakwa atau menentang. Bila
manusia memilih untuk bertakwa maka atas izin Allah SWT bumi dan seluruh isinya
akan berada dalam ketenangan, keadilan dam kemakmurannya. Sebuah keadilan yang
hakiki, yang berlaku bagi seluruh umat manusia apapun warna kulitnya, status
ekonominya, laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa. Demikian pula
flora dan faunanya. Dan bila Allah menghendaki ia akan tetap menjadi bagian dari
simphoni zikir jagat raya yang telah dan akan meneruskan perjalanannya yang
berdasarkan pengamatan para astronom, bersama milyaran matahari dan
planet-planetnya sedang menuju Konstelasi Lyra dan akan menggenapi revolusi
mengelilingi pusat Galaksi dalam tempo 200-250 juta tahun! Wallahu’alam.
Sebaliknya bila manusia memilih menentang aturan-Nya
dan memutuskan untuk keluar dari sistim yang diciptakan-Nya maka bumi beserta
isinyapun akan terlepas dari sistim tersebut. Bumi dan seluruh isinya akan
mengalami kehancuran dan porak poranda. Dan manusia dengan segera harus
mempertanggung-jawabkan keputusannya tersebut.
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS.Al-Ashr(103:1-3).
Itu sebabnya Islam berkali-kali mengingatkan bahwa
manusia adalah umat yang satu. Dalam rangka menjalankan tugas kekhalifahan
manusia harus bersatu, saling mengingatkan, saling menasehati, agar manusia
selalu ingat apa sesungguhnya tujuan dan tugas manusia. Tugas kekhalifahan
adalah tugas yang maha berat. Tugas ini bukan sekedar tugas dan tanggung-jawab
perorangan melainkan tugas dan tanggung-jawab semua manusia secara
gotong-royong. Ini pula yang menjadi salah satu hikmah mengapa Islam sangat
menganjurkan shalat berjamaah, terutama bagi kaum laki-laki. Itu pula sebabnya
mengapa setiap Muslim sebagai manusia yang telah memiliki ilmu yang benar wajib
berdakwah, mengajak dan mengingatkan orang lain apa sebenarnya tugas manusia.
”Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
…….”.(QS.Al-A’raf(7):96).
Tugas manusia terbagi atas 3 kelompok utama, yaitu :
1. Menjaga hubungan dengan Sang Pencipta.
2. Menjaga hubungan antar sesama manusia.
3. Menjaga hubungan dengan alam semesta.
Rasulullah bersabda:”Bersegeralah
kepada amal dimana kalian tidak menunggu-nunggu kecuali tujuh hal
: Kemiskinan yang melalaikan, kekayaan yang
menjadikan melampaui batas, sakit yang merusak, masa
tua yang melumpuhkan segala tenaga, kematian yang
menghabiskan segala-galanya atau Dajjal paling buruk
ditunggu-tunggu dan hari kiamat. Dan Hari Kiamat itu lebih dasyat
dan lebih pahit”.
0000000000000000000000000000000000000000000000
E P I L O G
Tiada kebenaran yang hakiki selain kebenaran yang
berasal dan datang dari-Nya karena memang Dialah yang menciptakan, dari yang
tiada menjadi ada dan dari yang ada menjadi tiada. Bukti-bukti begitu berlimpah
bila manusia mau berpikir dan memperhatikan sehingga tidak mungkin bagi kita
sebagai manusia, sebagai salah satu mahluk ciptaan-Nya, untuk menyangkal
keberadaan dan ke-Esaan-Nya. Begitu pula dengan kitab suci-Nya,
Al-Quranul Karim yang telah demikian banyak menerangkan dan membuktikan
kekuasaan-Nya secara meyakinkan. Oleh sebab itu tiada jalan lain
bagi kita selain harus menjadikan kitab tersebut sebagai satu-satunya petunjuk
dan pedoman bagi hidup ini bila kita ingin selamat dan memenangkan permainan.
Dan kemenangan tersebut hanya dapat dicapai dengan berpegang teguh pada agama
yang benar, agama yang lurus, yaitu Islam.
“Maka berpegang
teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus”.(QS.Al-Zurkhuf(43):43).
Ilmu pengetahuan dan sains serta segala ilmu
yang berhubungan langsung dengan kehidupan duniawi jelas memang diperlukan.
Namun pengetahuan tersebut hendaknya dapat menjadikan kita makin sadar bahwa
kehidupan dunia ini hanyalah sementara, bagai sebuah permainan namun dengan
taruhan yang bukan lagi hanya nyawa akan tetapi kehidupan kekal yang tak
terbatas. Suatu kehidupan yang berada di luar jangkauan pemikiran duniawi.
Kehidupan ghaib, yang tidak dapat dibuktikan dengan akal semata melainkan
dibutuhkan adanya keyakinan dan keimanan.
Namun bila ilmu pengetahuan dan sains saat ini telah
berhasil membuka berbagai tabir rahasia yang 14 abad silam tidak pernah
terpikirkan dan terbayangkan, itu semua berkat Allah swt, Sang Khalik Yang Maha
Cerdas memang telah berkenan memperlihatkan sistim serta aturan kerja-Nya
kepada kita, manusia yang diciptakan-Nya. Dan sebagai konsekwensinya, mustinya
kita menyadari pula betapa hebat dan canggihnya ilmu Allah.
Kemudian
menyatu dengan pemahaman Al-Quranul Karim serta pemahaman ilmu hadis yang
baik, seharusnya kitapun menyadari bahwa saat ini kita semua sedang menuju
kepada sebuah akhir dari sebuah perjalanan, perjalanan Sang
Khalifah dalam menjalankan misinya. Misi perorangan yang diawali dengan adanya
perjanjian manusia di alam ruh hingga berakhirnya kehidupan di dunia menuju
alam kubur serta misi universal yang diawali dengan adanya peristiwa
pembentukan alam semesta ”Big Bang ” hingga hancurnya alam semesta
” Big Crunch”. Maka dimulailah kehidupan akhirat yang diawali
dengan pelaksanaan mahkamah peradilan akhirat untuk mempertanggung-jawabkan apa
yan telah dilakukan manusia selama hidupnya di muka bumi ini sebagai khalifah.
Tugas sebagai khalifah di muka bumi yang dibebankan
kepada manusia memang bukan tugas mudah. Untuk itulah maka pada setiap zaman
Allah swt menurunkan para Rasul dan kitab kepada manusia. Semua ini dimaksudkan
agar manusia mempunyai pegangan dan landasan yang jelas bagaimana menjalani
kehidupan ini. Inilah agama yang benar. Akan tetapi orang yang menyatakan bahwa
dirinya telah menjalankan agamanya dengan benar namun ternyata prilakunya tidak
baik, tidak dapat dikatakan ia telah beragama dengan benar. Karena dengan
beragama seharusnya lingkungannya, baik lingkungan antar sesama manusia maupun
alam sekitarnya akan menjadi aman dan tentram, bukan malah sebaliknya.
Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”;
“Agama adalah akhlak yang baik”; “Seorang mukmin yang paling sempurna adalah
yang paling sempurna ahklaknya”; “Rasulullah ditanya: “Apa yang paling
banyak mengantarkan manusia ke surga ?”. Rasulullah menjawab :
“Akhlak yang baik”; “Apa yang paling banyak mengantarkan manusia
ke neraka?”. Rasulullah menjawab: “Mulut dan kemaluan”.
(HR Tarmidzi).
Jadi orang yang menjalankan agamanya dengan baik
semestinya tercermin dari prilakunya. Mereka pandai menjaga kehormatan dan
menjaga lisannya. Mereka tidak mau menyakiti hati orang lain serta mudah
meminta maaf sekaligus memaafkan kesalahan orang lain. Mereka juga tidak suka
menggunjing dan menyebar fitnah. Mereka adalah juga orang-orang yang sabar
dalam menghadapi segala cobaan. Mereka adalah orang-orang yang pandai menjaga
amanah dan menepati janji.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang
tiada berguna dan orang-orang yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya dan orang-orang
yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi,(ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya”.(QS.Al-Mukminun(23):1-11).
Mereka juga gemar membantu meringankan kesulitan orang
lain, saling nasehat menasehati dalam kebaikan serta tidak dengki maupun
sombong. Kita harus selalu ingat bahwa kemurkaan Allah SWT yang menyebabkan
diturunkannya hukuman dan kutukan Allah SWT terhadap Iblis adalah dikarenakan
kesombongannya padahal mulanya Iblis adalah seorang hamba yang shaleh dan
takwa. Ringkas kata, orang yang menjalankan agama dengan penuh ketaatan
dan menyempurnakannya, hidup dan kehadirannya benar-benar terasa
manfaatnya bagi orang lain.
Dalam kehidupan ini dapat kita lihat sebenarnya
ada beberapa macam prilaku manusia pada saat seseorang meninggal dunia.
Yang pertama, begitu banyak orang yang merasa bersedih dan merasa kehilangan
atas dirinya. Yang kedua, hanya keluarganya saja yang merasa sedih dan berduka
ketika ditinggalkannya. Yang ketiga, tak seorangpun merasa kehilangan akan
dirinya. Artinya, orang ini baik ketika hidup maupun mati tidak memberikan
pengaruh apa-apa kepada orang lain. Tak seorangpun yang merasa ia pernah ada.
Dan yang terakhir adalah seseorang yang ketika ia meninggal dunia semua orang
merasa senang, bersuka cita dan lega atas kepergiannya. Orang seperti ini tidak
saja tidak bermanfaat namun justru selalu membuat keonaran, kejengkelan bahkan
kebencian. Keberadaannya sungguh tidak diharapkan.
Sebaliknya, untuk menjadi orang yang selalu diharapkan
kehadirannya, tentu saja harus memiliki prilaku yang baik. Dan prilaku
tersebut sebenarnya akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang menjalankan
agamanya berdasarkan ilmu yang benar. Kemudian ditambah dengan kemauan yang
kuat dan kemampuan yang terus diusahakan dan ditingkatkan maka akan lahir
akhlak yang mulia dan terpuji. Satu hal yang harus dicatat, agama Islam tidak
hanya semata-mata menekankan tercapainya tujuan yang baik, namun niat dan caranyapun
harus baik dan benar. Sebagai contoh : seseorang yang memberikan hartanya
kepada orang miskin. Tujuannya sudah baik, namun bila harta yang diberikan
tersebut tidak halal atau ia memberikan harta tersebut karena ingin dipuji
orang lain, maka Allah SWT tidak akan memberikan balasan atau pahala baginya.
Jadi tindakan dan perbuatan apapun dalam Islam harus
berdasarkan kecintaan dan ketaatan kepada-Nya semata. Shalat, zakat dan infak,
puasa, patuh dan taat kepada Rasul, hormat dan taat kedua orang-tua, kepada
suami, kepada para pemimpin bahkan belajar, menuntut ilmu, bekerja dan berusaha
serta saling mencinta diantara suami-istri, saling menyayangi diantara sesama
manusia dan bahkan peduli terhadap alam semesta beserta seluruh isinya, bila
itu semua dikarenakan oleh-Nya maka Allah SWT akan menghitungnya sebagai
ibadah dan baginya pahala yang tak terkira. Oleh sebab itu, apapun
tindakannya harus berlandaskan perintahNya. Hukum yang berlakupun adalah
hukumNya. Ini adalah bagian dari sistim yang diciptakan-Nya.
Maka dengan demikian alam semesta akan terus berputar
dengan segala keteraturan dan kesempurnaannya mengikuti sistim yang telah
berjalan sejak milyaran tahun yang lalu hingga waktu yang telah ditentukan-Nya.
Akhir kata, semoga ilmu pengetahuan yang kita peroleh
tidak menjadikan kita malah menjadi sombong serta congkak dan semoga kita tidak
termasuk hambanya yang menyesal kelak di kemudian hari, amin.
“Dan (ingatlah)
hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata:
“Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab
(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an ketika
Al Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau
menolong manusia”.(QS.Al-Furqon(25):27-29).
Wallahu’alam bishshawab.