Penyejuk Hati

 


"Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10)

 

Setiap orang bertanggung jawab untuk mencari rizki (baca: dunia) dalam memenuhi kebutuhannya. Tapi tak jarang yang tidak tahu batas sehingga kelewatan (kebablasan) tidak tahu waktu dan tidak mengenal batasan halal dan haram. Dia mengira bahwa kebahagiaan itu terletak pada berapa banyak materi atau harta yang dia punyai. Seperti anggapan umumnya orang bahwa apabila seseorang mempunyai rumah yang mewah, mobil yang wah, perusahaan yang mentereng dan simpanan uang di bank yang menumpuk, istri yang cantik, serta kekayaan lainnya, maka orang tersebut bisa disebut bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya seperti gambaran tersebut di atas bahkan lebih, terkadang disebut milyarder, bisa jadi status sosial orang tersebut pengusaha, pejabat atau lainnya, ternyata kehidupannya menderita, sehingga tidak jarang ia terkena penyakit stress oleh berbagai terpaan masalah. Masalah bisa timbul dari persoalan perusahaannya, kadangkala dari persoalan keluarganya dikarenakan istri serong dan anak yang membandel, atau karena sebab-sebab lain. Dalam kondisi seperti itu ternyata harta tidak bisa selalu memecahkan masalah. Memang harta tidak menjamin seseorang akan bahagia. Hanya harta di tangan orang yang sholeh saja yang bisa membahagiakan, demikian pesan Rasulullah saw kepada Amru bin Ash.

 

Adakalanya orang menyangka bahwa jabatan atau kedudukan sosial itu bisa menghantarkan seseorang kepada kehormatan yang dapat membahagiakan. Untuk tujuan tersebut banyak orang siap menyuap dan berbuat apa saja agar menduduki jabatan tertentu, dengan asumsi bahwa tempat tersebut terhomat dan 'basah'. Biasanya cara perolehan jabatan seperti ini banyak menimbulkan masalah dibelakang hari, terutama menjadi lahan subur bagi para penjilat dan kelompok 'oportunis'. Bisa diduga bahwa karir tersebut akan berakhir dengan kekecewaan-kekecewaan, sebab dibangun dengan landasan yang rapuh dan berkhianat terhadap amanat jabatan tersebut. Memang jabatan tak selamanya membawa kebahagiaan, bahkan tanggung jawabnya berat dikemudian hari. Apabila kamu lemah, jangan kamu memangku jabatan, karena itu adalah amanat dan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat kelak. Demikian petuah Rasulullah saw kepada Abu-Dzar Al-Ghifari suatu saat.

 

Lain lagi dengan anggapan sebagian manusia berhidung belang, bahwa kebahagiaan itu terdapat pada pelampiasan nafsu kepada wanita sebanyak mungkin dan secantik mungkin. Banyak wanita lemah iman jatuh kepangkuannya. Dia bagaikan orang minum air laut, semakin diminum semakin haus. Tiada hentinya dia mengarungi lautan perzinaan dan banyak dari mereka yang berakhir dengan mengidap penyakit berbahaya. Demikian akibat menyalahi aturan Allah. Model pemuda seperti ini pernah datang kepada Rasulullah saw dan menyatakan bersedia memasuki pelataran Islam, dengan satu syarat agar dia diperbolehkan berzina, karena dia merasa paling suka sama perempuan. Kemudian Rasulullah saw membisiki telinga pemuda tadi seraya bertanya, "Relakah engkau ibumu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak", "Relakah engkau saudaramu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak". "Kenapa kamu rela menzinahi, sementara mungkin itu ibunya orang, atau saudara orang, atau tantenya orang lain." Karuan saja pemuda itu bergumam, "Sungguh saya kelewatan." Sejak itu dia berkata bahwa tidak ada perbuatan yang saya benci kecuali berzina. Memang pelampiasan nafsu birahi pada bukan tempatnya (kecuali kawin sah) adalah kenistaan dan tak jarang menghancurkan kehidupan.

 

Dan ada berbagai macam cara orang mencari kebahagiaan ternyata tidak didapatkan. Siapa hidup di dunia ini tidak ingin hidup bahagia. Ibnu Hazm, seorang ulama yang hebat dari Andalusia, Spanyol, pernah mengatakan bahwa seluruh manusia berjalan ke satu arah yaitu mengusir ketakutan untuk mencapai kebahagiaan; takut miskin bekerja keras mencari harta agar kaya, takut bodoh mencari ilmu agar pintar, takut hina mencari kedudukan agar terhormat, dll. Tetapi semua jalan itu sepanjang perjalanan manusia tidak bisa membahagiakan kecuali Addin (Agama Islam). Bukan saja kebahagiaan dunia tapi juga menembus sampai akhirat.

 

Kebahagiaan yang tidak dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan nisbi/semu. Sementara kebahagiaan yang dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan hakiki.

 

Bagaimana cara membangun kehidupan bahagia yang hakiki?.  

 

"Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10)

 

 

Pusat Kebahagiaan:

Pusat kebahagiaan itu terletak di hati. Apabila hati seseorang itu dipenuhi dengan cahaya keimanan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya, jaminan dia akan bahagia di dunia dan akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasn kepad mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."

 

Sebaliknya bagi mereka yang berpaling dari jalan Allah SWT dan mengikuti jalan lain dengan konsepsi syaitan dan konco-konconya, maka pasti cepat atau lambat akan mendapat kesengsaraan dunia apalagi di akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: Thaahaa 124-126 yang artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia : Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman : Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan."

 

Allah SWT hanya menerima hati yang bersih tulus ikhlas kehidupannya dengan berbagai variasinya dipersembahkan hanya untukNya seperti dalam QS: Asy-Syu'araa 89 yang artinya : "Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."

 

Karena hati ini sebagai penggerak dan penentu kebahagiaan seseorang, maka harus diperhatikan seperti yang disinyalir Rasulullah SAW: "Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, kalau dia baik, seluruh jasadnya baik, namun apabila dia rusak, maka seluruh jasadnya rusak, itulah hati." (HR: Bukhari).

 

Sebagian ulama salaf menggambarkan bahwa hati ini seperti rumah yang mempunyai pintu dan jendela. Apabila penjagaan pintu dan jendela tidak ketat, bisa dipastikan seisi rumah akan dikuras oleh maling. Pintu dan jendela tersebut adalah mata, telinga, mulut, dan seluruh anggota tubuh. Sedangkan malingnya adalah syaitan dan kroninya. Kita berkewajiban untuk menjaga hati kita dan mengisinya dengan tazkiyah sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Perlu diketahui hati itu bekerja sesuai dengan fungsinya sebagaimana anggota tubuh kita bekerja sesuai dengan fungsinya. Hati itu hidup, awalnya, tapi proses berikutnya kalau tidak dijaga dan diisi dengan tazkiyah, maka dia bisa sakit bahkan mati. Rasulullah SAW menggambarkan hati dalam sabdanya :"Permisalan petunjuk dan ilmu yang ditugaskan Allah kepadaku bagaikan air hujan yang turun ke bumi. Diantaranya mengenai tanah yang subur dapat menahan air buat menusia dan menumbuhkan pepohonan. Ada yang mengenai tanah tandus, dapat menahan air tetapi tak dapat menghidupkan pepohonan. Tanah pertama seperti hatinya mukmin yang menyerap ilmu Islam serta mengaplikasikan sikonnya. Tanah kedua hatinya orang munafik yang bisa menyerap ilmu Islam tetapi tak menjalankannya. Tanah ketiga seperti hatinya orang kafir yang tidak mengindahkan ajaran Islam apalagi mengamalkannya." (HR: Bukhari).

 

Tazkiyah :

Tazkiyah secara bahasa berasal dari akar kata zakaa berarti berkembang. Zakaa suatu pohon yang tumbuh dan berbuah. Tazkiyah adalah pengembangan dan pembersihan. Menurut epistomologi syara', tazkiyah berarti perawatan, pengembangan dan pembersihan hati dari berbagai intrik syirik. Al-Qur'an menyebutnya dalam banyak ayat, diantaranya dalam QS: An-Nur 21 yang artinya : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamusekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

 

Juga dalam QS: Al-Jum'ah 2 yang artinya : "Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."

 

Rasulullah SAW selalu berdoa seperti berikut yang artinya:"Ya Allah berikan ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang membersihkannya. Engkaulah penolong dan pemiliknya." (HR: Muslim dan Ahmad).

 

Syariat Islam ini isinya adalah tazkiyah nufus (pembersihan jiwa) sehingga mereka pantas sebagai penduduk surga yang bersih. Tak ubahnya seperti pakaian yang bersih kita letakkan di almari, sementara yang kotor harus dicuci, dijemur dan disetrika. Perhatikan perintah sholat di bawah ini, tujuannya agar orang terhindar dari kekejian dan kemungkaran seperti dalam QS: Al-Ankabut 45 yang artinya : "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaan dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

 

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Bagaimana menurut kalian kalau ada orang yang mandi di sungai depan rumahnya sehari lima kali, masihkah ada daki yang tersisa? Mereka menjawa : Tidak ada kotoran lagi yang menempel. Beliau melanjutkan : Demikian itu sholat lima waktu, yang karena sholat itu, Allah menghapus dosa-dosa." (HR: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Nasa'i).

 

Perintah zakat disebutkan seperti dalam QS: At-Taubah 103 yang artinya : "ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui."

 

Perintah haji disebutkan sebagai berikut seperti dalam QS: Al-Baqarah 197 yang artinya : "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafatsa, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya, sebai-baik bekal adalah taqwa dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal."

 

Demikian pula sederetan syariat Allah lainnya bertujuan agar manusia bersih jiwanya. Itulah rahasia dimana Allah tidak menjadikan di dalam diri manusia dua hati, yaitu apabila hati seseorang diisi dengan cinta kepada Allah, seluruh cinta-cinta yang lain keluar dan terikat dengan itu, sebaliknya hati yang diisi cinta selain Allah seperti harta, perempuan, jabatan, dan lain-lain, maka cinta kepada Allah akan terbang. Tak heran ungkapan seorang ulama bernama Ibnu Taimiyah yang artinya :< i>"Di dunia ini ada surga, siapa yang tidak memasukinya, dia tidak akan memasuki surga akherat."

 

Juga yang artinya: < i>"Apa yang akan diperbuat kepadaku oleh musuh-musuhku? Surga itu milikku ada di dadaku. Kemana saja saya menuju dia bersamaku tidak terpisah. Bila aku dipenjara itu adalah khalwat bagiku, bila dibunuh aku mati syahid dan bila aku diusir kepergianku darmawisata."

 

Baca juga: Daftar Isi Kumpulan Terjemah Kitab Ta'lim Muta'alim (Taklim Al-Muta'allim)   


Bagaimana cara membersihkan jiwa?

 

 

"Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10)

 

Kita harus Mengenal Diri kita.

Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan:

 Pembersihan Aqidah

Pembersihan Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan LaranganNya

Menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah SAW

 

Baca juga: Terjemah Kitab Matan Ajurumiyah (Jurmiyah); DAFTAR ISI


Adapun tiga tahapan yang harus dilalui oleh seseorang muslim yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman hidupnya adalah :

 

I. Tazkiyah Melalui Pembersihan Aqidah

Seluruh isi Al-Qur'an mengandung ajaran aqidah yang lengkap terdiri dari empat bagian :

 

Pemberitahuan tentang Allah, Nama dan SifatNya disebut dengan Tauhid Ilmiyah Teoritis.

Ajakan agar penghambaan (baca: ibadah) hanya tertuju kepada Allah SWT semata disebut dengan Tauhid Amaliyah Praktis.

Penjelasan tentang perintah dan larangan yang harus ditaati sebagai konsekwensi logis penerimaan tauhid disebut dengan Hak-hak Tauhid.

Keterangan positif tentang hasil yang akan diperoleh pelaku tauhid di dunia maupun di akherat dan akibat buruk bagi yang menolak atau ragu-ragu terhadap tauhid di dunia sebagai kesengsaraan dan di akherat ke dalam api neraka.

Begitu bersih jiwa orang yang beraqidah Islam yang benar sehingga dapat membuahkan kebaikan setiap saat. Digambarkan indah sekali seperti dalam QS: Ibrahim 24-25 yang artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhanna. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat."

 

Berbeda dengan orang yang rusak aqidahnya seperti umumnya musyrikin, maka Allah SWT menyebut mereka jiwanya kotor, seperti dalam QS: At-Taubah 28 yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dan karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana."

 

Hal itu terjadi karena mereka banya mendzalimi dirinya karena tidak mengindahkan ajakan Sang Pencipta dirinya, seperti dalam QS: Lukman 13 yang artinya : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang besar."

 

Akibatnya mereka berjalan diatas kesesatan, seperti dalam QS: An-Nisa' 116 yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."

 

Disini rahasia Rasulullah SAW mencurahkan perhatian selama tiga belas tahun saat berada di Mekkah menggembleng para sahabat agar aqidahnya murni dari intrik-intrik syirik apapun bentuknya.

 

Ibnul Qayyim menggambarkan indah sekali keimanan mereka yang beraqidah itu, ringkasnya, "Mereka adalah manusia yang hatinya dipenuhi dengan pengertian terhadap Allah sampai meluap rasa cinta, rasa takut (baca:khusyu'), pengagungan dan selalu merasa dikontrol Allah SWT (baca: muraqabah). Rasa cintanya telah merasuki seluruh bagian tubuhnya sampai tulang sumsumnya sampai pada tingkat melalaikan cinta selain dari padaNya. Tandanya, ia banyak ingat dan menyebut Allah. Seluruh harap dan cemasnya ditujukan kepadaNya serta selalu bertawakkal dan mengembalikan segala urusannya kepada Allah setelah melakukan berbagai upaya dan sebab yang dibenarkan. Tak jarang ia bertaubat dan tunduk patuh ke keharibaanNya. Apabila dia meletakkan punggungnya di pembaringannya, jiwanya melayang ke hadirat Ilahi sambil menyebut-nyebut nama dan sifat baikNya. Dia menyaksikan asman dan sifatNya telah menerangi cahaya hatinya. Badannya diatas tempat tidur, sementara jiwanya berdarma wisata dan sujud di keharibaan Tuhannya yang dia cintai penuh khusyu' dan rendah diri. Hanya Allah jualah yang memenuhi seluruh kebutuhan manusia dan seluruh makhluk, seperti dalam QS: Ar-Rahman 29 yang artinya : "Semua yang ada di langit, di bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan."

 

Allah SWT yang mengampuni dosa hambanya, menyelesaikan segala persoalannya, membahagiakan orang yang sedih, menolong yang lemah, memberi kekayaan dan mencukupkan orang muslim. Dialah yang mematikan dan menghidupkan, membahagiakan dan mencelakakan, menyesatkan, dan memberi petunjuk, memberi kekayaan pada segolongan manusia dan menjadikan miskin pada segolongan yang lain, mengangkat derajat suatu kaum dan menghinakan kaum yang lain, dan lain-lain

 

Begitu pentingnya aqidah ini sehingga harus kita pelajari secara global kemudian terinci dari sumber yang terpercaya. Ini masalah agama (baca: Diin) tidak boleh kita ambil dari sembarang orang, tetapi harus dari yang terpercaya ilmu dan amalnya. Seperti sinyalemen Imam Malik dan Ibnu Sirin, yang artinya: "Ilmu ini, ilmu, hendaknya kamu ambil ilmu agamamu dari orang yang benar-benar kamu percayai."

 

Tentunya dalam kesempatan yang terbatas ini, kami tidak mengungkapkan poin-poin dalam aqidah, tetapi sebatas pembuka dan perangsang belaka agar diketahui pentingnya hal tersebut.

 

II. Tazkiyah Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan LaranganNya

Sebelum seseorang melakukan atau meninggalkan sesuatu, hendaknya dia tahu betul bahwa hal tersebut memang diperintah sehingga harus dikerjakan atau dilarang sehingga harus ditinggalkan. Sementara yang sering terjadi, ada orang yang menjalankan kewajiban tetapi pada saat yang lain dia melakukan penggaran. Contohnya: Berapa banya orang yang menjalankan sholat di masjid, tetapi kalau pergi ke kantor dia melakukan korupsi. Kita harus konsekwen kalau kita mau selamat, kerjakan yang diperintahkan, tinggalkan yang dilarang. Dalam hadits Qudsi, Allah SWT pernah mengatakan yang artinya : "Allah Ta'ala berfirman: Barangsiapa memusuhi waliku, maka Aku proklamirkan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih baik bagiKu daripada yang Kuwajibkan kepadanya. Sementara hambaKu mendekat kepadaKu dengan mengerjakan sunnah-sunnah, sampai Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya untuk mendengarkan, matanya untuk melihat, tangannya untuk berkreasi dan kakinya untuk berjalan. Apabila dia meminta kepadaKu, pasti Kuberikan. Apabila berlindung denganKu, pasti Kulindungi dia. Tidaklah Aku ragu mengerjakan sesuatu seperti ragunya Aku mengambil nyawa orang mukmin karena tak menyukai mati, sementara Aku tak suka menyakitinya." (HR: Bukhari dan lain-lain).

 

Kewajiban mengerjakan perintah Allah tidak bisa ditawar-tawar atau apa lagi ada anggapan pengecualian bagi orang-orang tertentu. Demikian pula kesalahan besar bagi orang yang mengerjakan Sunnah yang banyak tapi pada saat yang sama dia meninggalkan kewajiban seperti orang yang mengeluarkan sedekah tapi dia tidak bayar zakat sebagai orang mampu yang berkewajiban membayar zakat. Dalam menjalankan kewajiban ini ummat Islam terbagi menjadi tiga bagian seperti dalam QS: Faathir 32 yang artinya : "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."

 

Menurut Ibnu Taimiyah seperti halnya sholat maka orang yang mendzalimi dirinya adalah suka mengundurkan waktu sholatnya. Sementara orang yang ekonomis yaitu orang yang mengerjakan tepat waktu dan sabikun bil khairat adalah orang yang mengerjakan sholat tepat waktu berjamaah dan mengerjakan sunnah rawatib.

 

Umar bin Khattab ra berpendapat: "Sebaik-baik perbuatan mengerjakan yang diwajibkan Allah dan menginggalkan apa yang dilarang Allah serta berbai niat terhadap Allah SWT."

 

Namun Syaukani rahimahullah menekankan bahwa meninggalkan larangan Allah lebih utama daripad mengerjakan kewajiban karena adanya hadits Nabi yang artinya : "Jika aku perintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakan semampunya. Dan jika aku melarang sesuatu, janganlah kalian dekati." (HR:Muslim).

 

Ada pula orang yang mempunyai kewajiban menafkahi anak dan isteri, sehingga untuk itu dia mati-matian mencari rizqi. Anehnya sering ia meninggalkan kewajiban lainnya seperti sholat, dan lain-lain. Tak jarang pula dia mencarinya dengan jalan tidak benar seperti riba, korupsi, dan lain sebagainya.

 

Orang yang menjalankan kewajiban dengan benar, menjalankan sholat, berpuasa dibulan Ramadhan, mengeluarkan zakat jika mampu, menunaikan haji bila berkecukupan, dan menjalankan tanggung jawab sesama manusia, berarti ia telah setengah langkah menuju keselamatan, sementara setengah berikutnya berjalan hal-hal yang dilarang Allah SWT seperti dalam QS: Al-Baqarah 187 yang artinya : "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larang Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya mereka bertakwa."

 

Serta ancaman bagi pelanggarnya seperti dalam QS: An-Nisa' 14 yang artinya : "Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketetuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan."

 

Yang perlu diingat selalu bahwa Allah SWT sayang kepada hambanya, maka segala sesuatu yang membahayakan atau merugikan mereka pasti dilarang sedangkan yang baik dibolehkannya. Meskipun sebagian orang tidak tahu apa hikmah pelarangan dan kebolehan sesuatu itu. Untuk hak menghalalkan dan mengharamkan hanya milik Allah seperti dalam QS: Al-A'raaf 157 yang artinya : "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung."

 

Dan larangan keras bagi siapa saja yang berbicara halal dan haram tanpa dasar dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW seperti dalam QS: An-Nahl 116 yang artinya : "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secar dusta, ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung."

 

Semua larangan sudah dirinci oleh Al-Qur'an seperti dalam QS: Al-Maidah 3 yang artinya : "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari itu orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja berbuat,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 

Juga seperti dalam QS: An-nisa' 23 yang artinya : "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri-isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 

Dan seperti dalam QS: Al-An'am 119 yang artinya : "Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkanNya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas."

 

Sedangkan Rasulullah SAW sudah menjelaskan batasan-batasan larangan Allah dalam sabda-sabdanya diantaranya : "Dari Nu'man bin Basyir ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada yang samar-samar (syubhah), banyak manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa menjaga dirinya dari hal syubhah itu, berarti telah bersih agama dan kehormatannya, sementara orang yang terlibat dengan syubhah, terjatuh ke dalam yang haram. Taoh ubahnya seperti penggembala yang menggembalakan kambingnya di sekitar kebon orang, lambat laun ia akan memasukinya. Ketahuilah setiap raja meletakkan batasan larangan. Ingatlah bahwa larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkannya. Sungguh dalam tubuh manusia ada segumpal darah, kalau baik, seluruh badan baik, tetapi kalau rusak, seluruh badan rusak, itulah hati." (HR: Bukhari dan Muslim)

 

Diantara larangan yang disebut-sebut Rasulullah SAW, larangan menyekutukan Allah, melawan orang tua, berdukun, menyihir, menipu, berbohong, bersaksi palsu, menyembah kuburan, sombong, dengki, bersumpah selain Allah, riya', karena manusia dalam beribadah, tidak khusyu' dalam sholat, mendahului imam saat sholat berjamaah, berzina, minum khamer, makan binatang buas, berjudi, menyetubuhi isteri saat sedang menstruasi, makan riba, mencuri, menyogok, menyerobot tanah orang, bersumpah palsu, mengumpat, mendengarkan musik-musik, mengagungkan gambar yang bernyawa, menggunakan emas, dan sutra bagi pria, menyerupai wanita, sedang menyerupai pria, menadu domba, meratapi orang mati, menato badan, dan lain sebagainya. Semua larangan itu harus kita tinggalkan agar kita mendapat manisnya iman. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah menggantinya dengan yang lebih baik.

 

III. Tazkiyah Dengan Menjalankan Sunnah Rasulullah SAW

Istilah Sunnah yang dimaksud seperti istilah ahli fiqih yakni amalan taat selain yang wajib apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak terkena sangsi apa-apa.

 

Agar kita sampai derajat waliullah yang mendapat perlindungan dari Allah seperti tertera dalam hadits qudsi terdahulu. Dimana Allah mencintai hamba yang senantiasa menjalankan Sunnah Rasulullah SAW. Bagaimana kita tidak bahagia di dunia dan apalagi di akherat, kalau kita dicintai dan dilindungi Allah SWT seperti dalam QS: Al-Imran 31 yang artinya : "Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

 

Baca juga: KHUTBAH JUM’AT; RODA KEHIDUPAN


Diantara Sunnah Rasulullah SAW yang perlu kita amalkan adalah:

 

1. Sunnah-Sunnah Sholat

 

Dalam riwayat yang yang artinya: "Dari Abdullah bin Umar ra berkata : Aku hafal dari Rasulullah SAW, dua rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat sesudah dhuhur, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sebelum subuh." (HR: Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Riwayat Muslim dari Aisyah menambah : "Sebelum dhuhur empat rakaat."

 

Anjuran itu diperkuat oleh sabda Nabi SAW yang artinya : "Dari ummu Habibah binti Abi Sofyan ra, dari Nabi SAW: Siapa yang shalat sehari semalam dua belas sujud (baca: rakaat) selain yang wajib, dibangunkan rumah di surga." (HR: Muslim).

 

Shalat Sunnah Tahajjud atau Qiyamul Lail

yang artinya : "Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda : Sebaik-baik shalat sesudah yang wajib adalah qiyamul lail." (HR: Muslim).

 

Juga yang artinya : "Dari Aisyah ra berkata : Rasulullah SAW shalat antara selesai shalat isya sampai subuh sebelas rakaat, beliau salam setiap dua rakaat dan witr satu." (HR: Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).

 

Shalat Sunnah Dhuha

Yang artinya : "Dari Abu Hurairah ra berkata : Kekasihku berwasiat kepadaku tiga hal : Puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witr sebelum tidur." (HR: Bukhari dan Muslim).

 

Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid

Yang artinya : "Dari Abi Qatadah ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda : Apabila anda masuk masjid janganlah duduk sampai melaksanakan shalat dua rakaat." (HR: Bukhari, Muslim, dan Malik).

 

Demikian sunnah-sunnah muakkad dan masih tersisa sejumlah sunnah yang tidak tergolong muakkad seperti sunnah sesudah wudhu, dan lain-lain.

 

2. Sunnah-Sunnah Berpuasa

 

Puasa Sunnah di Bulan Muharram

Yang artinya : "Nabi SAW pernah ditanya : Puasa apa yang paling baik sesudah Ramadhan? Beliau menjawab : Bulan Allah Muharram." (HR: Muslim).

 

Baca juga: Daftar Isi Kumpulan Terjemah Kitab Hadits Bulughul Maram (Bulugh Al Marom)




Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama