إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ
أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم
مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an)
saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar
itu? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS.
Al-Qadr: 1-5)
Surah Al-Qadr adalah salah satu surah makkiyah menurut
kebanyakan ahli tafsir.
Allah SWT memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an
pada malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang
diberkahi.” (QS. Ad-Dukhaan: 3). Dan malam itu berada di bulan Ramadhan,
sebagaimana firman Allah Ta ‘ala: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan Al-Qur’an.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Menurut Quraish Shihab,
kata Qadar (قﺩﺭ) sesuai dengan
penggunaannya dalam ayat-ayat Al Qur’an dapat memiliki tiga arti yakni:
- Penetapan
dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan
Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan
dapat dijumpai pada surat Ad Dukhan
ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu
malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan semua urusan yang penah hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi
Kami
- Kemuliaan.
Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena
terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk
pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An’am
(6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak
memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata
bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat
- Sempit.
Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti
yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr.
Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra’d
ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit
(bagi yang dikehendaki-Nya)
4. Malam
itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan keutamaannya di sisi
Allah Ta ‘ala.
5. Malam
ketetapan,
karena pada saat itu ditentukan ajal, rezki, dan lainnya selama satu tahun,
sebagaimana firman Allah: “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh
hikmah.” (Ad-Dukhaan: 4). Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan
Lailatul Qadar yang Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur’anul Karim: “Dan
tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?” Selanjutnya Allah menjelaskan nilai
keutamaan Lailatul Qadar dengan firman-Nya: “Lailatul Qadar itu lebih baik dari
pada seribu bulan.”
Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhu- berkata:
“Allah menurunkan Al-Qur’anul Karim keseluruhannya secara
sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (langit pertama) pada malam
Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 23
tahun.”
Beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, tilawah,
dzikir, doa dsb sama dengan beribadah selama seribu bulan di waktu-waktu lain.
Seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan. Lalu Allah memberitahukan
keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang melimpah dengan banyaknya malaikat
yang turun di malam itu, termasuk Jibril. Mereka turun dengan membawa semua
perkara, kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah.
Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan
keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya: “Malam itu (penuh)
kesejahteraan hingga terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 5)
Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan
kebaikan seluruhnya, tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit
fajar. Di malam itu, para malaikat -termasuk malaikat Jibril mengucapkan salam
kepada orang-orang beriman. Dalam satu hadits shahih, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyebutkan keutamaan melakukan qiyamul lail di malam
tersebut. Beliau bersabda: “Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat
Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih)
Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).
Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua
puluh satu, dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua
puluh sembilan.
Adapun qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam
tersebut dengan shalat tarawih, shalat tahajjud, membaca Al-Qur’anul Karim,
dzikir, doa, istighfar dan taubat kepada Allah Ta ‘ala. Beberapa pelajaran dari
surat Al-Qadr:
1. Keutamaan Al-Qur’anul Karim serta ketinggian nilainya,
dan bahwa ia diturunkan pada Lailatul Qadar (malam kemuliaan).
2. Keutamaan dan keagungan Lailatul Qadar, dan bahwa ia
menyamai seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
3. Anjuran untuk mengisi kesempatan-kesempatan baik
seperti malam yang mulia ini dengan berbagai amal shalih.
Siapapun dari kita , apapun profesi dan pangkat kita baik
miskin maupun kaya, sebagai umatnya Nabi Muhammad saw kita punya kesempatan
yang sama untuk menggapai Lailatul Qadar, Jika Allah telah memilih kita untuk
berjumpa dengan Lailatul qadr maka sungguh suatu peristiwa yang sangat luar
biasa dan keberuntungan bagi kita.
Kenapa Allah merahasiakan Lailatul Qadr?
Hal ini semata mata agar kita memiliki semangat ibadah
dan memperbanyak membaca Alquran, Sholat Tahajut, Dzikir serta ibadah ibadah
lainnya. Dengan memperbanyak ibadah kepada Allah akan semakin dekatlah kita
dengan Allah dan akan menambah kecintaan kita dengan Allah, bagaimana kita akan
dipilh Allah untuk menjumpai Lailatul qadr kalau tidak ada kesungguhan dalam
diri kita untuk memperbanyak ibadah dan terlalu disibukkan oleh segala urusan
dunia.
Keutamaan-keutamaan Laitul Qadr
Keutamaan-keutamaan Laitul Qadr berdasarkan surat al-Qadr
adalah sebagai berikut:
- Bahwasanya
Al Qur’an diturunkan Allah pada malam tersebut , agar manusia dapat
mengambil petunjuk untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
- Dalam
ayat yang kedua Surat Al qadar Alloh memberikan sebuah pertanyaan yang
artinya “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?” hal
ini Menunjukkan kebesaran dan keagungan malam tersebut.
- Pada
malam itu lebih baik daripada seribu bulan dalam hal kemuliaan dan keutamaannya
dalam beribadah kepada Allah
- Pada
malam itu para malaikat turun, dengan membawa kebaikan, keberkahan dan
rahmat bagi penduduk bumi
- Pada
Malam itu penuh dengan keselamatan karena banyak orang yang diselamatkan
oleh Allah dari siksa dan adzab disebabkan mereka melakukan berbagai macam
ketaatan kepada Allah di malam itu hingga pagi/fajar.
Tentang waktu Lailatul qadr para ulama sepakat bahwa
Lailatul Qadr tidak terjadi pada malam tertentu secara khusus dalam setiap
tahunnya, namun berubah-ubah dan berpindah-pindah. Mungkin pada suatu tahun
terjadi pada malam dua puluh tujuh dan pada tahun yang lain terjadi pada malam
dua puluh lima, dan demikian seterusnya sesuai dengan kehendak Allah swt dan
hikmah-Nya. hal Ini ditunjukkan dalam sebuah Hadist Nabi saw yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhori yang berbunyi, “Carilah
Lailatul Qadar pada sembilan terakhir, atau tujuh terakhir, atau lima terakhir.”
(HR. al-Bukhari).
Dan kebanyakan dari umat Nabi Muhammad saw intensitas
ibadah menjelang akhir Ramdhan makin menurun dan makin disibukkan dengan
keperluan persiapan menjelang lebaran/Idul Fitri , Ibadah sudah tidak fokus dan
khusu’ yang ada dalam benaknya bagaimana nanti mudik, membeli baju baru untuk
keluarga, mempersiapkan makan dan lain lain . Karena kesuksesan ibadah
Ramadhan kita adalah nanti ketika kita memasuki bulan syawal, jika Ramadhan
kita gemar membaca Al Qur’an maka memasuki bulan syawal kita akan semakin rajin
membaca Al Qur’an , Jika di bulan Ramadhan kita gemar bersodaqoh maka di bulan
syawalpun kita akan semakin rajin bersadaqoh dan Alloh akan memberikan Predikat
kepada kita “Laallakum Tattakun ” sebagai hamba Allah yang bertaqwa itulah
tujuan dari pada ibadah kita di bulan Ramadhan mencetak kita sebagai Hamba
hamba Alloh yang bertaqwa.
Bagaimana kiat-kiat kita untuk menggapai Lailatul Qadr?
- Menjaga
Puasa kita dari hal hal yang dapat merusak ibadah puasa seperti menjaga
lisan kita dari dusta, ghibah , namimah dan hasud, dan menjaga
seluruh anggota tubuh kita dari hal yang diharamkan Allah,
- Memperbanyak
membaca alquran sebagai sarana komunikasi kita dengan Allah,
- Menghidupkan
sholat malam baik Sholat Taraweh maupun Tahajut sebagai sarana kita
mendekatkan diri kepada Allah,
- Perbanyak
Dzikir dan berdoa kepada Alloh dengan sungguh-sungguh,
- Melakukan
I’tikaf sekuat tenaga ini yang dilakukan Rasululloh saw menjelang 10 malam
terakhir di bulan Ramadhan.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, apabila aku
mengetahui waktu malam Al Qadr, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat itu?”
Beliau menjawab, “Katakanlah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa,
fa’fu’anni (Yaa Allah sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan, suka memberi
pengampunan, maka ampunilah diriku ini).” (HR. Tirmidzi nomor 3513, Ibnu
Majah nomor 3850 dan dishahihkan oleh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu
Majah nomor 3105)
Doa yang penuh berkah ini memiliki kandungan makna yang
agung, indikasi yang mendalam, manfaat dan pengaruh yang besar serta sangat
selaras dengan malam yang mulia ini. (Bagaimana tidak?) Bukankah pada malam
tersebut akan di rinci segala urusan yang penuh hikmah, yaitu segala amalan
para hamba ditentukan untuk setahun yang akan datang hingga malam Al Qadr
berikutnya. Maka barang siapa yang diberi rezeki pada malam itu berupa
perlindungan dan pengampunan dari Rabb-nya pada
malam tersebut, maka sungguh dirinya telah beruntung dan mendapatkan laba yang
teramat besar. Barang siapa yang diberikan perlindungan di dunia dan akhirat,
sungguh dirinya telah memperoleh seluruh kebaikan, karena tidak ada yang setara
dengan perlindungan dari Allah.
Beberapa tanda
lailatul qadar
Menurut Hadist ada beberapa tanda-tanda malam Lailatul
Qadar akan datang. Beberapa tanda tersebut bisa diketahui sebagai berikut:
1. Bulan Berada di Posisi Separuh Lingkaran
Abu Hurairoh radliyallahu'anhu pernah bertutur: Kami
pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu'alaihi wa
sallam, beliau berkata :
"Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan
muncul, yang berukuran separuh nampan." (HR. Muslim)
2. Udara dan Suasana Menjedi tenang dan Hening Seketika
Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah
shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang,
tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya
terbit dengan sinar lemah berwarna merah" (Hadist hasan)
3. Suasana Malam ketika Itu terasa sejuk dan nyaman
"Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak
panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan
tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)" (HR. at-Thobroni dalam al-Mu'jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
4. Keesokan Harinya Matahari tidak bersinar Kuat
Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya
Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
"Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit
hingga tinggi tanpa sinar bak nampan" (HR Muslim)
Beberapa tanda tanda orang yang mendapat lailatul qadar
Tanda tanda berikut ini hanya merupakan pendapat karena
penulis belum menemukan landasan dari alqur’an maupun hadisnya:
Pertama, dia
senantiasa ingin berusaha menjadi yang terbaik di mata Allah maupun kepada
manusia. Selalu mengerjakan yang terbaik di mata Allah,"
Kedua, orang yang
mendapatkan Lailatul Qadar, dalam beribadah selalu merasa kurang. Padahal
ibadah wajib, seperti salat dan puasa serta ibadah sunah seperti tahajud
dan tarawihnya tidak pernah absen.
Ketiga, bila sehari-harinya
dia bertemu dengan siapa pun baik atasan atau bawahan, dia senantiasa menjadi
orang yang biasa-biasa saja.
Kemudian orang yang mendapat berkah Lailatul Qadar ini
lebih
bercahaya wajahnya dan enak dipandang. Namun
tanda ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang dekat kepada Allah.
"Bercahayanya bukan seperti sering facial ya, jangan
diartikan seperti itu. dalam arti wajahnya mencerminkan hati yang sejuk, jika dia
bicara menyejukkan hati orang-orang yang mendengarnya,"
Dan orang yang mendapat lailatul qodar akan mengalami peristiwa
spiritual, sensasi spiritual yang tidak bisa
diceritakan dengan kata-kata. Pengalaman spiritual sifatnya pribadi dan
pastinya akan sangat membekas di hatinya sehingga bertambah kuatlah keimanannya bertambah baik perilakunya karena orang yang beriman pastilah juga beramal
shaleh. Artinya adalah ibadah-ibadah yang dilakukannya akan tercermin dari
perilakunya sehari-hari seperti senang sedekah, mampu mengendalikan diri, dan lebih toleran pada seluruh manusia apapun
agama, suku dan golongan.
Amalan-amalan yang dianjurkan untuk menyambut lailatul qadar:
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam
Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadan, hal ini berdasarkan
hadits dari Aisyah yang mengatakan : " Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa
sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda,
yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari
terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Syeikh Hani Hilmi menyebutkan beberapa amalan yang
dilakukan pada sepuluh malam terakhir dari Ramadhan, diantaranya :
1.Tidak tidur di malam-malam yang sepuluh itu
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
menghidupkan malam-malam yang sepuluh ini dengan melakukan shalat tahajjud.
2.Membantu keluarga untuk beramal shaleh
Didalam hadits Abu Dzar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallammelaksanakan shalat malam bersama mereka (kaum muslimin) pada malam 23
dan 25. Disebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak keluarga
dan istri-istrinya pada malam 27 secara khusus. Hal ini menunjukkan kesungguhan
beliau membangunkan mereka di hari-hari ganjil yang diharapkan terjadi
didalamnya Lailatul Qodr
Sofyan Tsauriy mengatakan,”Aku menginginkan jika telah
masuk sepuluh hari terakhir melaksanakan shalat malam dan bertahajjud didalam
serta membangunkan keluarga dan anaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka
sanggup melaksanakannya.”
3.Memperbanyak doa di malam-malam itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ummul
Mukminin Aisyah untuk berdoa di malam-malam itu. Aisyah berkata; “Wahai
Rasulullah, apa pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam lailatul Qodar,
apa yang harus aku ucapkan?”, beliau menjawab: “Ucapkanlah; ALLAHUMMA INNAKA
‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ANNA” (ya Allah, sesungguhnya Engkau maha
pema’af mencintai kema’afan, maka ma’afkanlah daku).” (HR. Ibnu Majah, yang
dishahihkan oleh Al Albani)
Sofyan Tsauriy berkata,”Berdoa di malam itu lebih aku
sukai daripada melaksanakan shalat. Dan jika dia membaca maka dia berdoa dan
berharap kepada Allah didalam doanya yang barangkali Dia swt menyetujui
permintaannya. Memperbanyak doa lebih utama daripada melaksanakan shalat yang
tidak diperbanyak doa didalamnya namun jika dia membaca lalu berdoa maka itu
baik.”
4.Mensucikan yang lahir dan batin
Para salafusshaleh dahulu menganjurkan untuk mandi di
setiap malam dari malam-malam yang sepuluh akhir Ramadhan. diantara mereka ada
yang mandi dan menggunakan wangi-wangian di malam-malam yang diharapkan
terjadinya Lailatul Qodr didalamnya. Tidak sepatutnya bagi seorang yang
bermunajat kepada Sang Penguasa (Allah swt) didalam khalwatnya kecuali dia
telah menghiasi keadaan lahir dan batinnya.
5.Malamnya seperti siangnya yang tidak melalaikannya
Sebagian para salafusshaleh berpendapat bahwa kesungguhan
di (malam) Lailatul Qodr adalah juga seperti kesungguhan di siang harinya
dengan senantiasa bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh.
Imam Syafi’i berkata,”Dianjurkan agar kesungguhannya di
siang hari seperti kesungguhannya di malamnya.” Hal ini menunjukkan anjuran
bersungguh-sungguh di setiap waktu dari sepuluh malam terakhir baik di siang
maupun malam harinya.Seperti Halnya saat siang hari saat ber puasa.
6.Ikhlas dalam beribadah
Diantara ibadah yang paling mulia yang mendekatkan
dirinya kepada Allah swt pada waktu ini adalah tabattul (Fokus dalam beribadah
kepada Allah)
Artinya : ‘Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah
kepada-Nya dengan penuh konsentrasi. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai
Pelindung.” (QS. Al Muzammil 8 – 9), artinya mengosongkan hatinya hanya
untuk-Nya, meninggalkan debat, obrolan, ikhtilath yang tercela, mematikan HP,
berbagai kesibukan dan hendaklah anda menyendiri dan berhias dengan munajat
kepada Tuhanmu, berzikir dan berdoa kepada-Nya.
7.Mensensitifkan hati
Cermatilah senantiasa niatmu karena niat seseorang lebih
baik daripada amalnya, maka introspeksilah.
8.Renungkanlah bahwa kedudukanmu adalah sesuai dengan
kadar kesungguhanmu
Janganlah kamu tinggalkan satu pintu dari kebaikan
kecuali kamu mengetuknya, sesungguhnya variatif didalam amal-amal ketaatan
adalah obat dari kejenuhan seseorang.
9.Sabar dalam beribadah
Hendaklah kamu bersungguh-sungguh dan berlelah-lelah
dengan disertai
kesabaran.
10.Menyedikitkan Perkataan
Saya menyarankan agar menyedikitkan perkataan-perkataan
di saat siang dan malam, hendaklah memperhatikan perkara-perkara ini, hendaklah
diam (tidak berbicara) karena sesungguhnya siapa yang diam maka selamat.
11.Bersungguh sungguh beribadah
Ingatlah bahwa ini adalah zaman berkompetisi maka
janganlah engkau ridho dengan kegagalan. Salah seorang dari mereka
mengatakan,”…. Orang-orang telah sukses dengan ampunan, rahmat, pembebasan,
pelipatgandaan amal-amal mereka dan mengharapkan surga sedangkan engkau tetap
di tempatmu dengan terbelenggu oleh berbagai kesalahan.” Tidak dan tidak
mungkin engkau rela, karena itu bersungguh-sungguhlah selalu dengan izin Allah.
12.Berbaik sangka kepada Allah
Jika kamu kehilangan sesuatu maka bangunlah dan
berusahalah barangkali kamu akan mendapati penggantinya. Sesungguhnya Dia swt
menahan pemberian bagi orang buruk sangka terhadap Allah swt. seandainya kamu
berbaik sangka terhadap Allah maka amalmu akan semakin baik karena kamu akan
mencintai-Nya dengan kecintaan yang dalam. Wahai Allah kami meminta cinta-Mu
dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu serta cinta setiap amal perbuatan yang mendekatkan kami ke surgamu.”
13.Jauhkan ibadah dari riya
Jadikan ibadahmu dalam keadaan sepi yang tidak dilihat
kecuali oleh Allah sesungguhnya hal itu dapat mengantarkannya menuju
ikhlas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Shalat
sunnah seseorang yang tidak dilihat orang lain sama dengan shalat yang
disaksikan orang lain dua puluh lima (kali).”
Suatu hari, dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW berkisah
kepada para sahabat tentang seorang seorang yang saleh dari Bani Israil. Orang
tersebut menghabiskan waktunya selama 1.000 bulan untuk berjihad fi
sabilillah. Mendengar kisah itu, para sahabat merasa iri, karena tak bisa
memiliki kesempatan untuk beribadah selama itu.
Usia umat Nabi Muhammad SAW memang lebih pendek dari umat
terdahulu. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
merenungi hal itu. Nabi SAW pun bersedih, karena mustahil umatnya dapat
menandingi amal ibadah umat-umat terdahulu.
''Dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga, Allah SWT
lalu mengaruniakan Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW,'' ungkap
Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitab Fadha'il Ramadhan.
Menurutnya, Lailatul Qadar adalah suatu malam karunia Allah yang sangat
besar kebaikan dan keberkahannya.
Baca juga: Keutamaan Dan Hikmah Qurban