Harun al-Rasyid adalah Khalifah Abbasiyah yang sangat memuliakan Ulama.
Selain Ulama, Khalifah Harun juga sangat memuliakan Ilmu serta menjujung tinggi
agama dan keadilan.
Sikap memuliakan Ulama telah dilakukan raja yang diangkat Khalifah tanggal
16 Rabiul Awal 170 H itu dan membuat ia amat dicintai oleh Ulama. Bahkan,
banyak Ulama yang menangis tersedu saat Khalifah Harun ai-Rasyid meninggal
dunia.
Dalam beberapa risalahnya, Al-Qadhi Iyadh, memiliki kesan yang teramat
mendalam tentang figur Harun al-Rasyid. Beliau mengatakan, “Tidak kuketahui
seorang raja pun yang bersafar menempuh perjalanan belajar kecuali al-Rasyid.
Ia berjalan bersama dua orang anaknya al-Amin dan al-Makmun, untuk mendengar
kajian al-Muwaththa yang disampaikan oleh Imam malik rahimahullah.”
Bahkan seorang ulama tabi’ tabi’in,Abdullah bin al-Mubarak sangat bersedih
pada saat akhir hayat sang khalifah. Ia duduk penuh duka tentang apa yang
terjadi pada Harun al Rasyid.Abdullah bin al-Mubarak adalah Seorang Ulama yang
shaleh dan wara’ dan beliau bersedih dan menangis ketika Harun al-Rasyid hendak
wafat.
Sangat Mencintai Sunah Rasulullah SAW
Selain memuliakan ilmu dan Ulama, Khalifah yang diangkat sejak umur 25
tahun itu juga sangat mencintai sunah-sunah Rasulullah SAW.
Abu Muawiyah ad-Dharir mengatakan, “Tidaklah aku menyebut Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di hadapan al-Rasyid kecuali beliau mengucapkan, ‘Shalawat
untuk junjunganku’. Kemudian aku riwayatkan sebuah hadits kepadanya.
(Rasulullah bersabda) ‘Sungguh aku ingin berperang di jalan Allah, kemudian
terbunuh. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh lagi’. Kemudian mendengar
hadits itu Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu.”
Hadist yang dibacakanAbu Muawiyah ad-Dharir dihadapan Khalifah Harun al
Rasyid adalah hadist yang artinya “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
aku berandai, berperang di jalan Allah. Kemudian terbunuh. Kemudian hidup
kembali. Kemudian terbunuh lagi. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh
kembali.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tamanni, 6713).
Hadits tersebut menggambarkan tentang pahala jihad dan tentang keberanian
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berperang melawan
musuh-musuh Allah.
Baca
Juga:
Miqdad
bin Amr; Lihai Berperang di Atas Kuda
Khalid bin Said; Memilih Islam daripada Harta
Hadist itu menjelaskan bahwa wafat di medan perang bukanlah kematian yang
ringan. Kematian yang memakan waktu, karena harus berhadapan dengan sesuatu
yang menakutkan, melihat darah terkucur, dan rasa sakit yang tidak sesaat.
Namun beliau berani melakukannya dan berharap pahala besar dari amalan jihad.
Mendengar hadits tentang semangatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam memperjuangkan Islam dan keinginan mendapatkan pahalanya membuat
Harun al-Rasyid menangis tersedu-sedu. Lantas bagaimana dengan kita?.