BAB I HAK MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI

 

Manusia dibekali akal untuk berpikir. Dengan akalnya ini manusia akan berhasil membuka tabir dan rahasia kehidupannya bila hak ini ia pergunakan semaksimal mungkin. Dengan mengambil dan memanfaatkan haknya ini pulalah seseorang akan mengerti mengapa ia harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan dengan demikian iapun akan mengerti dan memahami tugasnya sebagai seorang khalifah bumi.

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir ”. (QS.Al-Hasyr(59):21).

Rupanya telah menjadi takdir bahwa manusialah yang memegang tugas tertinggi dan termulia di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah bumi. Namun jangan lupa tugas seorang khalifah adalah tugas yang amat berat, terbukti bahwa mahluk lain yang sebelumnya juga telah ditawari jabatan tersebut menolaknya.

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.(QS Al-Ahzab (33):72).

Amanat yang dimaksud dalam ayat diatas adalah amanat untuk bertakwa kepada Allah SWT, yaitu amanat atau tugas untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan sebagai imbalannya bila manusia melaksanakan perintah dengan baik maka bagi mereka kedudukan yang mulia baik di dunia maupun akhirat kelak yaitu surga sebaliknya bila manusia lalai maka tempat kembali mereka adalah neraka jahanam dan di duniapun hidup mereka tidaklah nyaman.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”. (QS. Ath-Thalaq(65):(2-3).

Dan sebagai konsekwensi atas diterimanya amanat tersebut maka seluruh manusia, yaitu anak-cucu Adam dan seluruh keturunannya, mulai dari zaman awal penciptaan hingga akhir zaman nanti tanpa kecuali, wajib melaksanakan amanat tersebut. Dan karena amanat ini selain berat juga sulit, maka Allah SWT mengatakan bahwa manusia sesungguhnya bodoh karena mau menerima amanat tersebut.

Untuk mengetahui apakah amanat tersebut, apa saja perintah dan larangan yang dimaksudkan akan menuju ketakwaan kepada-Nya itu maka sebaiknya kita terlebih dahulu memahami hak dan kewajiban kita sebagai manusia. Sebenarnya memang agak sulit untuk memisah dan memilah antara hak, kewajiban dan tugas tersebut. Namun demi mempermudah gambaran suatu tugas dan amanat yang amat berat ini, penulis berupaya untuk mengelompokkan tugas, hak dan kewajiban manusia sebagai berikut, semoga Allah SWT meridhoi upaya ini.

Hak adalah segala sesuatu yang bila dikerjakan akan memberi keuntungan bagi si pelaku namun bila tidak ia lakukan maka dirinya sendirilah yang akan merugi, namun walaupun begitu tidak ada paksaan dan sanksi baginya. Sebaliknya kewajiban, adalah segala sesuatu yang harus ia laksanakan yang bila tidak dilakukan ia akan menerima sanksi atau hukuman dari si pemberi kewajiban. Sebagai akibat dari terpenuhinya hak dan kewajiban, seseorang diharapkan mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yaitu tugas kekhalifahan. Disini penulis membagi hak, kewajiban dan tugas sebagai berikut :

Hak dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

–     Hak mengenal diri.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui ayat-ayat yang tersebar dialam semesta ( ayat Kauniyah).

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui Al-Quran ( ayat Kauliyah) dan As-Sunnah.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui Asma dan Sifat-SifatNya.

–     Hak mengenal Sang Maha Pencipta melalui pribadi Rasulullah, Muhammad SAW.

Kewajiban terbagi atas 2 kelompok:

–     Meyakini Rukun Iman dan

–     Menjalankan Rukun Islam.

Dan tugas manusia dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

–     Menjaga hubungan dengan Sang Khalik.

–     Menjaga hubungan antar sesama manusia.

–     Menjaga kelestarian alam.

Pengelompokkan diatas tentu saja tidak baku. Ini hanyalah  salah satu cara untuk memotivasi kita dalam  melaksanakan ketakwaan. Agar kita menyadari bahwa sesungguhnya segala perintah dan larangan Allah swt itu adalah demi kepentingan diri kita sendiri juga. Allah Azza wa Jalla tidak sedikitpun memiliki kebutuhan ataupun ketergantungan atas apa yang dikerjakan manusia. Allah hanya berjanji bahwa  bila hak, kewajiban dan tugas manusia dapat dipenuhi dengan baik maka ridho’ Allah akan selalu menyertai kita.

Dan dengan adanya ridho ini maka para malaikat kemudian  seluruh penduduk langit dan bumi  dan apa yang ada di alam semesta ini akan ridho’ pula kepada kita. Maka dengan demikian terbukalah semua pintu-pintu kemudahan di dunia. Itulah balasan Allah di muka bumi sedangkan balasan di akhirat nanti adalah jannah, surga yang dipenuhi taman-taman, yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Tentram kita di dalamnya.

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : ” Jika Allah mencintai hamba-Nya, Allah akan memanggil Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai seseorang maka cintailah orang tersebut. Maka Jibrilpun mencintainya. Lalu Jibril memanggil penduduk langit. Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan maka seluruh penduduk langit mencintai si Fulan. Kemudian baginya dihamparkan penerimaan di  bumi”. ( HR Bukhari  dan Muslim).

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama