Kedatangannya ke Mekah adalah untuk beribadah haji, namun siapa
sangka, Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi Pemimpin Kabilah Daus ternyata berada
diantara perseteruan antara Kaum Kafir Quraish dan Rasulullah. Alih-alih
mengikuti ajakan para pemimpin kaum Kafir Quraish, Ath-Thufail bin Amru
ad-Dausi justru menjadi pintu hidayah bagi sukunya, Daus.
Saat akan bertawaf mengelilingi Ka’bah untuk meminta berkat dari
berhala-berhala sekitar Ka’bah, para petinggi Quraih yang sangat memusuhi
Rasulullah menghampiri Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi dan mengatakan perihal
Nabi Muhammad SAW dengan kejelekan yang mereka karang. Hal itu dilakukan mereka
setiap hari hingga kebencianpun muncul dalam hati Ath-Thufail bin Amru
ad-Dausi.
“Wahai Thufail, sesungguhnya kamu telah datang ke negeri kami,
dan laki-laki yang menyatakan dirinya sebagai nabi itu telah merusak urusan
kami dan memecah-belah persatuan kami serta mencerai-beraikan persaudaraan
kami. Kami hanya khawatir apa yang menimpa kami ini akan menimpamu sehingga
mengancam kepemimpinanmu atas kaummu. Oleh karena itu, jangan berbicara dengan
laki-laki itu, jangan mendengar apa pun darinya, karena dia mempunyai kata-kata
seperti sihir, memisahkan seorang anak dari bapaknya, seorang saudara dari
saudaranya, seorang istri dari suaminya.” Demikian diantara kalimat yang
dikeluarkan para petinggi Kafir Quraish itu.
Lantaran takut terhadap apa yang diceritakan mereka, Ath-Thufail
bin Amru ad-Dausi pun menyumpal telinganya dengan kapas saat hendak
melaksanakan tawaf. Namun, Allah Maha Berkehendak, Dialah Tuhan yang memiliki
Kuasa bagi siapa yang dikendakiNya untuk mendapatkan hidayah, maka dibukalah
telinga Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi saat dirinya melihat Rasulullah sedang
melaksanakan solat di samping Ka’bah.
Berkatalah Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi, “Allah pun membuka
hatiku, sebagian apa yang diucapkan Muhammad terdengar olehku, aku mendengar
ucapan yang sangat indah. Aku berkata kepada diriku, “Celaka kamu wahai
Thufail, sesungguhnya kamu adalah laki-laki penyair yang cerdas, kamu
mengetahui yang baik dan yang buruk, apa yang menghalangimu untuk mendengar ucapan
laki-laki ini? Jika apa yang dia bawa itu baik, maka kamu harus menerimanya,
jika buruk maka kamu harus membuangnya.”
Baca Juga:
Ummu
Habibah; Dipinang Rasulullah karena Menjaga Islam
Amir
bin Fuhayra; Penghapus Jejak Rasulullah SAW
Setelah itu, Sahabat Rasulullah yang gemar memberikan makan dan
perlindungan bagi banyak orang itu pun mulai mengikuti dan mendengarkan apa
saja yang diampaikan Nabi mengenai Islam. Hingga hatinya pun terketuk untuk
memeluk Islam dan bersyahadat bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa dan Muhammad
adalah utusanNya.
Kemudian Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi pun tinggal beberapa
waktu untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam dan menghafal Alquran langsung dari
sumbernya. Lalu, beliaupun berniat untuk kembali ke kabilahnya Daus.
Saat hendak pulang, Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi berkata kepada
Rasulullah, “Rasulullah, sesungguhnya aku ini adalah laki-laki yang ditaati di
kalangan kaumku, aku akan pulang untuk mengajak mereka kepada Islam. Berdoalah
kepada Allah agar Dia memberiku sebuah bukti untuk mendukungku dakwahku kepada
mereka.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah
berikanlah dia sebuah bukti.”
Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi akhirnya pulang, dan saat tiba di
sebuah tempat yang dekat dengan perkampungannya, tiba-tiba secercah cahaya
muncul di keningnya seperti lampu. Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi berkata, “Ya
Allah, pindahkanlah ia ke tempat lain, karena aku khawatir mereka akan mengira
bahwa ini merupakan hukuman yang menimpa wajahku karena aku meninggalkan agama
mereka.”
Maka cahaya itu berpindah ke ujung semetinya, orang-orang
melihat cahaya tersebut di ujung cemeti tersebut seperti lampu yang tergantung.
Maka mulailah Ath-Thufail bin Amru ad-Dausi berdakwah di kaumnya, namun tidak
ada yang mau mengikutinya melainkan ayah, istri dan satu orang dari kaumnya,
Abu Hurairah, sebab kekufuran dan kejahilian kaum Daus saat itu masih sangat
kuat.
Bersama dengan Abu Hurairah, berangkatlah Ath-Thufail bin Amru
ad-Dausi menemui Rasulullah untuk mendapatkan nasehat dan doa agar dakwahnya
kepada kaumnya itu berhasil.
Sesampainya di Mekah san bertemu dengan Baginda Rasulullah, maka
bersabdalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Hati kaummu
masih tertutupi sekat tebal dan kekufuran yang keras. Orang-orang Daus telah
dikuasai oleh kefasikan dan kemaksiatan.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri mengambil
air, beliau wudhu kemudian mengerjakan shalat, beliau mengangkat kedua tangan
beliau ke langit. Sampai-sampai Abu Hurairah berkata, “Manakala aku melihat
beliau melakukan itu, aku takut beliau berdoa buruk atas kaumku, akibatnya
mereka akan binasa. Maka aku berkata, ‘Celaka kaumku.”
Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya
Allah, berikanlah petunjuk kepada Daus. Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada
Daus. Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada Daus.”
Kemudian beliau menoleh kepada ath-Thufail dan berkata,
“Pulanglah kepada mereka, serulah mereka kepada Islam dengan lemah lembut.”
Maka pulanglah kedua sahabat itu ke kampung mereka dan memulai
dakwah mereka kepada kaumnya. Benar saja, seluruh Kabilah Daus
berbondong-bondong memeluk Islam dan bertekad untuk memperjuangkan Islam
sebagai agama mereka.
Tidak hanya itu, para laki-laki dari kaum Daus bertekad untuk
selalu bersama Radullah dalam setiap perang, terlebih ath-Thufail, hingga ia
pun menemui Syahidnya dan menghadap Rabbnya.