1. Ikhlas karena Allah Semata
Ukhuwah islamiyah tidak mungkin akan terwujud
kecuali seorang muslim memilih sahabat-sahabatnya yang mukmin dan mengambil
teman-temannya yang paling beriman dan bertakwa. Allah berfirman:
"Abu Sa'id Al-Khudri mengatakan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, 'Janganlah kamu berteman melainkan orang mukmin dan
janganlah makan makananmu melainkan orang yang bertakwa'." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim, hadits shahih)
Keiltizaman ukhuwah dengan manhaj Islam akan
dapat terwujud jika dua orang atau pihak yang saling bersaudara berjanji setia
untuk berhukum dengan hukum Allah SWT. dan mengembalikan segala persoalan
kepada petunjuk Nabi Muhammad SAW.
Hal ini telah diisyaratkan oleh Nabi Muhammad
saw. dalam hadits yang menjelaskan tentang dua orang yang saling mencintai dan
berpisah karena Allah. Keduanya berjanji berkumpul untuk berpegang teguh kepada
syariat Allah dan berpisah dalam keadaan tetap mengamalkan syariat Allah.
Oleh karena itu, bila dua orang Sahabat
Rasulullah SAW berjumpa, mereka tidak akan berpisah kecuali satu diantara
mereka telah membaca surat Al-‘Ashr, kemudian saling mengucapkan salam. Hal ini
menunjukkan bahwa keduanya berjanji setia melaksanakan manhaj Islam dalam
hidupnya. Mereka berjanji setia atas dasar iman dan amal shalih untuk saling
berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran serta berjanji setia akan selalu
menegakkan Islam serta beriltizam penuh dengan Al-Qur'an dan seluruh prinsip
Al-Qur'an, baik keyakinan hatinya, ucapan lisan, dan amal fisiknya.
Seorang muslim harus menjadi cermin saudara
muslim lainnya. Jika salah seorang muslim melihat saudaranya berbuat baik, ia
memberi semangat agar terus meningkatkan amal kebaikannya. Akan tetapi, jika ia
melihat saudaranya mengerjakan sesuatu yang kurang sempurna, ia akan
menasihatinya dengan cara yang baik, -secara diam-diam- dan menganjurkan agar
ia bertaubat kepada Allah agar kembali ke petunjuk Dinul Haq. Dengan demikain,
terjadilah tolong-menolong yang penuh keutamaan, dan jauh dari kenistaan.
Rasa kesetiaan dan tolong-menolong saat susah
dan senang tidak akan terwujud jika dikalangan mereka tidak tumbuh rasa
sependeritaan dan sepenanggungan. Oleh karena itu, jika Islam mewajibkan
berbuat tolong-menolong sesama muslim, sudah tentu tolong-menolong tersebut
berada dijalan Allah. Karena pada hakikatnya, dua orang yang bersaudara di
jalan Allah telah mengikat janji setia untuk selalu berpegang dengan manhaj
Islam, baik perkataan maupun perbuatannya. Mereka berjanji untuk melaksanakan
Islam secara utuh dan konsekuen, tidak boleh melakukan penyimpangan sedikitpun
dari garis-garis Islam. Allah berfirman:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga
ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri'." (HR.
Bukhari Muslim dari Anas)