“Demi masa, Demi waktu, Demi usia, Demi waktu ashar”
Menurut para mufasirin dan ahli lughah, al-ashr
mengandung makna:
1. Ad
dhar, Az-zaman
(zaman/masa)
2. Al-umru (umur/usia)
3. Al-waqtu (waktu; jam, menit, detik, dst.)
4. Al
Ashr (waktu
tergelincirnya matahari hingga sebelum terbenam)
Dengan hanya terdiri tiga ayat namun dalam surat ini
tersimpan manhaj (tatanan) yang lengkap tentang kehidupan
umat manusia sebagaimana dikehendaki islam
Dengan surat yang sangat pendek ini mampu menjelaskan
faktor-faktor yang menjadi sebab
kebahagian dan kesengsaraan manusia
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْر
Ayat ini memiliki dua tau’kid (penguat)
yaitu; inna (yang artinya sesungguhnya) dan la taukid
(dalam la-fi yang artinya benar-benar atau sungguh).
الْإِنْسَانَ artinya manusia (itu), di sini ada isim al ma’rifah (cirinya ada al/
الْإِ) yang memiliki fungsi sebagai jinsiyyah (menyeluruhkan,
mengglobalkan). Jadi الْإِنْسَانَ artinya:
seluruh/semua manusia.
خُسْرٍ
Secara bahasa khusr[in] atau khusran
berarti berkurang atau hilangnya modal (ra’s al mal) meskipun
istilah ini sering dipakai dalam perniagaan makna kerugian dalam al Qur’an
tidak berdimensi duniawi dan berkalkulasi materi. Kerugian (khusr)
yang dimaksud berdimensi ukhrawi.
Siapakah orang yang merugi itu?
1. orang yang kufur sebagai
orang yang merugi, lihat Qs al Baqarah:121, Az Zumar: 63
2. Menyembah Allaah
dengan tidak senuh keyakinan, lihat Qs Al Hajj : 11,
3. Percaya yang
bathil dan ingkar kepada Allaah, lihat Qs al ankabut : 52
4. Menjual petunjuk
dengan kesesatan, lihat Qs al Baqarah : 16
Illa al ladzina Aamanuu wa Aamilu al shalihat (kecuali
orang-orang yang beriman). Secara bahasa, kata al Iman bermakna tashdiq(pembenaran). Makna
iman dalam ayat tesebut adalah makna syar’I yakni at tashdiq al jai al
muthabiq li al waqi ‘an dalil (pembenaran yang pasti; bersesuaian
dengan fakta; bersumber dari dalil)
Selanjutnya wa ‘amiluu al shalihaat mereka
melakukan amal shalih termasuk fi’il madhi sebelumnya terdapat wa
athaf (kata sambung) menunjukan ada kebersambungan, ayat ini menjelaskan
bahwa keimanan harus dibuktikan dengan ketaatan terhadap hukum-hukum Allaah,
baik dalam perbuatan maupun ucapannya. Ketaatan inilah
yang dimaksud dengan amal shalih. Sebab mengerjakan amal shalih adalah
melaksanakan kewajiban, meninggalkan kemaksiatan, dan mengerjakan kebaikan.
Selanjutnya dinyatakan: wa tawaa shawb
al haqq wa tawaa shawb ash sabr (saling menasehati supaya
menaati kebenaran dan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran).
Dua aktivitas ini : menasehati dalam kebenaran dan
bersabar atasnya dapat dikategorikan salah satu amal shalih karena
diperintahkan oleh hukum syara’. Disamping itu dalam beberapa ayat
lainnya dinyatakan bahwa orang yang masuk surga dan mendapat RidhaNya
berarti tidak termasuk merugi adalah yang memenuhi dua syarat, yakni beriman
dan beramal shalih lihat QS Al BAqarah : 25, Al Bayyinah : 7.
Allah sangat menegaskan dalam ayat ini agar kita tidak termasuk
orang-orang yang خُسْرٍ
Adalah dengan melakukan dua aktivitas ini yakni : menasehati dalam kebenaran
(da’wah) dan sabar dalam berda’wah.
Yang mesti dimiliki muslim yang ingin bahagia
Pertama: Keimanan
Yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan yang benar
akan seluruh ajaran Allah.
Namun iman harus dengan
ilmu.
Mengapa
demikian? Tentu, karena
tidaklah mungkin seseorang mencapai
keimanan yang benar
dan sempurna tanpa adanya ilmu
pengetahuan terlebih dahulu dari apa yang
ia imani dari Al-Qur’an dan As Sunnah.
Olehnya, ilmu dalam agama adalah merupakan hal utama yang
mesti dimiliki oleh siapa saja yang ingin menjadi muslim paripurna. Tanpa ilmu,
maka keinginan untuk menjadi muslim kaffah hanyalah sekedar bualan dan
angan-angan. Sebaliknya, dengan ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan seorang
menuju surga-Nya. Allah berfirman;
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ [المجادلة : 11]
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (di atas
mereka yang tidak berilmu).”. (al Mujaadilah; 11).
Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda;
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ
عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Kedua: Beramal shalih –amal
Hal kedua yang mesti ada bagi seorang yang menginginkan
kebahagiaan adalah amal. Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu tanpa amal ibarat
sebuah pohon yang tidak bermanfaat.
Keterkaitan antara iman dan amal shalih itu sangatlah
erat dan tidak bisa dipisahkan. Karena
amal shalih itu merupakan buah dan konsekuensi dari kebenaran iman seseorang.
Ketiga: Saling menasehati dalam kebenaran-dakwah
الدين النصيحة
“Agama ini
adalah nasehat” (HR.
Muslim no. 90
dari shahabat Tamim Ad Daari )
Bila nasehat itu
mulai kendor dan
runtuh maka akan runtuhlah agama
ini, karena kemungkaran
akan semakin menyebar dan
meluas.
Keempat: Saling menasehati dalam kesabaran
Sabar bukan sekedar menahan jiwa dan kesempitan namun
juga menerima apapun dari Allaah ‘azza wa jalaa dengan senang hati dan ridha,
lahir dan bathin. Para mufasir menyatakan bahwa ada tiga macam kesabaran yang
harus dimiliki oleh setiap mukmin:
1. sabar dalam
menjalankan ketaatan
2. sabar dalam
menjauhi kemaksiatan
3. sabar dalam
menerima berbagai musibah
Yang perlu dalam berdakwah:
1. Ikhlas
2. Hendaklah
penyampaian sebuah nasehat dikondisikan secara proporsional, langsung key g
bersangkutan, agar tdk jadi bahan gunjingan
3. Nasehatnya
ada ilmunya baik ilmu yang berkenaan dengan materi nasehat tersebut, ilmu yang
berekenaan dengan kondisi dari objek yang diberi nasehat,nasehat ke orang kaya
dan miskin beda..nasehat kp org berilmu dan tidakn juga beda..
4. Hendaklah
nasehat tersebut disampaikan secara hikmah
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُو أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
[النحل : 125]
Baca juga: Kisah Rasulullah dan Seorang Badwi