Tutur katanya runut, tegas dan keras, gaya diplomasinya juga menarik
Rasulullah untuk mengangkat lelaki ini menjadi jurubicara Rasulullah dalam
menghadapi musuh Islam. Dialah Tsabit bin Qais.
Tsabit termasuk di antara orang-orang yang masuk Islam angkatan pertama di
Yatsrib. Ketika Rasulullah tiba di Madinah sebagai Muhajir, Tsabit menyambut
beliau bersama sekelompok orang dari para petinggi kaumnya dengan hangat.
Tsabit mengucapkan khutbah di depan Rasulullah.
Sejak hari itu Rasulullah menjadikan Tsabit bin Qais sebagai jurubicara
beliau sebagaimana Hassan bin Tsabit adalah penyair beliau. Tsabit adalah
seorang laki-laki mukmin dengan iman yang dalam, bertakwa dengan ketakwaan yang
bersih, sangat takut kepada Rabbnya, sangat berhati-hati dari segala perkara
yang membuat Allah marah.
Suatu hari, Nabi menyampaikan firman Allah,
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ
وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ
اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah
kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara
sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala)
amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. A]-Hujurat:2)
Sejak turunnya ayat itu, Tsabit bin Qais menjauh dari majelis-majelis
Rasulullah sekalipun dia sangat menyintainya dan sangat berkeinginan untuk
mendatanginya, Tsabit diam di rumahnya dan tidak pernah meninggalkannya kecuali
hanya untuk shalat berjamaah. Rasulullah pun mencari-cari Tsabit, beliau
bertanya, “Siapa yang hadir membawa beritanya kepadaku?” Maka seorang laki-laki
Anshar berkata, “Aku ya Rasulullah.”
Laki-laki Anshar ini pergi ke rumahnya, dia melihat Tsabit dalam keadaan
berduka dan bersedih, kepalanya tertunduk, laki-laki Anshar ini bertanya,
“Mengapa dengan dirimu wahai Abu Muhammad?” Tsabit menjawab, “Buruk.” Dia
bertanya, “Apa itu?”
Tsabit menjelaskan, “Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa aku bersuara
tinggi, tidak jarang suaraku mengalahkan tingginya suara Rasulullah, sementara
ayat al-Qur’an telah turun seperti yang telah kamu ketahui, aku tidak menyangka
sama sekali bahwa amalku telah batal dan aku akan menjadi penghuni neraka.”
Baca
Juga:
21
Kumpulan Bacaan Doa Haji & Umrah
40
Doa Haji dan Umrah
Laki-laki Anshar ini pun pamit dan menyampaikan jawaban Tsabit kepada
Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, “Pergilah kepadanya dan katakan, ‘Kamu
bukan penghuni neraka sebaliknya kamu adalah penduduk surga’.”
Rasulullah juga pernah menguji kemampuan Tsabit saat menghadapi serombongan
orang dari Bani Tamim yang menghadap Rasul untuk maksud ingin menunjukkan
kebolehan juru bicara mereka.
Dalam pertemuan itu, mereka memerintahkan Utharid bin Hajib sebagai utusan
Bani Tamim menjadi juru bicara untuk mengemukakan sesuatu di hadapan Rasulullah
dan beberapa sahabat.
Setelah mereka selesai mengemukakan apa yang menjadi maksudnya, Rasulullah
memerintahkan Tsabit bin Qais untuk berdiri dan menyampaikan sesuatu pula.
Dengan tenang dan hikmat Tsabit berdiri menghadap ke arah mereka.
Tsabit menyampaikan kalimatnya dengan penuh makna, tentang keberadaan
Rasulullah sebagai utusan umat. Kalimat-kalimatnya membuat utusan Bani Tamim
kian merasa hormat kepada Rasulullah.
Selain menjadi juru bicara Rasulullah dan Islam, Tsabit juga menunjukkan
kebolehannya di medan tempur. Berbagai peperangan ia ikuti dengan penuh gigih
perkasa.
Tsabit terlibat dalam Perang Uhud bersama Rasulullah SAW dan
peperangan-peperangan penting sesudah itu. Dalam peperangan menumpas
orang-orang murtad, ia selalu berada di barisan terdepan, membawa bendera
Anshar.
Di Perang Yamamah, pada saat terjadi serangan mendadak oleh pasukan
Musailamah Al-Kazzab (nabi palsu) atas tentara Kaum Muslimin, maka berserulah
ia dengan suara yang keras memberi peringatan bala tentara Muslim, “Demi Allah,
bukan begini caranya kami berperang bersama Rasulullah SAW!”
Darah Tsabit mendidih melihat pertahanan pasukan Islam yang kian melemah.
Setelah mengatakan hal itu, ia pergi tak berapa jauh dari lokasi. Tak lama
kemudian, ia membalut tubuhnya dengan kain kafan.
Ia lalu berteriak lagi, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu
dari apa yang dibawa mereka—maksudnya ajaran nabi palsu. Dan aku memohon ampun
kepada-Mu dari apa yang diperbuat mereka, yakni kaum Muslimin yang kendor
semangat perangnya!”
Teriakan Tsabit tersebut berhasil membangkitkan semangat perang tentara
Kaum Muslimin yang mulai kendor. Mereka pada akhirnya terus merangsek maju,
menerjang barisan pasukan Musailamah dan memporak-porandakannya.
Tsabit bin Qais berhasil mencapai kedudukan puncak sebagai juru bicara
Rasulullah dan pahlawan perang. Jiwanya selalu ingin kembali menghadap Allah.
Dan di barisan depan untuk membela Islam ajaran Rasulullah.