Abdurrahman bin Auf, Sang “Sahabat Bertangan Emas” (1).

 

Abdurrahman bin Auf adalah seorang pengusaha kaya raya dari kalangan sahabat yang  sukses menjalankan usahanya. Ia tercatat sebagai sahabat yang terkaya di antara seluruh sahabat. Kekayaan tersebut didapat berkat anugerah Allah swt berkat kemahirannya berdagang yang sangat luar biasa. Namun demikian ia tidak lupa diri. Ia dikenal sebagai pribadi yang takwa dan dermawan. Tak salah bila Rasulullah memasukkannya sebagai satu diantara 10 sahabat yang dijamin Rasulullah SAW masuk surga.

Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun setelah tahun Gajah dengan nama Abdul Ka’bah atau Abd Amr dalam riwayat lain. Ia memeluk Islam pada usia 30 dan tercatat sebagai orang ke lima yang masuk  Islam atas ajakan Abu Bakar, teman dekatnya. Rasulullahlah yang memberinya nama Abdurrahman begitu ia memeluk Islam.

Seperti juga sahabat lain yang memeluk Islam pada awal ke-Islaman, Abdurrahman juga mengalami penyiksaan dari orang-orang musyrik Mekah. Ia termasuk di antara mereka yang berhijrah ke Habasyah (sekarang dikenal dengan nama Ethiopia) dua kali (yaitu hijrah pertama dan kedua). Pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah, Abdurrahman membawa seluruh kekayaan hasil perdagangannya. Namun dalam perjalanan kekayaannya tersebut dirampas oleh pemuka-pemuka Quraisy.

Sementara itu untuk memperkokoh rasa persaudaraan antara kaum Muhajirin ( pendatang dari Mekkah) dengan kaum Anshar ( penduduk Madinah) Rasulullah mempersaudarakan sejumlah sahabat Muhajirin dengan sahabat Anshar, termasuk Abdurrahman bin Auf. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Sa’ad Ibn Rabiah, seorang Anshar kaya raya.

Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah separuh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia …”, ucap Sa’ad sebagai tanda kasih sayangnya terhadap saudara barunya itu.

Akan tetapi Abdurrahman yang belum menikah itu dengan halus menolak tawaran tersebut. Ia tidak ingin merepotkannya. Sebaliknya ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini. Semoga Allah memberkahimu atas keluarga dan hartamu”.

Lalu kaum Ansharpun menunjukkannya pasar Bani Qainuqa. Abdurrahman memulainya dengan berjualan minyak samin dan keju di tempat tersebut. Berkat ketekunan dan kemahirannya berdagang, dan tentu atas izin Allah swt,  Abdurrahman selalu kembali ke rumah dengan membawa keuntungan yang tidak sedikit. Tak lama menjalani usahanya, Abdurrahman mendatangi Rasulullah seraya berkata, “ Yaa Rasulullah saya ingin menikah”.

Apa mahar yang akan kau berikan pada calon istrimu?” tanya Rasulullah.

Emas seberat biji kurma,” jawabnya.

Rasulullahpun bersabda, “Laksanakanlah walimah walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu.”

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya hingga ia mendapat julukan “Sahabat Bertangan Emas”.

Abdurrahman bin Auf sering memborong dagangan dari kota Syam untuk dibawa ke Madinah.  Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya.

Hingga suatu hari dalam sebuah majlis ilmu, ia mendengar Rasulullah menerangkan tentang perbedaan waktu hisab antara orang kaya dan orang miskin. “Kelak dihari kiamat, orang kaya akan lebih lama menjalani perhitungan amal dibandingkan orang miskin. Dan aku ada berada di barisan orang-orang miskin.”

Abdurrahman terhenyak. Sejak itu ia menjadi resah dan selalu merenung. Ia sering menangis setiap teringat apa yang dikatakan Rasulullah. “Aku tidak mau berlama-lama di Yaumul Hisab hanya karena kekayaan yang aku punya.’

 Ya Allah, aku mohon miskinkanlah diriku dan masukkanlah aku ke dalam barisan orang-orang miskin bersama Rasulullah di hari akhir nanti”.

” Yaa Allah jadikan aku ini miskin. Aku ingin seperti Mus’ab bin Umair atau Hamzah yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. Mus’ab bin Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka. Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka”, rintihnya.

Abdurrahman bin Auf mencoba berbagai cara untuk dapat memiskinkan dirinya. Namun Rasulullah  mengatakan bahwa sahabatnya tersebut akan masuk surga dengan cara merangkak.

Kenapa ia masuk dengan merangkak tidak seperti sahabat lain yang berjalan sangat cepat ketika memasuki surga?”, tanya para sahabat keheranan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sebab ia memiliki harta yang melimpah ruah. Ia harus mempertanggung-jawabkan titipan tersebut”.

 Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. ( Terjemah QS. At Takatsur (102): 8).

Betapa galaunya hati Abrurrahman. Suatu hari usai perang Tabuk, ia mendengar kabar bahwa kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahmanpun segera menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga setara kurma yang bagus. Betapa senangnya sang sahabat  mendapati semua kurmanya masih bisa menghasilkan uang meskipun busuk. Sementara Abdurrahman bin Auf juga gembira telah berhasil memiskinkan dirinya.

Tapi apa yang terjadi?? Tiba-tiba datang utusan dari Yaman membawa berita bahwa raja Yaman sedang mencari kurma busuk. Karena di negaranya sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang bisa menyembuhkannya hanya kurma busuk. Utusan Raja Yaman segera datang menemui Abdul Rahman dan memborong semua kurma busuknya dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahu Akbar … Disaat Abdurrahman merelakan semua hartanya agar ia jatuh miskin, disaat itu pula Allah memberikan keberlimpahan harta berkali-kali lipat untuknya. Di saat orang lain berusaha keras menjadi kaya, di saat itu pula Abdurrahman berusaha keras menjadi miskin, namun selalu gagal.

Allah takdirkan Abdurrahman menjadi orang kaya selama hidupnya. Itu adalah ketetapan Allah yang harus ia terima dan jalani. Untuk itu maka ia memohon nasehat Rasulullah, bagaimana agar ia dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki, tidak merangkak.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama