Di dalam Al Quran terdapat sekitar 90 ayat yang dimulai
dengan panggilan atau seruan kepada orang-orang yang beriman dengan kalimat:
Hai orang-orang yang beriman, suatu panggilan yang menunjukkan kecintaan dari
Allah SWT yang sangat dalam sehingga mereka yang diseru merasakan getaran cinta dari Allah SWT yang membuatnya mudah
menerima isi seruan dan siap melaksanakan beban-beban yang terkandung di
dalamnya. Itu pula yang terasa dalam perintah melaksanakan puasa Ramadhan
sebagaimana Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS 2:183).
Islam
sebagai sebuah agama yang benar harus diperjuangkan penegakan dan
penyebarluasannya oleh kaum muslimin dengan segala konsekuensinya. Karena itu
kaum muslimin harus dipersiapkan kekuatan rohaninya untuk bisa mengemban
tugas-tugas perjuangan yang berat itu. Ibadah puasa Ramadhan merupakan salah satu upaya untuk membentuk
sumber daya muslim agar mampu mengembannya. Paling kurang, ada empat target
yang harus dicapai oleh setiap mu’min yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan,
khususnya dalam konteks mengemban amanah perjuangan menyebarkan dan menegakkan
nilai-nilai kebenaran Islam yang menjadi kewajiban setiap muslim.
1.
MEMANTAPKAN
AQIDAH YANG KOKOH
Tujuan utama
puasa adalah mempersiapkan hati manusia untuk bertaqwa, sensitif, melembutkan
hati dan takut kepada Allah. Taqwa membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga
mau menunaikan kewajiban, taqwa juga menjaga hati seseorang sehingga ia tidak
mau merusak nilai-nilai ibadah puasa dengan maksiat meskipun hanya dengan
getaran hati untuk berbuat maksiat. Ketaqwaan kepada Allah SWT merupakan bukti
nyata dari kokohnya aqidah seseorang, karenanya puasa dibebankan kepada siapa
saja yang beriman kepada Allah SWT agar keimanan itu dapat menjelma menjadi
ketaqwaan yang sempurna. Karena itu taqwa menjadi puncak ketinggian rohani
seorang muslim sehingga orang bertaqwalah yang berada pada posisi yang paling
mulia di sisi Allah SWT, sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang artinya: Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS
49:13).
Dalam konteks
kehidupan masyarakat yang rusak, tujuan puasa ini menjadi sangat penting.
Kokohnya iman menjadi modal utama bagi manusia untuk bisa memperbaiki
akhlaknya, dari iman yang kokoh di dalam hati akan terwujud manusia yang
berakhlak mulia. Karena itu Sayyid Quthb dalam dzilalnya menyatakan:
“Apabila terjadi kerusakan pada suatu generasi manusia, maka untuk
memperbaikinya bukan dengan memperketat hukum terhadap mereka melainkan dengan
jalan memperbaiki pendidikan dan hati mereka serta menghidupkan rasa taqwa di
dalam hati mereka”.
2.
MEMANTAPKAN
HUBUNGAN DENGAN ALLAH
Salah satu
nilai tarbiyyah (pendidikan) dari ibadah puasa adalah upaya memantapkan
hubungan dengan Allah SWT, hal ini karena setiap muslim yang berpuasa harus
melaksanakannya karena Allah dan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yang
datang dari Allah SWT. Sesuatu yang biasanya halal untuk dilakukan atau
dinikmati, pada saat berpuasa seorang muslim diharamkan oleh Allah SWT dan ia
tunduk saja kepada sang pencipta meskipun ia bisa melakukannya atau memiliki
sepenuhnya untuk bisa dinikmati. Ini menunjukkan hubungan yang baik kepada
Allah SWT yang menjelma dalam bentuk kepatuhan kepada-Nya, dan untuk itu
seorang muslim mampu mengendalikan dan mengatasi tuntutan dari dalam dirinya
yang bersifat fisik seperti makan, minum dan kebutuhan seksual.
Terjalinnya
hubungan yang dekat kepada Allah SWT merupakan modal yang sangat penting bagi
manusia, bahkan tidak hanya untuk mengemban amanah perjuangan tapi juga untuk
bisa menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Hubungan manusia
yang jauh dengan Allah membuat manusia hanya bisa menyumbang persoalan dalam
kehidupan ini, sedangkan masalah yang ada tidak mampu diatasi. Padahal bila
manusia merasa dekat dengan Allah dan ia merasa selalu diawasi oleh Allah SWT,
niscaya ia tidak berani menyimpang dari ketentuan-Nya dan bila penyimpangan itu
sudah terjadi, iapun cepat mengakui kesalahannya hingga memiliki kesiapan untuk
menjalani hukuman akibat kesalahan yang dilakukannya, bukan malah sudah salah
tapi masih saja tidak merasa bersalah dan mencari seribu dalih untuk bisa
menghindar dari hukuman dan berusaha menutupi kesalahan yang telah dilakukannya
meskipun harus dengan kesalahan yang lain.
3.
MEMANTAPKAN
HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Puasa Ramadhan
adalah ibadah yang dilakukan oleh kaum muslimin secara serentak di seluruh
dunia. Kaum muslimin merasakan satu hal yang sama, yakni lapar dan haus dan
sama-sama berjuang untuk mampu menahan dan mengendalikan diri dari melakukan
sesuatu yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT meskipun peluang untuk itu sangat
besar. Nilai keserentakan ini diharapkan bisa menghasilkan kebersamaan dan
hubungan yang baik dengan sesama muslim. Semangat kebersamaan merupakan modal
yang sangat berharga bagi upaya perjuangan di jalan Allah SWT, apalagi Dia amat
mencintai orang yang berjuang secara bersama-sama dengan kerjasama yang baik,
Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berperang dijalan-Nya dalam suatu barisan yang teratur seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS 61:4).
Salah satu
lahan dakwah dan perjuangan yang harus mendapat perhatian besar dari seluruh
komponen kaum muslimin adalah masjid-masjid yang sudah dibangun dengan bagus,
besar dan megah dan dikeluarkan dana yang besar. Namun kondisi pemakmurannya
belum sebanding dengan fisik bangunannya. Untuk bisa memakmurkan masjid
sehingga berfungsi sebagai pusat pembangunan masyarakat Islam, diperlukan
kebersamaan antara sesama umat Islam, baik sebagai pengurus maupun jamaah. Karena
itu harus terjalin kerjasama yang harmonis antara pengurus masjid dengan
jamaahnya, bahkan harus terjalin kerjasama antar masjid yang satu dengan masjid
lainnya, tidak seperti sekarang, dimana masjid berjalan sendiri-sendiri dengan
segala persoalan yang dihadapinya.
4.
MEMANTAPKAN
JIWA KETABAHAN
Dalam
perjuangan dibidang apapun, ketabahan jiwa merupakan sesuatu yang sangat
dituntut adanya pada diri para pejuang, demikian pula halnya dengan perjuangan
di dalam Islam dengan segala dimensinya yang luas. Namun harus kita sadari
bahwa ketabahan tidak muncul dengan sendirinya, masing-masing orang perlu
memperoleh pemahaman dan mendapatkan latihan guna memiliki ketabahan. Ibadah
puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang memberikan pendidikan dan latihan
untuk memiliki ketabahan sehingga seorang muslim yang telah berpuasa semestinya
menjadi orang yang memiliki daya tahan yang kuat dalam mempertahankan
nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah SWT meskipun dalam kondisi yang
sulit seperti haus dan lapar.
Oleh karena
itu, ketika situasi menjadi begitu sulit dalam perjuangan yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw, khususnya sesudah wafatnya Siti Khadijah, seorang isteri dan
pendukung perjuangan serta wafat juga Abu Thalib yang sering memberikan
perlindungan kepada Nabi dari gangguan orang-orang kafir, maka Allah SWT
menegaskan kepada Nabi Muhammad Saw untuk bertahan dan melanjutkan perjuangan,
apapun yang terjadi. Hal ini karena kalau berbicara tentang kesulitan, generasi
terdahulu juga mengalami kesulitan, bahkan kesulitan yang lebih berat lagi
sehingga Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya jangan memiliki sikap atau
perasaan yang berlebihan dalam arti merasa sangat sulit dalam perjuangan yang
dijalaninya, Allah SWT berfirman yang artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan
yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang
bertaubat bersamamu dan janganlaj kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan (QS 11:112).
Dengan
demikian, momentum ibadah Ramadhan tahun ini menjadi saat yang sangat penting
untuk memperbaiki kondisi pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa menuju ridha
Allah SWT.
Baca juga: Khutbah Jumat; Pahala Ibadah Ramadhan