Manusia dibekali akal untuk berpikir. Dengan akalnya
ini manusia akan berhasil membuka tabir dan rahasia kehidupannya bila hak ini ia
pergunakan semaksimal mungkin. Dengan mengambil dan memanfaatkan haknya ini
pulalah seseorang akan mengerti mengapa ia harus melaksanakan
kewajiban-kewajibannya dan dengan demikian iapun akan mengerti dan memahami
tugasnya sebagai seorang khalifah bumi.
“Kalau
sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada
Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir ”. (QS.Al-Hasyr(59):21).
Rupanya telah menjadi takdir bahwa manusialah yang
memegang tugas tertinggi dan termulia di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah
bumi. Namun jangan lupa tugas seorang khalifah adalah tugas yang amat berat,
terbukti bahwa mahluk lain yang sebelumnya juga telah ditawari jabatan tersebut
menolaknya.
“Sesungguhnya Kami
telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.(QS Al-Ahzab (33):72).
Amanat yang dimaksud dalam ayat diatas adalah amanat
untuk bertakwa kepada Allah SWT, yaitu amanat atau tugas untuk menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan sebagai imbalannya
bila manusia melaksanakan perintah dengan baik maka bagi mereka kedudukan yang
mulia baik di dunia maupun akhirat kelak yaitu surga sebaliknya bila manusia
lalai maka tempat kembali mereka adalah neraka jahanam dan di duniapun hidup mereka
tidaklah nyaman.
“Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya”. (QS.
Ath-Thalaq(65):(2-3).
Dan sebagai konsekwensi atas diterimanya amanat
tersebut maka seluruh manusia, yaitu anak-cucu Adam dan seluruh keturunannya,
mulai dari zaman awal penciptaan hingga akhir zaman nanti tanpa kecuali, wajib
melaksanakan amanat tersebut. Dan karena amanat ini selain berat juga sulit,
maka Allah SWT mengatakan bahwa manusia sesungguhnya bodoh karena mau menerima
amanat tersebut.
Untuk mengetahui apakah amanat tersebut, apa saja
perintah dan larangan yang dimaksudkan akan menuju ketakwaan kepada-Nya itu
maka sebaiknya kita terlebih dahulu memahami hak dan kewajiban kita sebagai
manusia. Sebenarnya memang agak sulit untuk memisah dan memilah antara hak,
kewajiban dan tugas tersebut. Namun demi mempermudah gambaran suatu tugas dan
amanat yang amat berat ini, penulis berupaya untuk mengelompokkan tugas, hak
dan kewajiban manusia sebagai berikut, semoga Allah SWT meridhoi upaya ini.
Hak adalah segala sesuatu yang bila dikerjakan akan
memberi keuntungan bagi si pelaku namun bila tidak ia lakukan maka dirinya
sendirilah yang akan merugi, namun walaupun begitu tidak ada paksaan dan sanksi
baginya. Sebaliknya kewajiban, adalah segala sesuatu yang harus ia laksanakan
yang bila tidak dilakukan ia akan menerima sanksi atau hukuman dari si pemberi
kewajiban. Sebagai akibat dari terpenuhinya hak dan kewajiban, seseorang
diharapkan mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, yaitu tugas
kekhalifahan. Disini penulis membagi hak, kewajiban dan tugas sebagai berikut :
Hak dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:
– Hak mengenal diri.
– Hak mengenal Sang Maha Pencipta
melalui ayat-ayat yang tersebar dialam semesta ( ayat Kauniyah).
– Hak mengenal Sang Maha Pencipta
melalui Al-Quran ( ayat Kauliyah) dan As-Sunnah.
– Hak mengenal Sang Maha Pencipta
melalui Asma dan Sifat-SifatNya.
– Hak mengenal Sang Maha Pencipta
melalui pribadi Rasulullah, Muhammad SAW.
Kewajiban terbagi atas 2 kelompok:
– Meyakini Rukun Iman dan
– Menjalankan Rukun Islam.
Dan tugas manusia dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
– Menjaga hubungan dengan Sang
Khalik.
– Menjaga hubungan antar sesama
manusia.
– Menjaga kelestarian alam.
Pengelompokkan diatas tentu saja tidak baku. Ini
hanyalah salah satu cara untuk memotivasi kita dalam melaksanakan
ketakwaan. Agar kita menyadari bahwa sesungguhnya segala perintah dan larangan
Allah swt itu adalah demi kepentingan diri kita sendiri juga. Allah Azza wa
Jalla tidak sedikitpun memiliki kebutuhan ataupun ketergantungan atas apa yang
dikerjakan manusia. Allah hanya berjanji bahwa bila hak, kewajiban dan
tugas manusia dapat dipenuhi dengan baik maka ridho’ Allah akan selalu
menyertai kita.
Dan dengan adanya ridho ini maka para malaikat
kemudian seluruh penduduk langit dan bumi dan apa yang ada di alam
semesta ini akan ridho’ pula kepada kita. Maka dengan demikian terbukalah semua
pintu-pintu kemudahan di dunia. Itulah balasan Allah di muka bumi sedangkan
balasan di akhirat nanti adalah jannah, surga yang dipenuhi taman-taman, yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai. Tentram kita di dalamnya.
Dari
Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : ” Jika Allah
mencintai hamba-Nya, Allah akan memanggil Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai
seseorang maka cintailah orang tersebut. Maka Jibrilpun mencintainya. Lalu
Jibril memanggil penduduk langit. Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan maka
seluruh penduduk langit mencintai si Fulan. Kemudian baginya dihamparkan
penerimaan di bumi”. ( HR Bukhari dan Muslim).