Abdurrahman bin Auf adalah seorang
pengusaha kaya raya dari kalangan sahabat yang sukses menjalankan
usahanya. Ia tercatat sebagai sahabat yang terkaya di antara seluruh sahabat.
Kekayaan tersebut didapat berkat anugerah Allah swt berkat kemahirannya
berdagang yang sangat luar biasa. Namun demikian ia tidak lupa diri. Ia dikenal
sebagai pribadi yang takwa dan dermawan. Tak salah bila Rasulullah memasukkannya
sebagai satu diantara 10 sahabat yang dijamin Rasulullah SAW masuk surga.
Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun setelah tahun Gajah
dengan nama Abdul Ka’bah atau Abd Amr dalam riwayat lain. Ia memeluk Islam pada
usia 30 dan tercatat sebagai orang ke lima yang masuk Islam atas ajakan
Abu Bakar, teman dekatnya. Rasulullahlah yang memberinya nama Abdurrahman
begitu ia memeluk Islam.
Seperti juga sahabat lain yang memeluk Islam pada awal
ke-Islaman, Abdurrahman juga mengalami penyiksaan dari orang-orang musyrik Mekah.
Ia termasuk di antara mereka yang berhijrah ke Habasyah (sekarang dikenal
dengan nama Ethiopia) dua kali (yaitu hijrah pertama dan kedua). Pada saat
hijrah dari Makkah ke Madinah, Abdurrahman membawa seluruh kekayaan hasil
perdagangannya. Namun dalam perjalanan kekayaannya tersebut dirampas oleh
pemuka-pemuka Quraisy.
Sementara itu untuk memperkokoh rasa persaudaraan
antara kaum Muhajirin ( pendatang dari Mekkah) dengan kaum Anshar ( penduduk
Madinah) Rasulullah mempersaudarakan sejumlah sahabat Muhajirin dengan sahabat
Anshar, termasuk Abdurrahman bin Auf. Rasulullah mempersaudarakannya dengan
Sa’ad Ibn Rabiah, seorang Anshar kaya raya.
“Sesungguhnya
aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah
separuh hartaku itu menjadi dua. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah
mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah
habis, maka kawinilah ia …”, ucap Sa’ad sebagai tanda kasih sayangnya
terhadap saudara barunya itu.
Akan
tetapi Abdurrahman yang belum menikah itu dengan halus menolak tawaran
tersebut. Ia tidak ingin merepotkannya. Sebaliknya ia hanya berkata, “Tunjukkanlah
padaku di mana letak pasar di kota ini. Semoga Allah memberkahimu atas keluarga
dan hartamu”.
Lalu
kaum Ansharpun menunjukkannya pasar Bani Qainuqa. Abdurrahman memulainya dengan
berjualan minyak samin dan keju di tempat tersebut. Berkat ketekunan dan
kemahirannya berdagang, dan tentu atas izin Allah swt, Abdurrahman selalu
kembali ke rumah dengan membawa keuntungan yang tidak sedikit. Tak lama
menjalani usahanya, Abdurrahman mendatangi Rasulullah seraya berkata, “ Yaa
Rasulullah saya ingin menikah”.
“Apa mahar yang akan kau berikan pada
calon istrimu?” tanya Rasulullah.
“Emas seberat biji kurma,”
jawabnya.
Rasulullahpun
bersabda, “Laksanakanlah walimah walau hanya dengan menyembelih seekor
kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu.”
Sejak
itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan
sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah
yang diberikan Allah kepadanya hingga ia mendapat julukan “Sahabat Bertangan
Emas”.
Abdurrahman bin Auf sering memborong dagangan dari
kota Syam untuk dibawa ke Madinah. Aisyah radhiyallahu ‘anha
menceritakan, Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer
dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya.
Hingga
suatu hari dalam sebuah majlis ilmu, ia mendengar Rasulullah menerangkan
tentang perbedaan waktu hisab antara orang kaya dan orang miskin. “Kelak
dihari kiamat, orang kaya akan lebih lama menjalani perhitungan amal
dibandingkan orang miskin. Dan aku ada berada di barisan orang-orang miskin.”
Abdurrahman
terhenyak. Sejak itu ia menjadi resah dan selalu merenung. Ia sering menangis
setiap teringat apa yang dikatakan Rasulullah. “Aku tidak mau berlama-lama
di Yaumul Hisab hanya karena kekayaan yang aku punya.’
“ Ya Allah, aku mohon
miskinkanlah diriku dan masukkanlah aku ke dalam barisan orang-orang miskin
bersama Rasulullah di hari akhir nanti”.
” Yaa
Allah jadikan aku ini miskin. Aku ingin seperti Mus’ab bin Umair atau Hamzah
yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. Mus’ab bin
Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka.
Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka”,
rintihnya.
Abdurrahman bin Auf mencoba berbagai cara untuk dapat
memiskinkan dirinya. Namun Rasulullah mengatakan bahwa sahabatnya
tersebut akan masuk surga dengan cara merangkak.
“Kenapa
ia masuk dengan merangkak tidak seperti sahabat lain yang berjalan sangat cepat
ketika memasuki surga?”, tanya para sahabat keheranan.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Sebab ia memiliki harta yang
melimpah ruah. Ia harus mempertanggung-jawabkan titipan tersebut”.
“ Kemudian kamu pasti akan
ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu)”. ( Terjemah QS. At Takatsur (102): 8).
Betapa galaunya hati Abrurrahman. Suatu hari usai
perang Tabuk, ia mendengar kabar bahwa kurma di Madinah yang ditinggalkan
sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Abdurrahmanpun segera menjual semua
hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi dengan harga
setara kurma yang bagus. Betapa senangnya sang sahabat mendapati semua kurmanya
masih bisa menghasilkan uang meskipun busuk. Sementara Abdurrahman bin Auf juga
gembira telah berhasil memiskinkan dirinya.
Tapi apa yang terjadi?? Tiba-tiba datang utusan dari
Yaman membawa berita bahwa raja Yaman sedang mencari kurma busuk. Karena di negaranya
sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang bisa menyembuhkannya
hanya kurma busuk. Utusan Raja Yaman segera datang menemui Abdul Rahman dan
memborong semua kurma busuknya dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma
biasa.
Allahu Akbar … Disaat Abdurrahman merelakan semua
hartanya agar ia jatuh miskin, disaat itu pula Allah memberikan keberlimpahan
harta berkali-kali lipat untuknya. Di saat orang lain berusaha keras menjadi
kaya, di saat itu pula Abdurrahman berusaha keras menjadi miskin, namun selalu
gagal.
Allah
takdirkan Abdurrahman menjadi orang kaya selama hidupnya. Itu adalah ketetapan
Allah yang harus ia terima dan jalani. Untuk itu maka ia memohon nasehat
Rasulullah, bagaimana agar ia dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki, tidak
merangkak.