I. BULAN RAMADHAN
Bulan Ramadhan
yang insya Allah sebentar lagi akan kita masuki, adalah bulan yang sangat
mulia, bulan tarbiyah (pembinaan) untuk mencapai derajat yang paling tinggi,
paling mulia: derajat taqwa.
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al
Baqarah: 183).
“Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS Al Hujurat: 13).
Predikat taqwa
ini tidak mudah untuk diperoleh. Ia baru akan diperoleh manakala seseorang
melakukan persiapan yang cukup, dan mengisi bulan Ramadhan itu dengan berbagai
kegiatan yang baik dan mensikapinya dengan benar.
II. MINIMAL ADA TIGA HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Minimal ada
tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh
berkah itu:
a. Persiapan Ruh dan Jasad.
Dengan cara
mengkondisikan diri agar pada bulan Sya'ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah
terbiasa dengan berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat, dan
tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita
memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya
dapat langsung menyambut bulanRamadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan
yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak phisik dan
proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama
kali berpuasa,
seperti: lemah
badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.
Rasulullah saw
menganjurkan kepada kita agar kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya'ban
ini dengan cara memberikan contoh langsung dan aplikatif. 'Aisyah Radhiyallahu
'anha berkata: "Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya
tidak pernah meninggalkannya".
Demikian dalam
riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa:
"Beliau
melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu
dengan Ramadhan". (Hadits shahih diriwayatkan oleh para ulama' hadits,
lihat Riyadhush-Shalihin, Fathul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain).
Anjuran
tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya'ban.
Usamah bin Zaid
pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, saya tidak
melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan
Sya'ban ini? Beliau saw menjawab: "Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan,
bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah SWT Rabbul 'Alamin. Dan aku
ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa". (HR An-Nasa-i).
b. Persiapan Materi.
Bulan Ramadhan
merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan
kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat
oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang
berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega.
Rasulullah saw
pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah.Digambarkan bahwa
sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata,
lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.Hal
ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas RadhiyaLlahu 'anhu:
"Sungguh,
Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin
yang dilepaskan". (HR Muttafaqun 'alaih).
Santunan dan
sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala
jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.
c. Persiapan Fikri (Persepsi).
Minimal
persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang
Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan.
2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan
Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit mengantarkannya
untuk mencapai ketaqwaan.
III. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
a. Bulan Tarbiyah (pembinaan) untuk
mencapai derajat taqwa.
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al Baqarah: 183).
b. Bulan
diturunkannya Al Qur'an.
“Bulan Ramadhan, yang pada bulan itu
Al Qur'an diturunkan sebagai petunjuk buat manusia dan penjelasan tentang
petunjuk itu, dan sebagai pemisah (yang haq dan yang batil).”
(QS Al Baqarah: 185).
c. Bulan
yang paling utama, bulan penuh berkah.
Bulan
yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling utama adalah hari
Jum'at (HR At-Thabarani)[1].
Dari
Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah saw -pada suatu hari, ketika Ramadhan
telah tiba- bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh
berkah, pada bulan itu Allah SWT memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia
turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan do'a.
pada bulan itu Allah SWT akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para
malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian
kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu
tidak mendapat Rahmat Allah SWT". (HR Ath-Thabarani)[2].
d. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas
melakukan ketaatan.
Rasulullah
saw bersabda:
Shalat
lima waktu, dari Jum'at ke Jum'at, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat
menghapuskan dosa-dosa, apabila dosa-dosa besar dihindari. (HR Muslim).
Barang
siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan
mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.
(Muttafaqun 'alaih).
Apabila
Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan
syaithon-syaithon dibelenggu. (Muttafqun 'alaih).
e. Bulan dilipat gandakannya amal shaleh.
Rabb-Mu
berkata: "Setiap perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali
lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku, dan
Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai yang melindungi dari api
neraka. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari pada
parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang diantara kamu
yang tengah berpuasa, hendaknya ia katakan: "Aku sedang berpuasa, aku
sedang berpuasa". (HR At-Tirmidzi).
f.
Khutbah
Rasulullah saw menyongsong bulan suci Ramadhan sebagai bulan mulia, bulan
ibadah, bulan santunan.
Dari
Salman RadhiyaLlahu 'anhu, katanya: Rasulullah saw berkhutbah di tengah-tengah
kami pada akhir bulan Sya'ban, beliau saw bersabda: "Hai manusia, bulan
yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaungi. Bulan
yang
di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang
padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang
pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya
seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan
barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama
dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan
lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar, sabar itu balasannya surga,
Ramadhan adalah bulan santunan.
Bulan
ditambahkannya rizqi orang mukmin. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka
kepada seorang yang berpuasa, balasannya
adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia
mendapatkan pahala sebesar yang didapat oleh orang yang berpuasa, tanpa
mengurangi pahala orang tersebut. Sahabat berkomentar, kata mereka: "Ya
Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk berbuka yang dapat
diberikan kepada orang yang berpuasa? Sabda Rasulullah saw: "Pahal
tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka bagi yang
berpuasa hanya satu buah kurma, atau seteguk air, atau sesendok mentega.
Bulan
Ramadhan awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka,
siapa yang memberikan keringanan bagi hamba sahayanya pada bulan itu, Allah
akan ampuni dosanya, dan dia dibebaskan dari neraka.
Pada
bulan ini, perbanyaklah empat hal, dua diantaranya membuat kamu diridhai
Rabbmu, dan dua yang lainnya sesuatu yang sangat kamu butuhkan.
Dua
hal yang membuat kamu diridhai Rabbmu adalah:
i. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan
ii. Kamu meminta ampunan kepada-Nya.
Sedangkan
dua hal lainnya yang sangat kamu butuhkan adalah:
i. Kamu meminta surga kepada Allah, dan
ii. Kamu minta dilindungi dari neraka.
Siapa
yang memberikan minum kepada orang yang berpuasa, Allah akan memberikan minuman
kepadanya dari telagaku yang tidak akan menjadi haus sampai dia masuk
surga". (HR Ibnu Khuzaimah).
g. Ramadhan bulan jihad, bulan kemenangan.
Sejarah
mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan inilah beberapa kesuksesan dan
kemenangan besar diraih ummat Islam, yang sekaligus membuktikan bahwa Ramadhan
bukan bulan malas dan lemah, tapi merupakan bulankuat, bulan jihad, bulan
kemenangan.
Perang
Badar Kubro yang diabadikan dalam Al Qur'an sebagai yaumul furqan (hari pembeda
antara kebenaran dan kebatilan), dan ummat Islam saat itu meraih kemenangan
besar, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Dan saat itu, gembong
kebatilan: Abu Jahal, terbunuh.
Pada
bulan Ramadhan pula fathu Makkah (pembukaan Makkah) terjadi, yang dibadaikan
dalam Al Qur'an sebagai Fathan Mubiiina (kemenangan yang nyata), tepatnya pada
tanggal 10 Ramadhan tahun 8 (delapan) Hijriyah.
Serangkaian
peristiwa besar lainnya juga terjadi pada bulan Ramadhan, seperti: beberapa
pertempuran dalam perang Tabuk, terjadi pada bulan Ramadhan tahun 9 (sembilan)
Hijriyah.
Tersebarnya
Islam di Yaman pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah.
Khalid
bin Al Walid menghancurkan berhala Uzza pada tanggal 25 Ramadhan tahun 8
(delapan) Hijriyah.
Dihancurkannya
berhala Latta pada bulan Ramadhan tahun 9 Hijriyah.
Ditaklukkannya
Andalus (Spanyol sekarang) di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad pada tanggal 28
Ramadhan tahun 92 Hijriyah.
Peperangan
'Ain Jalut, dimana untuk pertama kalinya pasukan Islam berhasil mengalahkan
bangsa Mongol Tartar, yang sebelumnya sempat dianggap mustahil, juga terjadi
pada bulan Ramadhan tahun 658 Hijriyah.
Dan
masih banyak lagi yang lainnya.
IV. ADAB DAN KIAT MENGISI RAMADHAN
1. Puasa yang baik dilakukan dengan motivasi
karena Allah.
Semua
amal ibnu Adam adalah untuknya, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali
lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah SWT berfirman: kecuali puasa, ia
adalah untuk-KU, dan AKU yang akan membalasnya, sesungguhnya ia telah
meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya demi AKU, orang yang
berpuasa memiliki dua kegembiraan, sekali waktu berbuka dan sekali lagi waktu
bertemu Robbnya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang berpuasa itu lebih
wangi disisi Allah SWT daripada minyak misik. (lihat Shahih Bukhari hadits no:
1904, dan lihat Shahih Muslim hadits no: 163 bab keutamaan puasa dengan sedikit
diringkas).
2. Disunnahkan bagi yang berpuasa agar
memperlambat makan sahur, dan mempercepat berbuka.
Bersahurlah,
sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan. (HR Muslim).
Mintalah
pertolongan dengan makan sahur agar dapat berpuasa disiang harinya, dan dengan
tidur siang, agar dapat qiyamul-lail di malam hari. (HR Ala Hakim).[3]
Ada
tiga hal yang dicintai Allah 'Azza wa jalla: menyegerakan berbuka, mengakhirkan
sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat. (HR
Ath-Thabarani)[4].
Manusia
akan selalu dalam keadaan baik, selama mereka menyegerakan berbuka. (HR
Muslim).
3. Berdo'a ketika berbuka.
Bagi
orang yang berpuasa ketika ia berbuka, do'anya tidak ditolak (HR Ibnu Majah).
"Ya
Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizqi-Mu aku berbuka, kepada-Mu aku bertawakkal,
kepada-Mu aku beriman, dahaga telah hilang, urat-uratpun telah membasah dan
pahala telah Engkau tetapkan insya Allah ta'ala. Ya Allah yang Maha Luas
karunia-Nya, ampunilah aku, segala puji bagi Allah, yang telah memberikan
pertolongan kepadaku, sehingga aku dapat berpuasa dan yang telah memberikan
rizqi kepadaku, sehingga aku dapat berbuka".[5]
4. Memberikan makanan untuk orang yang
berbuka puasa.
"Barang
siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi yang berpuasa, maka dia akan
mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa dan yang berpuasa itu tidak
dikurangi pahalanya sedikitpun" (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban)[6].
5. Menjaga mata, telinga danlidah serta
anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan yang tidak ada faedahnya, dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa.
"Barang
siapa yang tidak menjauhkan kata-kata dan perbuatan bohong, maka Allah tidak
menerima puasanya". (HR Bukhari).
"Bisa
jadi orang yang qiyamul-lail itu hanya
mendapatkan meleknya saja dan bisa jadi orang yang berpuasa itu hanya
mendapatkan lapar dan hausnya saja"
(HR Ahmad, Ath-Thabarani dan Al Baihaqi dari Ibnu Umar, juga diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dari Abu Hurairah dengan redaksi sedkit berbeda).
6. Memberikan perhatian yang lebih besar, baik
moral ataupun material kepada keluarga dan sanak famili serta memperbanyak
sedekah kepada fakir miskin.
"Rasulullah
saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau saw lebih dermawan lagi pada
bulan Ramadhan, ketika bertemu Jibril 'Alaihis-Salam, sungguh, kedermawanan
beliau saat itu lebih kuat daripada angin yang bertiup" (HR Muttafaqun
'alaih).
7. Meningkatkan kajian tentang Islam,
tadarrus, tilawah dan tela'ah Al Qur'an, dzikir, do'a dan amal-amal kebajikan
lainnya (QS Al Baqarah: 183 - 187).
"Dan
Jibril 'Alaihis-Salam menjumpai nabi saw pada setiap malam bulan Ramadhan,
danbeliau mengajaknya bertadarrus Al Qur'an". (HR Muttafaqun 'alaih).
8. I'tikaf pada 'Asyrul Awakhir (10 hari
terakhir bulan Ramadhan) dan meningkatkan aktifitas ibadah pada hari-hari
tersebut.
"Nabi
saw apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan
malam (dengan ibadah), beliau membangunkan keluarganya dan beliau menjauh dari
istrinya".
9. Meningkatkan kesadaran bermuroqobah,
merasa diawasi terus oleh Allah SWT yang Maha Mengetahui, dan selalu menyadari
bahwa diri kita tengah berpuasa, tengah beribadah dalam rangka mencapai
ketaqwaan.
"Dan
agar kamu mengagungkan Allah sesuai dengan apa yang ditunjukkan kepadamu"
(QS Al Baqarah: 185).
10. Pandai menentukan skala prioritas amal
islami dengan mengutamakan amal-yang lebih penting, lebih banyak manfaatnya dan
lebih cepat mengantarkannya ke surga, baik berupa berjuang di jalan Allah dalam
menegakkan kalimat-Nya ataupun berinfaq fi sabilillah,
seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya.
Ketika
orang-orang minta dispensasi dari berinfaq dan berjihad, Rasulullah saw
bersabda: "Tidak bershodaqah, dan tidak berjihad? Jadi, dengan apa kamu
ingin masuk surga?
---------------------------------
[1] Al Haitsami
berkata: "Abu Ubaidah (seorang perawi yang dalam sanad)
tidakmendengar
dari bapaknya. Dalam kitab Kanzul 'Ummal disebutkan:
diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah, Ath-Thabarani dan Al Baihaqi dari Ibnu Mas'ud secara
mauquf).
[2] Al Haitsami
berkata: "Di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Abi Qais, saya tidak
menemukan ulama' yang menyebutkan biografinya".
Namun, ada
hadits lain yang menjelaskan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah,
diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa-i dan Al Baihaqi.
Imam As-Suyuthi
menilainya Hasan. Al Manawi (yang mensyarah kitab As-Suyuthi berkata: "Di
dalam sanadnya ada 'Atha' bin As-Saib, di dalam kitab Al Kasyif disebutkan
bahwa ia adalah seorang yang tsiqah yang buruk hafalannya pada akhir hayatnya.
Imam Ahmad berkata: Siapa yang meriwayatkan darinya pada masa dahulu (sebelum
tuanya) maka haditsnya shahih).
Makna yang
menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah diperkuat oleh
banyak hadits shahih. Pembicaraan para ulama' yang saya sebutkan itu hanya
berkait dengan riwayat ini saja.
[3] Al Hafizh
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari berkata: "Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
Ibnu Khuzaimah, dan di dalam sanadnya ada Zum'ah bin Shalih, padanya terdapat
kelemahan". (lihat Fathul Bari saat mensyarah Bab tidur siang sehabis
Jum'atan).
[4] Al Imam Al
Manawi, yang mensyarah al Jami' Ash-Shaghir karya As-Suyuthi berkata:
"Diriwayatkan juga oleh Ad-Dailami, Al Haitsami
berkata:
Di dalam
sanadnya ada Umar bin Abdullah bin Ya'la, dan dia adalah seorang yang
lemah".
[5] Ini adalah
gabungan dari beberapa do'a yang ma'tsur, baik dari nabi saw atau dari para
sahabatnya.
[6] Imam
As-Suyuthi menilainya shahih.