Menurut orang-orang yang
bodoh, hal terburuk yang dapat terjadi pada seseorang adalah mati. Itulah yang
paling menakutkan bagi mereka, yaitu mendekati kematian atau kehilangan seseorang
yang mereka cintai. Bahkan, kematian adalah peristiwa yang sedapat mungkin
dihindari, meskipun orang yang bodoh dapat mengetahui kebaikan dalam peristiwa
tersebut. Baginya, kematian tak pernah menjadi hal yang baik.
Cara pandang masyarakat
yang tidak beriman terhadap kematian adalah sama. Mereka tidak pernah dapat
melihatnya dengan cara pandang yang berbeda. Kematian adalah benar-benar
kebinasaan, sedangkan akhirat hanyalah semata-mata spekulasi.
Bagi orang-orang yang
jauh dari kebenaran agama, kehidupan dunia ini adalah satu-satunya kehidupan.
Dengan kematian, satu-satunya kesempatan telah berakhir. Inilah sebabnya,
mereka menangisi hilangnya orang yang dicintainya. Parahnya, kematian orang
yang dicintainya secara tiba-tiba di usia yang sangat muda, menjadi penyebab
kemarahan mereka kepada Allah dan takdir.
Bagaimanapun juga,
orang-orang tersebut melupakan kenyataan-kenyataan penting. Pertama, tak
ada seorang pun di bumi ini yang mendapatkan semua yang diinginkan. Setiap
kehidupan seseorang adalah milik Allah; setiap orang lahir di waktu yang telah
ditakdirkan Allah sebelumnya dan sesuai kehendak Allah. Inilah sebabnya,
Allah—yang kepada-Nya kembali segala sesuatu di langit dan bumi dan apa yang
ada di antaranya—dapat mengambil kembali jiwa siapa pun yang diinginkannya,
kapan pun Dia menginginkannya. Tak ada seorang pun yang dapat menunda ketentuan
Allah. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Qur`an,
“Sesuatu
yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat,
Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145)
Tak peduli cara
berhitung apa pun yang dipakai seseorang atau seaman apa pun tempat tinggalnya,
ia tidak dapat menghindari kematian. Sebagaimana dinyatakan dalam salah satu
sabda Nabi saw., “Jika Allah memutuskan bahwa seseorang akan mati di sebuah
tempat, Allah membuatnya pergi ke tempat itu.” (Tirmidzi) Seseorang
dapat pergi dari dunia ini kapan pun. Demikian pula orang yang menghindari
kematian, tak peduli betapa kerasnya ia berjuang untuk tidak kehilangan orang
yang dicintainya. Bahkan, jika segala daya upaya telah dilakukan, ia tidak
dapat menghindari kematian. Orang tersebut akan menghadapi kematian di mana pun
ia berada, sebagaimana disebutkan dalam ayat,
“Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memeroleh kebaikan, mereka
mengatakan, ‘Ini adalah dari sisi Allah,’ dan kalau mereka ditimpa suatu
bencana mereka mengatakan, ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).’
Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.’ Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?”
(an-Nisaa`: 78)
Karena itu, solusinya
bukan berusaha untuk menghindari kematian, tetapi bagaimana menyiapkan
kehidupan untuk hari akhirat.
Baca juga: Khutbah Jum’at : Rawatlah Air Kehidupan