Tahun baru 1 Muharram
segera kita masuki dan kita peringati dengan berbagai aktivitas yang baik dan
bermutu, mulai dari do’a akhir dan awal tahun, tabligh, muhasabah, diskusi dan
seminar hingga bazzar dan pameran yang kesemua itu bermuara pada keinginan kita
untuk menemukan kekurangan-kekurangan kita, baik sebagai pribadi, keluarga
maupun masyarakat muslim lalu memperbaiki serta meningkatkan kualitas dan
kuantitas kaum muslimini, apalagi ditengah-tengah momentum kebangkitan kaum
muslimin sedunia, karenanya kita amat senang dan bersyukur ketika mendapat
informai tentang betapa berkembang-pesatnya kaum muslimin di belahan dunia yang
lain, salah satunya adalah muslim di Amerika Serikat yang diantara indikasi
kemajuannya adalah semakin bertambah banyaknya masjid dengan Islamic centernya
yang pada tahun 1990 berjumlah 600 buah, kini telah mencapai 1.250 buah
(Republika, 17 Mei 1996).
Setelah kita memperingati
peristiwa hijrah, ada banyak hikmah atau pelajaran yang bisa kita peroleh, hal
itu merupakan sebuah peringatan bagi kita juga bahwa; apabila kita ingin sukses
dalam mencapai kejayaan umat sebagaimana sukses yang telah diraih oleh Rasul
dan para sahabat, maka kitapun harus melakukan hal-hal yang dilakukan oleh
Rasul Saw dan para sahabatnya itu.
Sekurang-kurangnya ada
enam peringatan atau pelajaran yang bisa kita dapatkan dari peristiwa hijrah
Rasul Saw dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah.
1. Perencanaan Yang
Matang.
Hijrah merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabat guna mendapatkan wilayah
yang memungkinkan bagi tegaknya nilai-nilai Islam. Meskipun perjuangan Rasul
kalau mendapatkan kesulitan akan memperoleh pertolongan dari Allah SWT, tetap
saja Rasul Saw dalam perjuangannya tidak mengandalkan pertolongan Allah itu
lalu beliau santai-santai saja, sama sekali tidak. Tapi beliau justeru membuat
perencanaan yang matang tentang strategi perjalanan hijrah agar kendala-kendala
bisa dicegah menjadi sedikit mungkin. Perencanaan yang matang itu misalnya
dengan ditugaskannya Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidur Nabi guna
mengecohkan porang-orang kafir yang hendak membunuh Nabi, perencanaan yang
matang juga nampak dari tidak langsungnya Rasulullah berangkat ke Madinah, tapi
beliau singgah dulu di gua Tsur selama 3 hari guna menyulitkan percarian
terhadap Nabi yang dilakukan oleh orang-orang kafir, begitu juga dengan
perintah kepada Umar bin Khattab guna mengalihkan opini terhadap orang-orang kafir
tentang kepergian bai ke Madinah, bahkan jauh sebelumnya Rasul telah mengutus
Mush’ab bin Umair untuk da’wah ke Madinah guna mendapatkan peluang wilayah
hijrah bila tingkat permusuhan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi-jadi
dan banyak lagi sisi-sisi perencanaan yang matang dalam kaitan hijrah.
Itu semua merupakan
suatu isyarat dari Rasul Saw bahwa perjuangan harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang, bila tidak menjadi tidak jelas target apa yang harus
dicapai dan apa saja aktivitas yang harus dilaksanakan.
2. Kerjasama Yang Baik.
Dalam hijrah amat nampak
bagi kita bagaimana Rasul Saw dan para sahabatnya bahu membahu dan saling
kerjasama yang baik. Rasul Saw telah membagi tugas yang sesuai dengan kondisi
masing-masing sahabat dan para sahabat menjalankan amanah yang diberikan oleh
Rasul Saw dengan sebaik-baiknya. Tak ada dikalangan para sahabat yang iri
dengan sahabat yang lain. Semuanya diterima dan dilaksanakan dengan baik
meskipunresikonya sangat besar. Misalkan saja, Ali ditugaskan oleh Rasul untuk
tidur di tempat tidur beliau, ini merupakan tugas yang resikonya sangat tinggi
bila dilaksanakan karena Rasulullah adalah orang yang sedang dalam anacaman
pembunuhan dari orang kafir dan ketika orang-orang kafior menggerebekl kamar
tidur Nabi dan yang mereka dapati hanya Ali lalu Ali ditanya tentang dimana
Nabi berada; dengan keberanian yang hebat Ali menjawab tidak tahu --meskipun
sebenarnya dia tahu-- dan Ali akhirnya harus mengalami siksaan dari orang-orang
kafir. Umar bin Khattab juga mendapat tugas dengan resiko yang berat, yakni
membentuk opini dengan mengatakan: “siapa yang ingin anaknya menjadi yatim dan
isterinya menjadi janda, cegahlah aku, karena aku akan segera menyusul Nabi
berangkat ke Madinah”. Ungkapan Umar ini membuat orang-orang kafir menjadi
heran; kapan Muhammad pergi ke Madinah, padahal beliau masih di kota Makkah.
Abu Bakar Ash Shiddik juga bertugas menjadi pendamping Rasul yang setia
meskipun resikonya juga sangat besar, apalagi nabi mau dibunuh yang seandainya
mereka tahu dimana Nabi bersumbunyi, tentu Abu Bakar juga akan dibunuh oleh
mereka. Tapi Abu Bakar tetap menjadi pendamping Rasul dalam persembunyiannya di
gua tsur selama tiga hari, bahkan anak-anaknya Abu Bakar juga memberikan
dukungan penuh dalam kerjasama yang baik, mereka membawakan makanan dan
memberikan informasi-informasi penting untuk Rasul dan Abu Bakar.
Itulah diantara
contoh-contoh bagaimana Rasul dan para sahabatnya telah bekerjasama dengan baik
dalam perjalanan hijrah itu. Ini juga menjadi isyarat bagi kita bahwa
perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam di muka bumi ini tidak mungkin
dilakukan oleh seorang diri, sehebat apapun kualitas orang itu, makanya
diperlukan orang banyak dengan kualitas yang baik dalam perjuangan menegakkan
Islam dan orang yang banyak itu harus bekerjasama sebagaimana bangunan yang
saling kuat menguatkan dan lengkap melengkapi, inilah memang model perjuangan
yang disenangi oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya di dalam AL QURAN yang artinya: Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (QS 61:4).
3. Pengorbanan Yang
Besar.
Hijrah Nabi dan para
sahabatnya ke Madinah juga memberikan contoh kepada kita betapa yang namanya
perjuangan itu memang menuntut pengorbanan, baik pengorbanan harta, jiwa,
tenaga, pikiran, waktu dan perasaan. Dengan perasaan yang berat, Nabi dan para
sahabatnya harus ikhlas meninggalkan kampung halaman dan keluarga, Ali bin Abi
Thalib dan Asma binti Abu Bakar hampir saja tewas karena menanggung derita
penyiksaan yang dilakukan orang-orang kafir terhadap dirinya dengan sebab
menjaga rahasia tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar di gua Tsur,
Abu Bakar sendiri
berkorban dengan semua uang yang dimilikinya sebagai bekal dalam perjalanan
jauh menuju Madinah, sementara sahabat-sahabat Nabi yang berada di Madinah
dengan keikhlasan yang tiada terkira siap mengorbankan kepentingan-kepentingan
pribadi dan keluarga mereka guna menolong sahabat-sahabat dari Makkah dan itu
pula sebabnya mengapa mereka disebut sebagai kelompok anshar yang artinya
penolong.
Dengan pengorbanan yang
besar itulah, perjuangan insya Allah akan mencapai hasil yang maksimal, sedang
orang-orang yang berkorban dengan penuh keiskhlasan telah dijamin oleh Allah
terhindar dari azab neraka yang pedih dan mereka akan dimasukkan ke dalam
surga. Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, sukakah
kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab
yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di
jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahuinya (QS 61:10-11).
Di dalam ayat yang lain,
Allah SWT menegaskan tentang jaminan surga itu, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka (QS 9:111).
4. Kesungguhan Yang
Mantap.
Hijrah merupakan
perjalanan yang jauh, mencekam dan sulit. Oleh karena itu hijrah harus
dilaksanakan dengan niat yang ikhlas agar bisa bersungguh-sungguh, tanpa
kesungguhan, tidaklah mungkin hijrah itu bisa terlaksana, kalau toh secara
fisik seseorang berhasil sampai ke tujuan hijrah, tidak ada nilai pahala
sedikitpun dari Allah SWT, itu pula sebabnya Rasulullah saw bersabda dalam
hadits yang sangat kita kenal:
Sesungguhnya amal itu
sangat tergantung pada niatnya dan yang teranggap bagi tiap orang apa yang ia
niatkan. Maka siapa yang berhijrah semata-mata karena taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrah itu diteoleh Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrah
karena karena keuntungan duniawi yang dikejarnya atau karena perempuan yang
akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niat hijrah
kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Persaudaraan Yang
Indah.
Setelah Rasul dan para
sahabatnya tiba di Madinah, sambutan luar biasa ternyata diperlihatkan oleh
orang-orang Madinah, bahkan Rasul Saw sendiri sampai bingung harus tinggal
dimana, bingung bukan karena tidak ada tempat untuk beliau, tapi bingung karena
hampir semua orang Madinah menginginkan agar Rasul menetap
di rumah mereka. Oleh
karena itu Rasul saw menyatakan bahwa biarkan unta ini berhenti, dimana dia
berhenti, disitulah saya akan menetap. Para sahabat yang lain juga diterima
dengan senang hati untuk menetap di rumah kaum muslimin Madinah, bahkan ada
diantara orang-orang Anshar itu yang membagi hartanya menjadi dua untuk
diberikan kepada orang Muhajirin serta menyiapkan jodoh seorang wanita yang
shalihah untuk diperisteri.
Persaudaraan yang indah
itu diperkokoh lagi oleh Rasulullah dengan dibangunnya sebuah masjid yang
kemudian diberi nama dengan masjid Nabawi, masjid yang difungsikan sebagai
pusat pembinaan umat dan persaudaraan kaum muslimin merupakan sesuatu yang
dibinanya.
Ini merupakan isyarat
dari Rasul bahwa perjuangan yang berat dalam menegakkan ajaran Islam mesti
ditopang dengan ukhuwah dikalangan kaum muslimin, bila tidak, meskipun potensi
yang dimiliki oleh kaum muslimin sedemikian besar, tanpa ukhuwah akan membuat
kaum muslimin menjadi tidak potensial sehingga mudah dipermainkan oleh
orang-orang kafir.
6. Kebanggaan Sebagai
Muslim.
Sambutan yang sedemikian
hangat, persaudaraan yang sedemikian indah dan kokoh serta pembangunan kota
Madinah yang berhasil dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya membuat kaum
muslimin baik dari muhajirin maupun anshar semakin memiliki kebanggan sebagai
muslim. Kebanggaan sebagai muslim ini merupakan modal yang sangat berarti bagi
perjuangan selanjutnya dan ini memang betul-betul terjadi.
Maka dengan kemajuan
yang dicapai oleh kaum muslimin membuat orang-orang kafir Quraisy iri dan
dengki, merekapun akhirnya menyulut kembali api permusuhan dan dua tahun
sesudah hijrah itulah meletus perang yang pertama antara kafir dengan muslim.
Perang sebenarnya sudah dihindari oleh Nabi dengan hijrah ke Madinah, tapi
kalau sudah hijrah mereka tatap saja menyerang, apa boleh buat; kalau musuh
sudah menyerang tak pantas lagi kita lari. Dan peperanganpun dimenangkan oleh
kaum muslimin.
Ini juga sebuah isyarat
bagi kita bahwa kebanggan sebagai muslim itu memang sangat diperlukan agar
seseorang bisa konsekuen sebagai seorang muslim, karena itu Allah
memperingatkan kita agar tidak minder sebagai seorang muslim, Allah berfirman
yang artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman (QS 3:139).
Inilah beberapa poin
diantara hal-hal yang harus menjadi hasil dari peringatan tahun baru Islam dari
tahun ke tahun. Selamat tahun baru, semoga perjalanan hidup kita selalu lebih
baik dari waktu ke waktu.