Setelah bulan Ramadhan berlalu, orang akan terbagi
menjadi beberapa bagian, namun secara garis besarnya mereka terbagi dua
kelompok: Kelompok yang pertama: Orang yang pada bulan Ramadhan tampak
sungguh-sungguh dalam ketaatan, sehinggga orang tersebut selalu dalam keadaan
sujud, shalat, membaca Al-Quran atau menangis, sehingga bisa-bisa anda lupa
akan ahli ibadahnya orang-orang terdahulu (salaf). Anda akan tertegun melihat
kesungguhan dan giatnya dalam beribadah. Namun itu semua hanya berlalu begitu
saja bersama habisnya bulan Ramadhan, dan setelah itu ia kembali lagi
bermalas-malasan, kembali mendatangi maksiat seolah-olah ia baru saja dipenjara
dengan berbagai macam ketaatan kembalilah ia terjerumus dalam syahwat dan
kelalaian. Kasihan sekali orang-orang seperti ini.
Sesungguhnya kemaksiatan itu adalah sebab dari kehancuran
karena dosa adalah ibarat luka-luka, sedang orang yang terlalu banyak lukanya
maka ia mendekati kebinasaan. Banyak sekali kemaksitan-kemaksiatan yang dapat
menghalangi seorang hamba untuk mengucap "La ilaha illallah"
ketika sakaratul maut.
Setelah sebulan penuh ia hidup dengan iman, Al-Quran
serta amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah, tiba-tiba saja ia
ulangi perbuatan-perbuatan maksiatnya di masa lalu. Mereka itulah hamba-hamba
musiman mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya pada satu musim saja (yakni
Ramadhan), atau hanya ketika di timpa kesusahan, jika musim atau kesusahan itu
telah berlalu maka ketaatannyapun ikut berlalu. Kelompok yang kedua:
Orang yang bersedih ketika berpisah dengan bulan Ramadhan mereka rasakan
nikmatnya kasih dan penjagaan Allah, mereka lalui dengan penuh kesabaran,
mereka sadari hakekat keadaan dirinya, betapa lemah, betapa hinanya mereka di
hadapan Yang Maha Kuasa, mereka berpuasa dengan sebenar-benarnya, mereka shalat
dengan sungguh-sungguh. Perpisahan dengan bulan Ramadhan membuat mereka sedih,
bahkan tak jarang di antara mereka yang meneteskan air mata.
Apakah keduanya itu sama? Segala puji hanya bagi Allah!
Dua golongan ini tidaklah sama, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَـتِه (الإسراء:
84)
"Katakanlah; Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaan masing-masing .." (Al-Isra': 84).
Para ahli tafsir mengatakan, makna ayat ini adalah bahwa
setiap orang berbuat sesuai dengan keadaan akhlaq yang sudah biasa ia jalani.
Barang siapa berpuasa siang hari di bulan Ramadhan dan
shalat di malam harinya, melakukan kewajiban-kewajibannya, menahan
pandangan-nya, menjaga anggota badan serta menjaga shalat jum'at dan jama'ah
dengan sungguh-sungguh untuk menyempurnakan ketaatannya sesuai yang ia mampu
maka bolehlah ia berharap mendapat ridha Allah, kemenangan di Surga dan selamat
dari api Neraka. Orang yang tidak menjadikan ridha Allah sebagai tujuannya maka
Allah tidak akan melihatnya. Jangan seperti orang yang merusak tenunan yang
kuat hingga bercerai berai
Hati-hatilah, jangan seperti seorang wanita yang memintal
benang (menenun) dari kain tersebut ia bikin sebuah gamis atau baju. Ketika
semuanya telah usai dan nampak kelihatan indah, maka tiba-tiba saja ia potong
kain tersebut dan ia cerai beraikan, helai-demi helai benang dengan tanpa
sebab.
Berhati-hati jualah Anda! jangan sampai seperti seorang
yang diberi oleh Allah keimanan dan Al-Quran namun ia berpaling dari keduanya,
dan ia lepaskan keduanya sebagaimana seekor domba yang dikuliti, akhirnya ia
masuk perangkap setan sehingga jadi orang yang merugi, orang yang terjerumus di
dalam jurang yang dalam, menjadi pengikut hawa nafsunya, Naudzu billah
mindzalik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
واتل عليهم نبأ الذي آتيناه آياتنا فانسلخ منها
فأتبعه الشيطان فكان من الغاوين (175) ولو شئنا لرفعناه بها ولكنّه أخلد إلى الأرض
واتبع هويه فمثله كمثل الكلب إن تحمل عليه يلهث أو تتركه يلهث ذلك مثل القوم الذين
كذبوا بآيـتنا فاقصص القصص لعلهم يتفكرون (176)
"Dan bacakanlah kepada mereka berita kepada orang
yang telah kamu berikan kepadanya ayat-ayat Kami, kemudian mereka melepaskan
diri dari ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan sampai ia tergoda, maka
jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki
sesunguhnya Kami tinggikan derajatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannnya
seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu
membarrkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpa-maan orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami maka ceritaklah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir." (Al-A'raaf: 175-176).
Amal yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah pernah
ditanya: Amalan apa yang paling di sukai Allah? Beliau menjawab: "Yakni
yang terus menerus walaupun sedikit".
Aisyah radhiyallah 'anha ditanya: Bagaimana Rasulullah
mengerjakan sesuatu amalan, apakah ia pernah mengkhusus-kan sesuatu sampai
beberapa hari tertentu, ia menjawab: "Tidak, namun Beliau mengerjakan
secara terus menerus, dan siapapun diantara kalian hendaknya ia jika mampu
mengerjakan sebagaimana yang di kerjakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam .
Hadits ini memberikan beberapa pelajaran, antara lain:
Hendaknya, seluruh kebajikan kita laksanakan secara
keseluruhan tanpa pilih-pilih menurut kemampuan kita dan dikerjakan secara
rutin.
Tengah-tengah dalam beribadah (sedang-sedang), dan
menjauhi segala bentuk berlebihan, agar jiwa selalu bersemangat dan lapang,
maka dengan ini akan tercapai segala tujuan ibadah, dan sempurna dari berbagai
segi.
Supaya rutin dalam beramal, suatu amalan meskipun sedikit
jika dilakukan secara terus menerus lebih baik dari pada amalan yang banyak
namun terputus.
Dengan demikian amalan yang sedikit namun rutin akan
memberi buah dan nilai tambah yang berlipat ganda dari pada amalan banyak yang
terputus.Terus Beribadah Hingga Ajal Menjemput
Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah berfirman
kepada hamba dan RasulNya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Beribadah kamu kepada Rabb-mu hingga datang
kepadamu Al Yaqin". Ya'ni maut. (Al-Hijr: 44).
Maksud ayat ini adalah: Janganlah kamu berhenti dari
beribadah sehingga kamu mati. jadikanlah batas ibadah adalah batas kehidupan.
Telah berkata hamba Allah Nabi Isa alaihi salam (dalam Al
Quran), artinya:
"Dan Dia telah memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup."
(Maryam: 31).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya
jika anak adam meninggal maka putus sudah amalnya.." Maka dari sini
tiada yang membatasi atau memutuskan amal ibadah kecuali bila telah datang
maut. Jadi meskipun bulan Ramadhan telah berlalu maka seoarang Mukmin hendaknya
jangan berhenti dari menjalankan puasa, karena masih banyak puasa-puasa yang
lain yang di syariatkan dalam waktu setahun seperti puasa tiga hari dalam tiap
bulan, puasa senin kamis, puasa Arofah dan lain-lain. Demikian juga meskipun qiyam
di bulan Ramadhan (tarawih) telah usai maka seorang mukmin janganlah berhenti
dari menjalakan shalat malam.
Maka hendaklah Anda bersemangat untuk tetap teruskan
kontinyu dalam beribadah sesuai dengan kemampuan Anda, dan perlu Anda ketahui
beberapa cara untuk tetap berada di atas dinnullah dan ketaatan
kepada-Nya:1. Berdo'a supaya senantiasa tetap diatas agama Allah, sebagaimana
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak-banyak membaca do'a, dengan
sabdaNya: "Wahai dzat yang membolak-balikkan hati tetapkan-lah hatiku
di atas agama-Mu: (HR. At-Tirmidzi 4/390). 2. Sabar, firman Allah
(Al-Ankabut: 58-59) .3. Menelusuri jejak orang-orang shaleh, firman Allah (Hud:
120) .4. Dzikrullah dan membaca Al-Quran. 5. Mempelajari ilmu syar'i dan
meng-amalkannya, firman Allah (An Nahl: 102).
Terakhir, ketahuilah bahwa termasuk ciptaan Allah adalah
Surga, yang jika anda ingin mendatanginya nampak penuh dengan kesusahan, dan
ciptaan Allah yang lain adalah neraka, yang jika anda mendatanginya terasa
sangat menyenangkan. Surga itu dihijab dengan hal-hal yang tidak disukai hawa
nafsu, sedangkan neraka dihijab dengan syahwat dan hal-hal yang menyenangkan.
Maka apakah termasuk orang-orang yang berakal jika seseorang menjual surga dan
seisinya dengan kesenangan yang sesaat.
Jikalau Anda berkata: "Sesungguh-nya meninggalkan
syahwat (kesenangan yang menjerumuskan) itu perkara yang susah dan sulit.
Maka (pengarang buku wa madza ba’da
Ramadhan) meberikan jawaban: "Sesungguhnya rasa berat itu hanyalah bagi
orang-orang yang meninggalkan syahwat bukan karena Allah. Adapun jika anda
meninggalkannya secara sungguh-sungguh dan ikhlas, maka tidak akan terasa berat
atau susah meninggalkan-nya kecuali pada awal permulaan saja, dan ini untuk
menguji apakah benar-benar ingin meninggalkannnya atau hanya-main-main saja.
Jika dalam masa-masa ini mau bersabar maka anda akan mendapati keutamaan dan
kenikmatan dari Allah yang begitu membahagiakan, karena orang yang meninggalkan
sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Sebagai perumpamaan dari hal tersebut, yakni kaum
muhajirin yang berhijrah meninggalkan harta mereka, tanah kelahiran mereka,
kerabat dan teman, semata-mata karena Allah maka akhirnya mengganti dengan
rizqi-rizqi luas di dunia dan di surga.
Nabi Ibrahim alaihis salam ketika pergi
meninggalkan kaumnya, bapaknya dan apa-apa yang mereka sembah selain Allah,
akhirnya Allah memberikan putra Ishaq alaihis salam dan Yakub alaihis salam serta
anak turunan yang shaleh, Nabi Yusuf alaihis salam juga manakala ia bisa
menahan nafsu dan menjaganya agar tidak tergoda rayuan dari majikannya. Dan ia
bersabar di dalam penjara, ia lebih suka kepada penjara tersebut agar
menjauhkan diri dari lingkaran kejahatan dan fitnah. Maka akhirnya Allah
mengganti dengan kedudukan yang mulia di muka bumi. (Sumber; Wa Madza ba'da
Ramadhan)
Baca juga: Khutbah Jumat; KEJAYAAN ISLAM, ANTARA TAKDIR DAN USAHA