Sudah sejak zaman
dahulu manusia berusaha mencari tahu asal-usul dan dimana pertama kali
nenek-moyang mereka hidup. Berbagai mitologi berkembang di hampir semua tempat
dan negara. Para arkeolog berbeda pendapat tentang tempat dimana manusia
pertama kali hidup. Sebagian berpendapat bahwa manusia mula-mula hidup di
daerah sekitar Afrika sebelah Timur (sekarang Etiopia) kurang lebih 130
ribu tahun yang lalu. Sedangkan yang lain berkeyakinan bahwa manusia pertama
hidup disekitar Timur-tengah (sekarang Palestina) kurang lebih 90 ribu tahun
yang lalu.
“Dan
ini (Al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan
orang-orang yang di luar lingkungannya……….” (QS.Al-Anam(6):92).
Dengan demikian mungkin dapat disimpulkan bahwa
kemungkinan besar Mekah memang tempat awal kehidupan manusia.
Kemudian ketika jumlah manusia semakin banyak
merekapun mulai meninggalkan tempat asal mereka dan bermigrasi ke berbagai
tempat dan arah. Wilayah-wilayah yang dituju pada mulanya adalah :
1. Timur Laut, yaitu Irak. Kemudian
sebagian melanjutkan perjalanan hingga mencapai Asia dan Amerika.
2. Utara, yaitu Syam (Palestina dan
sekitarnya). Kemudian beberapa kelompok diantara mereka melanjutkan
pengembaraan hingga ke Laut Tengah.
3. Selatan, yaitu Yaman kemudian sebagian
meneruskan perjalanan hingga ke Afrika dan
India.
Itu sebabnya pada saat ini ditemukan situs-situs
peradaban kuno di sekitar daerah Irak dan Syam yakni
peradaban-peradaban lama seperti Sumeria, Assyria dan Babylonia di Mesopotamia.
Meski demikian karena peradaban-peradaban tersebut diperkirakan baru ada lebih
kurang 2000-3000 tahun yang lalu padahal para pakar telah sepakat bahwa manusia
pertama telah ada sekitar seratus ribuan tahun yang lalu maka tidak tertutup
kemungkinan akan ditemukannya peradaban yang jauh lebih awal dan lebih
lama dari apa yang saat ini telah ditemukan.
1.
Mitologi asal-usul manusia.
Hampir semua suku-suku di dunia ini memiliki mitos
masing-masing mengenai asal muasal nenek moyang mereka. Diantaranya adalah Suku
Keraki di Papua Nugini. Mereka percaya bahwa manusia pertama keluar dari
sejenis suatu pohon Palma. Dikisahkan ketika itu dewa Gainji mendengar
suara-suara dalam berbagai bahasa keluar dari batang pohon tersebut. Maka dewa
Gainjipun membebaskan mereka. Sejak itulah kelompok-kelompok orang yang
berbeda-beda bahasa itu berpencar hingga menjadi seperti keadaan sekarang ini.
Sedangkan bagi suku Sumu di Amerika Tengah, kehidupan
menurut kepercayaan mereka dimulai ketika dua dewa bersaudara menciptakan
dunia yang indah ini. Kemudian saat mereka berperahu sambil mengagumi
hasil ciptaan mereka, tiba-tiba perahu terbalik lalu merekapun menyelamatkan
diri ke hutan. Disana mereka menemukan beberapa tongkol jagung yang kemudian
dilemparkan ke tanah untuk menciptakan hewan darat dan lainnya dilemparkan ke
air serta udara untuk menciptakan ikan dan burung. Kagum karena keberagaman
kehidupan yang baru diciptakannya, kedua dewa bersaudara terjatuh kedalam
perapian hingga terbakar. Percikan salah satu dewa itu kemudian menjadi bintang
sementara yang satunya lagi menjadi matahari yang nantinya akan menurunkan
seluruh suku Sumu.
Lain pula kisah dari salah satu suku Indian di
California Selatan. Mereka sangat yakin bahwa manusia adalah keturunan dari
hewan, yaitu coyote (anjing liar Amerika). Hewan yang dianggap sebagai leluhur
mereka ini memiliki kebiasaan aneh menguburkan sanaknya yang mati. Kebiasaan
tersebut lambat laun mengakibatkan perubahan pada diri mereka. Karena terbiasa
duduk tegak ketika sedang melakukan penguburan maka lama-kelamaan ekor
merekapun menghilang. Beberapa generasi setelah itu, coyote mulai berevolusi
dengan mulai berdiri, kaki depan mereka berubah menjadi tangan manusia dan
moncongnya secara bertahap memendek sehingga menjadi wajah
manusia.
Namun
yang paling menarik adalah sebuah tulisan roman filsafat yang sangat terkenal
berjudul “Hayy ibn Yaqzhan”, karya Ibnu Thufail, seorang dokter
dan penasehat pribadi seorang khalifah di Granada, Spanyol pada abad 12 M
yang memiliki minat yang tinggi terhadap filsafat. Tulisan ini menceritakan
tentang asal-usul lahirnya manusia ke dunia yang dilanjutkan dengan
perjalanan mencari dan mengenal Sang Pencipta serta mengenal hakikat arti
kehidupan. Tetapi karena tulisan tersebut tidak terdokumentasi dengan baik
akhirnya beredar dua versi awal penciptaan. Meskipun demikian, kelanjutan dari
kisah itu tidak ada perbedaan sama sekali. Versi pertama adalah gagasan
yang menolak kelahiran sedangkan yang kedua adalah gagasan yang menerima kelahiran.
Dikisahkan adanya Hayy, sang tokoh utama. Menurut
versi pertama, Hayy adalah bayi yang dilahirkan sepasang suami-istri yang
tinggal di suatu daerah jauh dari bumi tempat tinggal kita sekarang ini. Namun
karena perkawinan tersebut tidak direstui ayah sang mempelai wanita, maka
ketika bayi terlahir terpaksa dibuang kelaut. Bayi tersebut dimasukkan kedalam
sebuah peti yang tertutup rapat dengan diberi sedikit lubang pernafasan agar ia
tidak kehabisan oksigen. Singkat cerita, akhirnya peti terdampar di sebuah
pulau di bumi kita sekarang ini. Kemudian dengan bantuan seekor rusa yang
nantinya akan menjadi ibu angkatnya, bayi berusaha mendorong tutup peti agar
terbuka. Dan ketika akhirnya ia berhasil keluar dari peti tersebut, maka
disebutkan itulah awal adanya manusia di muka bumi ini.
Sedangkan menurut versi kedua; di pulau tersebut
terdapat lempung yang sudah berfermentasi selama bertahun-tahun. Panas dan
dingin serta lembab dan kering bercampur menjadi satu secara proporsional dan
seimbang sehingga memiliki potensi untuk membentuk gamet/sel telur untuk
pembuahan. Inilah bahan dasar manusia. Bagian tengah lempung tersebut kemudian
mengeluarkan saripatinya dan terjadilah gelembung-gelembung mendidih akibat
fusi yang maha dasyat. Selanjutnya terjadilah proses fisika dan kimia
yang rumit, yang mencerminkan suatu proses pembentukan demi pembentukan
sebagaimana pengetahuan kita sekarang mengenai perkembangan janin dalam rahim
ibunya yang kemudian disempurnakan dengan peniupan ruh oleh Sang Maha Pencipta.
Setelah itu maka lahir seorang anak manusia pertama di bumi ini, yaitu Hayy,
sang tokoh utama. Kemudian karena tangisannya menarik perhatian seekor rusa,
maka bayi tersebut dipelihara dan dibesarkannya dengan penuh
kasih-sayang.
2.
Teori Darwin dan Temuan DNA.
Berbeda dengan mitos yang pada umumnya tidak memiliki
dasar yang kuat, Charles Darwin, pada tahun 1859M melalui berbagai
pengamatan melahirkan teorinya yang terkenal “The Origin Of Species”,
yang menyatakan bahwa manusia yang ada sekarang ini, ia menyebutnya manusia
modern ( Homo sapiens sapiens) adalah merupakan hasil proses
evolusi yang sangat panjang dan lambat dari suatu mahluk hidup tertentu,
yaitu mahluk sejenis chimpanzee, gorilla alias kera (Homo Habilis).
Pada prinsipnya, teori ini menyangkal adanya proses penciptaan. Semua yang ada
di alam semesta ini ada karena kebetulan, karena proses seleksi alam. Teori ini
bertahan hampir satu abad lamanya setelah akhirnya dipatahkan pada tahun
1950an dengan ditemukannya molekul DNA dalam sel tubuh manusia.
Melalui
ilmu genetika, terbukti susunan molekul DNA tertentu (Diexyribose Nucleatida
Acid) membentuk suatu struktur yang juga tertentu. Struktur tertentu
inilah yang disebut gen, yang berkemampuan menentukan dan menurunkan
sifat dan struktur tubuh manusia. Gen ini tersimpan rapi di dalam inti sel.
Berdasarkan penelitian jumlah rata-rata gen yang ada dalam setiap tubuh manusia
mencapai 200 ribuan gen, sementara jumlah rata-rata sel yang terdapat dalam
tubuh manusia adalah 100triliun!
DNA
hanya ada 4 jenis, yaitu Adenine(A), Thymine(T), Cyitosine(C)
dan G(Guanine) yang mana A hanya mungkin berpasangan dengan T dan C
dengan G (‘tangan’ siapakah yang mengatur hal ini?). Jadi
berdasarkan perhitungan matematis jumlah kemungkinan terbentuknya variasi
susunan DNA yang bakal terbentuk amatlah sangat banyak. Ironisnya, bila
kemungkinan itu muncul secara acak dan sembarang maka takkan terbayangkan
alangkah sangat kacau dan buruknya bentuk dan sifat manusia. Jumlah
kemungkinan lahirnya generasi manusia cacat akan sangat fantastis. Padahal
kenyataan membuktikan sebaliknya. Dapat dilihat secara kasat mata, secara umum
susunan tubuh manusia adalah sangat sempurna dan harmonis.
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS.At-Tiin
(95):4).
Maka
dapat dipastikan tersusunnya DNA tertentu tersebut bukan sesuatu
yang kebetulan terjadi sebagaimana anggapan para Neo-Darwinisme, melainkan ada
‘tangan’ atau ‘kekuasaan’ yang secara sengaja menyusunnya,
menciptakannya. Dengan satu kata, manusia adalah hasil ciptaan bukan hasil
evolusi dari hewan atau mahluk apapun. Baik itu evolusi panjang maupun evolusi
singkat atau pendek. Mustahil dengan sebab apapun gen monyet, gorilla ataupun
zimpanze ber-evolusi menjadi gen manusia, demikian pula sebaliknya.
Mutasi yaitu perubahan struktur kimia gen memang dapat
terjadi namun perubahan tersebut tidak sampai mengakibatkan perubahan total
yang mapan dan berkesinambungan. Lagi pula pada peristiwa mutasi terparah pada
umumnya akan mengakibatkan abnormalitas bahkan kematian sebagaimana yang
terjadi pada peristiwa Chernobyl (Rusia) dan Hiroshima maupun Nagasaki di
Jepang.
Disamping
itu, bila memang manusia berevolusi, manusia saat ini yang mereka beri nama
sebagai ’homo sapiens’ yang diperkirakan ada sekitar seratus
ribuan tahun yang lalu tersebut ternyata adalah mahluk yang sama dengan yang
dimaksud manusia yang ada saat ini. Lalu mengapa hingga hari ini mereka tidak
mengalami perubahan atau berevolusi setelah sekian lamanya ?
”Hai
manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam
bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu”.(QS.Al-Infithar
(82):7-8).
Lagipula
bila toh demikian, tidak ada satupun temuan ilmiah yang dapat membuktikan bahwa
DNA adalah merupakan ruh kehidupan. Namun demikian, para penganut
Neo-Darwinisme ini berkeras tidak mau mengakui kenyataan ini. Mereka tetap
terus berusaha mempertahankan teori ‘tidak ada penciptaan mutlak’; semua
adalah kebetulan, terjadi secara acak.
Demi
tujuan itu pula maka pada tahun 1904, seorang peneliti evolusianis di Kongo,
menangkap seorang anggota suku Pigmi, sebuah suku di Afrika Tengah. Orang
tersebut bernama Ota Benga, bertinggi badan hanya 127 cm. Ia memiliki istri dan
2 orang anak. Dengan dirantai dan dikurung, Ota Benga dibawa ke Amerika.
Disana, bersama beberapa spesies kera, para ilmuwan evolusianis memamerkannya
pada Pekan Raya Dunia di St. Louis. Ia diperkenalkan sebagai ’mata rantai
transisi keterdekatan dengan manusia’ alias manusia peralihan monyet.
Dua tahun kemudian Ota dimasukkan ke kebun binatang Bronx, New York. Disana ia
dipamerkan dalam kelompok ’nenek moyang manusia’ bersama beberapa
simpanse, gorilla dan orang utan! Tidak tahan diperlakukan demikian, Ota Benga
yang memang asli manusia akhirnya bunuh diri.
Bila diperhatikan lebih mendalam, mengapa para
Evolusianis begitu keras mempertahankan pendapat mereka, sebenarnya dapat
ditemukan jawabnya. Saat-saat ketika Darwin melontarkan pendapatnya yang
kontroversial tersebut, sesungguhnya ketika itu tengah terjadi perselisihan
tajam antara gereja dan masyarakat ilmiah. Para ilmuwan yang berani
mempublikasikan temuan ilmiah yang dianggap bertentangan dengan mitos gereja
akan segera dihukum, dibakar bahkan dibunuh.
Ini yang terjadi pada diri Copernicus pada sekitar
tahun 1543, Giordano Bruno pada tahun 1600an maupun Galileo pada tahun
1642. Hal ini sebaliknya malah membuat para ilmuwan dan juga masyarakat yang
muak dengan perlakuan gereja semakin berusaha keluar dari kekangan pendapat dan
mitos gereja yang pada dasarnya mengagungkan kebesaran Tuhan dan proses
penciptaan.
“Sesungguhnya
telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka
barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfa`atnya) bagi dirinya
sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka
kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali
bukanlah pemelihara (mu)”.(QS.Al-An’am(6):104).
3.
Penciptaan Adam as dan ikhwal sumpah Iblis.
Para
ilmuwan terus berdebat dan berusaha mencari tahu awal penciptaan manusia.
Berbagai percobaan telah dan terus dilakukan. Namun tanpa keimanan
yang tinggi sangat sulit membuktikan hal tersebut. Padahal bila
kita mau membuka, membaca dan meyakini bahwa Al-Quran itu adalah benar-benar
Kalamullah, perkataan Illahi sebagai Sang Maha Pencipta, maka kita dapat
mengetahui bahwa Al-Quran sesungguhnya telah menerangkan hal penciptaan awal
manusia. Dari sana kita akan mengetahui siapa sebenarnya nenek moyang kita.
Al-Quran juga menceritakan ihwal mengapa ia turun ke bumi, apa saja tugasnya
dan bagaimana ia harus mempertanggung-jawabkan prilakunya selama ia hidup di
dunia ini. Sebenarnya agama-agama samawi seperti Nasrani dan Yahudipun meyakini
bahwa Adam adalah orang pertama yang diciptakan oleh-Nya.
“…………Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang
manusia), maka jadilah dia”. (QS.Ali Imraan(3):59).
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud”. (QS.Al-Hijr(15):28-29).
Kemudian karena kasih-sayang-Nya, Allah SWT
berkenan menciptakan pasangan bagi seluruh mahluk-Nya sebagai teman dan
kawan agar mereka senang dan tenang. Masing-masing dari jenisnya sendiri.
Demikian pula dengan Adam, dari dirinya Allah SWT menjadikan Siti Hawa sebagai
pasangan hidupnya yang akan memberinya keturunan yang banyak dan sebagai jalan
berkembang biaknya umat suatu bangsa. Jadi Adam as dan Siti Hawalah nenek-moyang
dari seluruh manusia yang ada di bumi ini.
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak…….”(QS.An-Nisa(4):1).
Pada mulanya Adam dan Siti Hawa tinggal dan
hidup di alam surga.
“Dan
Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini,
dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu
sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim”. (QS.Al-Baqarah(2):35).
Di surga tersebut telah ada mahluk lain ciptaan Allah
yaitu para malaikat dan Iblis. Dalam tafsirnya Ibnu Katsir menyatakan bahwa
Iblis mulanya bertempat tinggal di bumi. Ia adalah termasuk bangsa jin yang
sangat takwa sebagaimana takwanya para malaikat. Dan atas izin Allah SWT
kemudian Iblis ini tinggal di surga bersama para malaikat. Hingga suatu
ketika Allah SWT memerintahkan para malaikat termasuk Iblis agar sujud kepada
Adam.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada
malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka sujud kecuali
iblis. Ia membangkang”.(QS.Thaahaa(20):116).
“Allah
berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari
tanah”.”(QS.Al-A’raaf(7):12).
”Allah
berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah,
sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah
saya sampai waktu mereka dibangkitkan“. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu
termasuk mereka yang diberi tangguh.”. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka
dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka
dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).Allah berfirman:
“Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya
barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku
akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”.(QS.Al-A’raaf(7):13-18).
Itulah awal kebencian dan kedengkian Iblis terhadap
bangsa manusia. Kesombongan telah memperdaya ketakwaan Iblis sebagai salah satu
mahluk Allah. Iblis juga mengetahui bahwa Allah SWT bermaksud menjadikan Adam
dan keturunannya sebagai khalifah bumi.
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. ……..”.(QS.Al-Baqarah(2):30).
Oleh sebab itu maka Iblis mencari akal agar Adam mau
berbuat suatu kesalahan agar murka Allah menimpanya sebagaimana murka yang
telah diterimanya. Ia membujuk dengan mengatakan kerajaan bumi dan surga
sangatlah berbeda, di bumi manusia tidak akan kekal sebagaimana di surga.
“Maka syaitan
membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata:
“Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam
surga)”.(QS.Al-Araaf(7):20).
“Lalu keduanya
digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan“.(QS.Al-Baqarah(2):36).
Maka
sejak itu keduanyapun turun dari surga. Mereka menempati bumi hingga ajal
mereka. Di bumi itu pula Adam dan Siti Hawa berketurunan hingga membentuk
manusia yang banyak hingga saat ini. Dan sesuai dengan janji-Nya,
Dialah yang Maha Pemberi Ampun bila manusia mau bertaubat. Begitupun Adam dan
Siti Hawa, Allah SWT berkenan mengampuni kesalahan mereka.
“Keduanya
berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.(QS.Al-Araaf (7):23).
”Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima
taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang”.(QS.Al-Baqarah(2):37)
Sebaliknya dengan Iblis, karena ia tidak mau menyesali
perbuatannya dan enggan bertaubat maka Allah SWT mengutuknya. Dan Diapun
memperingatkan keturunan Adam agar selalu waspada terhadap godaan Iblis dan
keturunannya, syaitan dari bangsa jin terkutuk.
“Hai
anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana
ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari
keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya
ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan
itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”.(QS.Al-Araaf(7):27).
“Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
`auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat “.(QS.Al-Araaf (7):26)
Dengan
demikian sekarang dapat kita ketahui bahwa Adam as dan Siti Hawa adalah
nenek moyang kita. Sedangkan mengenai berapa lama Adam as hidup di dunia,
terdapat beberapa perbedaan pendapat. Namun Ibnu Katsir dalam bukunya “Qishash
al-Anbiya” menuturkan bahwa usia Adam antara 950 hingga 1000 tahun.