Merupakan surat yang ke-1 dan terdiri dari 7 ayat.
Termasuk kedalam golongan surat Makkiyyah
Berikut ini contohnya:
Firman Allah, "Al hamdulillahi." diterangkan oleh surat Al
Baqarah: 186 dan 286.
Firman Allah, "Rabbil 'aalamiin" diterangkan oleh surat Al
Baqarah: 21-22 dan 29.
Firman Allah, "Ar Rahmaanir rahiim" diterangkan oleh surat Al
Baqarah: 37 dan 126
Firman Allah, "Maaliki yaumiddin." diterangkan oleh surat Al
Baqarah: 284.
Firman Allah, "Iyyaaka na'budu." diterangkan oleh surat Al
Baqarah secara lebih rinci, di mana di sana diterangkan masalah bersuci, shalat
lima waktu, shalat jama'ah, shalat khauf, shalat Ied, zakat, puasa, I'tikaf,
sedekah, umrah dan haji, mu'amalah secara Islam, warisan, wasiat, berbagai
masalah pernikahan, penyusuan anak, nafkah, tentang hukum qishas, diyat,
memerangi pemberontak dan orang yang murtad, tentang bjihad, tentang makanan,
sembelihan, sumpah, nadzar, peradilan (qadhaa'), persaksian, memerdekakan budak
dsb. semua ini merupakan bab-bab syari'at yang diterangkan dalam surat Al
Baqarah.
Firman Allah, "Wa iyyaka nasta'iin" mewakili ilmu tentang akhlak.
Firman Allah, "Ihdinash shiraathal mustaqiim." diterangkan dalam
surat-surat setelahnya yang menyebutkan jalannya para nabi dan jalan
orang-orang yang menyelisihinya. wal hamdulillahi rabbil
'aalamiin.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ (٥) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧(
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
4. Yang menguasai hari
Pembalasan
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan
hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.
6. Tunjukkanlah kami jalan yang
lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah
dan terdiri dari 7 ayat ini adalah surat yang pertama diturunkan secara lengkap
di antara surat-surat yang ada dalam Al Quran, ia termasuk golongan surat
Makkiyyah.
Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat
inilah dibuka dan dimulainya Al Quran.
Allah subhaanahu wa Ta'ala memulai kitab-Nya dengan surat ini, karena
surat ini menghimpun tujuan dan maksud Al Qur'an. Oleh karena itu, surat ini
dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran)
atau Ummul Kitaab (induk Al Kitab) karena dia merupakan
induk dari semua isi Al Quran.
Oleh karena itu, diwajibkan membacanya
pada setiap shalat. Al Hasan Al Basri berkata, "Sesungguhnya
Allah menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam kitab-kitab terdahulu di dalam Al
Qur'an, kemudian Dia menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam Al Qur'an di dalam
surat Al Mufashshal (surat-surat yang agak pendek), dan Dia menyimpan ilmu-ilmu
yang ada dalam surat Al Mufashshal di dalam surat Al Fatihah. Oleh karena itu,
barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka ia seperti mengetahui tafsir semua
kitab-kitab yang diturunkan." (Diriwayatkan oleh Baihaqi
dalam Syu'abul Iman).
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَخْيَرَ
سُوْرَةٍ فِي اْلقُرْآنِ { الحمد لله رب العالمين }
"Maukah aku beritahukan kepadamu surat
yang terbaik dalam Al Qur'an? Yaitu Al Hamdulillahi rabbil 'aalamin." (HR.
Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2592)
Maksudnya adalah
"Saya memulai membaca surat Al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah
sambil memohon pertolongan kepada-Nya agar dapat membaca firman-Nya, memahami
maknanya dan dapat mengambilnya sebagai petunjuk."
Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai
dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan, menaiki
kendaraan, membaca Al Qur'an di awal surat, masuk dan keluar masjid, mengunci
pintu, masuk dan keluar rumah, menulis surat, hendak berwudhu' dan sebagainya.
Allah ialah nama Zat Yang Mahasuci, yang
satu-satunya berhak disembah dengan sebenarnya disertai rasa cinta, takut dan
berharap kepada-Nya, Zat yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi makhluk
yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang
memberi pengertian bahwa Allah memiliki rahmat (kasih-sayang) yang luas mengena
kepada semua makhluk-Nya, sedangkan Ar Rahiim artinya Allah Maha Penyayang
kepada orang-orang mukmin. Kepada orang-orang mukmin itu diberikan-Nya rahmat
yang mutlak, selain mereka hanya memperperoleh sebagian daripadanya. Ar Rahmaan
dan Ar Rahiim merupakan nama Allah yang menetapkan adanya sifat rahmah (sayang)
bagi Allah Ta'ala sesuai dengan kebesaran-Nya.
Alhamdu
artinya segala puji. Memuji dilakukan karena perbuatannya yang baik. Maka
memuji Allah berati menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik seperti
melimpahkan karunia dan berbuat adil, karena sifat-sifat-Nya yang sempurna dan
karena nikmat-nikmat-Nya yang begitu banyak yang dilimpahkan-Nya kepada kita
baik nikmat yang berkaitan dengan agama maupun dunia.
Rabb
(tuhan) berarti Tuhan yang ditaati yang Memiliki, Mendidik, Mengurus dan
Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau
ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam)
adalah semua yang diciptakan Allah yang terdiri dari berbagai jenis dan macam,
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan
sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu, Dia-lah yang menciptakan semua
makhluk, yang mengurus urusan mereka, mengurus semua makhluk-Nya dengan
nikmat-nikmat-Nya dan mengurus para wali-Nya dengan iman dan amal yang shalih.
Dengan demikian, pemeliharaan Allah
Ta'ala kepada alam semesta itu ada yang umum dan ada yang khusus. Yang umum
adalah diciptakan-Nya mereka, diberi-Nya rezeki, diberi-Nya mereka petunjuk
kepada hal-hal yang bermaslahat bagi mereka agar mereka dapat hidup di muka
bumi, sedangkan yang khusus adalah dengan dididik-Nya para wali-Nya dengan iman
dan amal shalih atau diberi-Nya taufiq kepada setiap kebaikan dan dihindarkan
dari semua keburukan. Mungkin inilah rahasia mengapa do'a yang diucapkan para
nabi kebanyakan menggunakan lafaz Rabb (seperti Rabbi atau Rabbanaa). Ayat ini
menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Rabbul 'aalamin; yang menciptakan, mengatur,
memberi rezeki, menguasai dan memiliki alam semesta; tidak ada Rabb selain-Nya.
Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing
manusia menerima pembalasan amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga
yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan sebagainya. Dibacanya ayat
ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada hari
akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang
muslim untuk beramal shalih dan menghindari kemaksiatan.
Na'budu
diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang
ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang
disembah, karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak
terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya. Ditambahkan rasa
cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada
tiga: rasa cinta kepada Allah Ta’ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta’ala
dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan saja yang tidak disertai dengan
rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, tidaklah
termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta,
seperti takut kepada binatang buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika
suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan cinta maka itulah ibadah.
Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata.
Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:
mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini terdapat obat terhadap
penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap
penyakit riya', 'ujub (bangga diri) dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada
Allah Ta'ala setelah ibadah memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan ibadah secara sempurna kecuali dengan pertolongan Allah Ta'ala dan
menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia mengurus
dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya
Berdasarkan ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya
merupakan sarana memperoleh kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari
keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala.
- Isti’anah musyarakah, meminta
pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk turut membantu,
maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka
mampu membantunya.
Dengan demikian, di ayat ini kita juga
meminta kepada Allah Ta'ala agar dapat istiqamah di atas jalan yang lurus itu
sampai akhir hayat mengingat hati yang lemah mudah berbalik dan karena hidup di
dunia penuh dengan liku-liku, penuh dengan gelombang cobaan dan fitnah yang
begitu dahsyat yang dapat menghanyutkan seorang mukmin. Sungguh berbahagialah
orang yang tetap mendirikan shalat karena do'a yang dipanjatkannya ini, berbeda
dengan orang yang meninggalkan shalat; yang tidak lagi memanjatkan do'a ini
sehingga mudah sekali ia terbawa oleh arus fitnah itu yang membuat dirinya
binasa –wal 'iyaadz billah-.
Orang-orang yang diberi nikmat oleh
Allah adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih
berdasarkan surat An Nisaa': 69, jalan merekalah yang kita minta. Merekalah
ahlul hidayah wal istiqamah (orang-orang yang memperoleh hidayah dan dapat
beristiqamah), ciri jalan mereka adalah setelah mengetahui yang hak (benar),
mereka mengamalkannya (belajar dan beramal).
Baca juga: 10+ orang yang didoakan malaikat