Jawab
Rasulullah: “Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk
masuk surga!“
“ Tidak
bergeser kaki seorang hamba pada hari Kiamat sampai ia ditanya tentang empat
hal … tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan”.
(HR. Tirmidzi no.2417, di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no.
3592)
“ Sesungguhnya
harta dan anakmu adalah ujian”. (Terjemah QS. At-Taghabun(64):15).
“Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”. (Terjemah QS. Al- Isro (17):36).
Abdurrahman segera melaksanakan nasehat tersebut. Ia
sedekahkan separuh hartanya. Pernah juga ia bagikan 700 ekor unta miliknya
kepada penduduk Madinah. Pada perang Tabuk ketika Rasulullah
memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka, dengan
segera Abdurrahman memenuhi seruan tersebut. Ia memeloporinya dengan
menyerahkan dua ratus uqiyah emas.
Hingga
Umar bin Al-Khathabpun tak tahan untuk berbisik kepada Rasulullah,”Sepertinya
Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk
keluarganya.”
Lalu
Rasulullahpun bertanya kepada Abdurrahman, “Apakah kau meninggalkan uang
belanja untuk istrimu?”
“Ya,”
jawabnya. “Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang
kusumbangkan.”
“Berapa?” tanya Rasulullah lagi.
“Sebanyak rezeki, kebaikan, dan
pahala yang dijanjikan Allah.”
Namun demikian kekayaan Abdurrahman bin Auf tidak pernah
habis, jatuh miskin apalagi bangkrut. Sebaliknya hartanya malah makin
menggunung.
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Terjemah QS. Ibrahim
(14): 7).
Selanjutnya pada perang tersebut, Allah swt
memuliakannya dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika
waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman menjadi imam.
Tak lama Rasulullahpun tiba, lalu shalat di belakangnya sebagai makmum!
Sebagai seorang Muslim sejati, Abdurrahman juga tidak
pernah lupa akan kewajibannya untuk berjihad, berperang melawan musuh-musuh
Islam. Ia bergabung bersama para pasukan Muslim dalam berbagai perang, seperti
perang Badar dan perang lainnya. Dalam perang-perang tersebut ia mengalami
puluhan luka dan 2 giginya pernah tanggal. Dalam perang Uhud ia tercatat
sebagai yang tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin
banyak yang meninggalkan medan perang.
Paska wafatnya Rasulullah, Abdurrahman selalu
menjadi satu diantara sahabat yang dipilih umat untuk memimpin umat Islam
menggantikan Rasulullah. Pada saat pemilihan khalifah ketiga paska wafatnya
khalifah Abu Bakar dan khalifah Umar bin Khattab, ia kembali terpilih sebagai
calon khalifah bersama Ustman Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Namun kemudian ia mengundurkan diri dan memilih
menjadi juri bagi ke dua calon lawannya. Dengan perhitungan dan pemikiran yang
cermat akhirnya ia memilih Ustman bin Affan sebagai khalifah ke
tiga. Selanjutnya Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan
keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab
memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia
itu bila mereka bepergian.
Suatu ketika Abdurrahman membeli sebidang tanah dan
membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika
jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, “Siapa yang menghadiahkan
tanah itu buatku?”
“Abdurrahman bin Auf,” jawab si
petugas.
Aisyah
berkata, “Rasulullah pernah bersabda, Tidak ada orang yang kasihan kepada
kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.“
Abdurrahman bin Auf wafat pada tahun 31 H atau 652 M,
saat usianya menginjak 72 tahun. Tercatat pada akhir hayatnya tersebut bahwa ia
meninggalkan harta sebesar 2.560.000 dinar (setara Rp 3.072 triliun). Ia
meninggalkan wasiat bahwa hartanya dibagi menjadi 3 bagian: 1/3 dibagikan untuk
modal usaha sahabatnya; 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya dan 1/3 lagi untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Abdurrahman berwasiat agar setiap Muslim yang
ikut perang Badar dan masih hidup diberi 400 dinar dari hartanya.
“ Diwajibkan
atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib
kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa”.
( Terjemah QS. Al-Baqarah (2):180).
Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan
karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah swt kepadanya. Ketika meninggal
dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa’ad bin Abi
Waqqash dan yang lain.
Dalam kata sambutannya, khalifah Ali bin Abi Thalib
berkata, “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil
menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.”
Salam sejahtera bagi Abdurrahman bin Auf, sang calon
penghuni surga. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi
orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju.
Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya.
Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan. Hingga Allah Azza wa Jala ridho menjaga jiwanya dengan iman
dan takwa … Masya Allah …
“ Dan
orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi
atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang
itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga `Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):
“Salamun `alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”.
( Terjemah QS. Ar-Raad (13):22).