Planet Yang Diciptakan Untuk Umat Manusia
Filsafat materialis menawarkan satu
saja penjelasan untuk keteraturan dan keseimbangan yang ada di alam semesta:
peristiwa kebetulan. Menurut klaim ini, seluruh alam semesta terbentuk melalui
serangkaian peristiwa kebetulan.
Namun, jika kita meneliti alam
semesta ini secara sekilas, kita melihat bahwa klaim ini sungguh tidak benar.
Suatu kebetulan hanya akan menimbulkan kekacauan, padahal di alam semesta ini
kita melihat keteraturan di mana-mana. Keteraturan ini membuktikan kekuasaan
Allah yang abadi, Yang menciptakan alam semesta dari ketiadaan lalu memberinya
bentuk.
Ketika menjelajahi alam semesta,
kita menemukan banyak contoh keteraturan. Dunia yang kita tempati ini hanyalah
salah satunya. Dengan segala keistimewaan yang ada padanya, bumi diciptakan
dengan keseimbangan yang luar biasa stabil, yang membuatnya cocok bagi
berlangsungnya kehidupan makhluk hidup.
Jarak bumi dari matahari, kemiringan
sumbu bumi terhadap orbit, keseimbangan dalam atmosfer, kecepatan rotasi bumi
pada sumbunya, kecepatannya mengelilingi matahari, fungsi laut dan gunung di
bumi, sifat-sifat dan interaksi di antara makhluk hidup, semua ini hanyalah
beberapa unsur dari keseimbangan ekologis yang terdapat di bumi.
Kalau dibandingkan dengan planet
lain, semakin jelas bahwa bumi secara khusus dirancang bagi manusia. Air,
misalnya, adalah senyawa yang sangat sulit ditemukan di planet lain. Dalam tata
surya kita, air berwujud cair hanya ditemukan di bumi. Terlebih lagi, 70%
permukaan bumi tertutup oleh air. Jutaan jenis makhluk hidup hidup di air.
Pembekuan air, kapasitas air untuk menarik dan menyimpan panas, adanya badan
air berukuran besar berbentuk lautan, dan bahkan penyaluran panas yang
melintasi bumi adalah karakteristik yang hanya dimiliki oleh bumi. Tidak ada
planet lain yang memiliki sirkulasi badan cair yang konstan seperti yang
terdapat di bumi.
Poros bumi membuat sudut miring
(inklinasi) sebesar 23° dari orbitnya. Musim terbentuk
akibat kemiringan ini. Andaikan sudut kemiringan ini sedikit lebih besar atau
lebih kecil, perbedaan suhu antara musim akan menjadi sangat ekstrem. Andaikan
ini terjadi, di bumi akan terjadi kondisi ekstrem yang tak tertahankan, musim
panas yang sangat panas dan musim dingin yang sangat dingin.
Kecepatan rotasi bumi pada sumbunya
merupakan kecepatan yang paling sesuai bagi makhluk hidup. Planet-planet lain
dalam tata surya pun mengalami siang dan malam. Karena perbedaan waktu di
planet lain jauh lebih besar dibandingkan dengan di bumi, perbedaan antara suhu
siang dan malam pun sangat tinggi. Hebatnya aktivitas angin di atmosfer planet
lain tidak kita temukan di bumi ini, suatu keistimewaan berkat rotasi planet
bumi yang seimbang.
Jenis dan konsentrasi gas-gas yang
menyusun atmosfer sangat penting bagi keberadaan bukan hanya umat manusia,
melainkan juga semua makhluk hidup yang ada di bumi. Koeksistensi sejumlah
besar keseimbangan yang stabil di bumi memungkinkan terbentuknya gas-gas
atmosfer dengan proporsi yang tepat dan selalu konstan.
Kita dapat membuat daftar yang
berisi ratusan keistimewaan selain yang telah disebutkan di atas. Walaupun
demikian, semua contoh di atas pun sudah dapat menunjukkan suatu kenyataan:
Bumi yang kita huni ini diciptakan secara khusus guna berlangsungnya kehidupan
berbagai makhluk. Hal ini bukanlah hasil suatu kebetulan, melainkan keteraturan
yang disengaja.
Kesempurnaan keteraturan yang
terdapat di alam semesta membawa kita pada satu kesimpulan: adanya satu
Pencipta yang memiliki kekuatan dan pengetahuan tak terbatas, yaitu Allah, Yang
Memiliki seluruh dunia, dan menciptakan alam semesta.
Keseimbangan
Di Atmosfer
Atmosfer bumi terdiri atas empat gas
utama, yaitu nitrogen (78%), oksigen (21%), argon (kurang dari 1%), dan karbon
dioksida (0,03%). Gas yang ada di atmosfer dapat dibagi ke dalam dua kelompok:
“gas yang reaktif” dan “gas yang tidak reaktif”. Analisis terhadap gas-gas
reaktif mengungkap bahwa reaksi yang melibatkan gas reaktif sangat penting bagi
kehidupan, sedangkan gas-gas yang tidak reaktif akan menghasilkan senyawa yang
merusak jika bereaksi. Misalnya, argon dan nitrogen adalah gas tidak aktif,
yang hanya dapat bereaksi secara terbatas. Bila kedua gas tersebut mudah
bereaksi seperti oksigen, lautan akan berubah menjadi asam nitrat. Sebaliknya,
oksigen bereaksi dengan atom-atom lain, senyawa organik, dan bahkan batuan.
Reaksi tersebut menghasilkan molekul-molekul dasar kehidupan seperti air dan
karbon dioksida.
Selain tingkat reaktif gas,
konsentrasi gas-gas tersebut saat ini sangat penting bagi kehidupan. Misalnya,
oksigen. Oksigen adalah gas reaktif yang paling berlimpah di atmosfer.
Konsentrasi oksigen yang tinggi di atmosfer bumi adalah salah satu keistimewaan
yang membedakan bumi dengan planet lain di tata surya. Planet-planet tersebut
tidak memiliki oksigen sedikit pun.
Andaikan konsentrasi oksigen di
atmosfer lebih tinggi, oksidasi akan terjadi lebih cepat dan mengakibatkan
batuan dan logam terkikis lebih cepat. Oleh karena itu, bumi akan terkikis dan hancur,
dan kehidupan di bumi akan menghadapi ancaman besar. Andaikan konsentrasi
oksigen lebih kecil, pernapasan akan menjadi sulit, dan lebih sedikit ozon yang
dihasilkan. Perubahan jumlah ozon akan berakibat fatal bagi kehidupan.
Berkurangnya ozon akan menyebabkan sinar ultraviolet mencapai bumi dengan
intensitas yang lebih tinggi, sehingga kehidupan di muka bumi akan lenyap.
Banyaknya ozon akan mencegah panas matahari mencapai bumi dan berakibat fatal
bagi kehidupan.
Karbon dioksida juga berada dalam keseimbangan
yang sama. Tumbuh-tumbuhan menyerap radiasi sinar matahari melalui gas ini.
Bila bercampur dengan air, gas ini membentuk bikarbonat yang dapat melarutkan
batuan dan meninggalkannya di lautan. Reaksi tersebut menguraikan karbon
dioksida dan melepaskan oksigen kembali ke atmosfer. Oksigen, yang sangat
penting bagi makhluk hidup, dilepaskan ke atmosfer secara terus-menerus. Karbon
dioksida juga ikut menjaga “efek rumah kaca”, untuk menjaga suhu bumi tetap
konstan.
Andaikan jumlah karbon dioksida berkurang,
jumlah tumbuhan hidup di darat dan laut akan berkurang, sehingga makanan bagi
hewan berkurang. Selain itu, jumlah bikarbonat di laut akan berkurang dan
membuat laut menjadi lebih asam. Andaikan jumlah karbon dioksida di atmosfer
meningkat, erosi kimia tanah akan semakin cepat dan membentuk residu alkali
yang berbahaya di laut. Selain itu, “efek rumah kaca” akan meningkat,
menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi dan melenyapkan kehidupan yang ada di
bumi.
Seperti
telah kita lihat, keberadaan atmosfer sangat penting bagi kelangsungan hidup di
bumi. Beberapa kondisi astrofisika harus saling melengkapi agar atmosfer tetap
terpelihara.
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan
Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling
daripadanya.” (Surat Yusuf: 105)
A)
Permukaan bumi harus tetap berada pada suhu sedang, dalam kisaran tertentu.
Untuk itu:
1. Bumi harus berada pada jarak
tertentu dari matahari. Jarak ini menentukan banyaknya energi panas matahari
yang mencapai bumi. Perubahan sedikit saja orbit bumi mengitari matahari—baik
lebih dekat maupun lebih jauh—akan mengakibatkan perubahan besar dalam banyaknya
energi panas matahari yang mencapai bumi. Perhitungan menunjukkan bahwa
berkurangnya panas yang mencapai bumi sebesar 13% akan menyebabkan bumi
diselimuti lapisan es setebal 1.000 meter. Sebaliknya, sedikit saja panas bumi
yang mencapai bumi meningkat akan menyebabkan seluruh makhluk hidup hangus
terpanggang.
2. Suhu permukaan bumi harus
homogen. Untuk ini, bumi harus melakukan rotasi pada sumbunya dengan kecepatan
tertentu (1.670 km/jam di khatulistiwa). Bila kecepatan rotasi bumi melebihi
batas tertentu, atmosfer akan menjadi sangat hangat. Meningkatnya suhu atmosfer
ini mengakibatkan bertambah cepatnya molekul gas lepas dari bumi, sehingga
atmosfer bumi akan lenyap ke angkasa.
Andaikan kecepatan rotasi bumi lebih
lambat, kecepatan molekul gas lepas dari bumi akan menurun. Molekul gas
tersebut akan menghilang karena terserap oleh bumi akibat efek gravitasi.
3. Sudut kemiringan bumi sebesar 23o27’ dari sumbunya mencegah adanya
panas berlebih antara kutub dan khatulistiwa. Panas berlebih ini dapat
menghambat pembentukan atmosfer. Bila tidak ada sudut miring, perbedaan suhu
antara kutub dan khatulistiwa akan meningkat hebat, dan tidak mungkin tercipta
atmosfer yang dapat menyokong kehidupan.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap.” (Surat
al-Baqarah: 21-22)
B)
Sebuah lapisan diperlukan untuk mencegah lepasnya panas yang telah dihasilkan:
Untuk menjaga agar suhu permukaan bumi berada pada
tingkat yang konstan, hilangnya panas harus dicegah, terutama pada malam hari.
Untuk itu, dibutuhkan senyawa yang dapat mencegah hilangnya panas dari
atmosfer. Kebutuhan ini terpenuhi dengan adanya karbon dioksida di atmosfer.
Karbon dioksida menutupi bumi seperti selimut dan mencegah hilangnya panas ke
angkasa.
C)
Di bumi terdapat struktur-struktur tertentu yang menjaga keseimbangan panas
antara kutub dan khatulistiwa:
Perbedaan suhu antara daerah kutub
dan khatulistiwa adalah sebesar 120°C. Andaikan perbedaan panas ini
terjadi pada permukaan yang rata, akan terjadi pergerakan atmosfer yang hebat.
Badai hebat dengan kecepatan 1.000 km/jam akan menjungkirbalikkan dunia,
menghancurkan keseimbangan atmosfer dan atmosfer akan buyar.
Bumi memiliki permukaan yang tidak
rata, dan permukaan ini menghalangi timbulnya arus udara kuat yang bisa terjadi
akibat perbedaan panas. Ketidakrataan ini dimulai dengan Pegunungan Himalaya
antara Cina dan anak benua India, dilanjutkan dengan Pegunungan Taurus di
Anatolia, dan mencapai Pegunungan Alps di Eropa melalui rangkaian gunung
menghubungkan Laut Atlantik di barat dan Laut Pasifik di timur. Di lautan,
kelebihan panas yang terbentuk di khatulistiwa akan diteruskan ke utara dan
selatan dengan memanfaatkan badan air ini, sehingga perbedaan panas ini
seimbang.
Seperti terlihat, keberadaan udara,
salah satu unsur dasar kehidupan, menjadi mungkin dengan adanya ribuan
keseimbangan fisik dan ekologis. Lebih dari itu, adanya kondisi ini tidak cukup
bagi kelangsungan hidup di bumi. Andaikan bumi berada dalam kondisi seperti
saat ini, dengan struktur geofisik dan pergerakannya di angkasa, tetapi
menempati posisi yang berbeda di galaksi, keseimbangan tetap akan terganggu.
Misalnya, bintang yang lebih kecil
daripada matahari akan menyebabkan bumi menjadi sangat dingin, dan bintang yang
lebih besar akan menghanguskan bumi.
Pengamatan planet-planet mati di
angkasa sudah cukup untuk memahami bahwa bumi bukanlah hasil dari peristiwa
kebetulan yang acak. Kondisi esensial bagi kehidupan terlalu kompleks untuk
terbentuk secara acak dengan sendirinya, dan, tentunya dalam tata surya kita,
bumi khusus diciptakan untuk berlangsungnya kehidupan.
Keseimbangan
Nitrogen Dan Bakteri
Daur
nitrogen adalah bukti lain bahwa bumi secara khusus dirancang untuk kehidupan
manusia. Nitrogen adalah salah satu unsur dasar yang terdapat dalam jaringan
tubuh semua organisme hidup. Meskipun 78% dari atmosfer merupakan nitrogen,
manusia dan hewan tidak dapat menyerapnya secara langsung. Di sinilah bakteri
berfungsi dengan membantu kita memenuhi kebutuhan nitrogen.
Daur
nitrogen dimulai dengan gas nitrogen (N2) yang ada di udara. Bakteri
yang hidup di beberapa tanaman mengubah nitrogen menjadi amonia (NH3).
Sebaliknya, jenis bakteri lain mengubah amonia menjadi nitrat (NO3).
(Halilintar juga memainkan peranan penting pada proses perubahan nitrogen di
udara menjadi amonia).
Pada tingkat selanjutnya, makhluk
hidup yang dapat membuat makanannya sendiri, seperti tumbuhan hijau, dapat
menyerap nitrogen. Hewan dan manusia, yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan nitrogen hanya dengan memakan tumbuh-tumbuhan
tersebut.
Nitrogen pada hewan dan manusia
kembali ke alam melalui kotoran dan bangkai yang diuraikan oleh bakteri.
Sementara menguraikan zat, bakteri tidak hanya melakukan tugas sebagai
pembersih, tetapi juga melepaskan amonia, sumber utama nitrogen. Ada bakteri
yang mengubah sejumlah tertentu amonia menjadi nitrogen dan mencampurnya dengan
udara. Ada juga bakteri yang mengubah sisanya menjadi nitrat. Tumbuhan
menggunakan nitrat dan daur terus berlanjut.
Tidak
adanya bakteri dalam daur ini akan mengakibatkan berakhirnya kehidupan. Tanpa
bakteri, tumbuhan tidak dapat memenuhi kebutuhan nitrogennya dan akan segera punah.
Kehidupan tak mungkin terjadi di tempat yang tak memiliki tumbuhan.
Atmosfer:
Atap Bumi Yang Terpelihara
Meskipun biasanya tidak pernah kita
sadari, banyak meteorit jatuh ke bumi seperti pada planet lain. Meteorit, yang
membentuk kawah besar jika jatuh di planet lain, tidak merusak bumi karena bumi
memiliki atmosfer yang menghasilkan gesekan kuat pada meteor yang jatuh. Meteor
tidak dapat bertahan melawan gesekan ini terlalu lama dan kehilangan sejumlah
besar massanya akibat terbakar. Keberadaan atmosfer mencegah kerusakan yang
bisa disebabkan oleh meteorit.
Di
dalam Al Quran, sifat dalam penciptaan atmosfer ini dijelaskan: “Dan Kami menjadikan langit itu sebagai
atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda
(kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (Surat al-Anbiya: 32)
Salah satu petunjuk terpenting bahwa
langit adalah “atap yang terpelihara” adalah medan magnet yang melingkupi bumi.
Lapisan teratas atmosfer merupakan daerah medan magnet yang disebut “Sabuk Van
Allen”. Daerah ini dibentuk oleh sifat-sifat inti bumi.
Inti bumi mengandung unsur-unsur
magnetik yang kuat seperti besi dan nikel. Yang lebih penting, inti bumi
terdiri atas dua struktur yang berbeda. Inti dalam berbentuk padat sementara
inti luar berbentuk cair. Lapisan luar mengapung di atas lapisan dalam,
menciptakan efek magnetik pada logam-logam berat, yang membentuk medan magnet.
Sabuk Van Allen adalah perpanjangan medan magnet ini, yang mencapai lapisan
luar atmosfer. Medan magnet ini melindungi bumi dari kemungkinan bahaya dari
angkasa.
Salah
satu bahaya terbesar adalah “angin matahari”. Selain panas, cahaya, dan
radiasi, matahari mengirimi bumi angin yang tersusun dari proton dan elektron
yang bergerak dengan kecepatan 1,5 miliar kilometer per jam.
Angin
matahari tidak dapat menembus Sabuk Van Allen, yang menciptakan medan magnet
pada jarak 64.000 km dari bumi. Ketika angin matahari, dalam bentuk hujan
partikel, bertemu dengan medan magnet bumi, partikel-partikel tersebut akan
terurai dan mengalir mengitari medan magnet bumi.
Atmosfer menyerap sebagian besar
sinar X dan sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari. Tanpa penyerapan ini,
di muka bumi tidak mungkin ada kehidupan.
Atmosfer yang menyelimuti bumi hanya
dapat dilalui oleh sinar-sinar yang tidak berbahaya, gelombang radio, dan
cahaya tampak. Andai saja atmosfer tidak memiliki sifat impermeabilitas ini,
kita tentu tidak dapat menggunakan gelombang radio untuk berkomunikasi, tidak
juga cahaya yang sangat penting bagi kehidupan.
Lapisan ozon yang menyelimuti bumi
mencegah sinar ultraviolet matahari, yang sangat berbahaya, mencapai bumi.
Sinar ultraviolet matahari begitu tinggi kandungan energinya, sehingga dapat
membunuh semua kehidupan yang ada di bumi. Untuk alasan ini, untuk memungkinkan
terjadinya kehidupan di bumi, lapisan ozon adalah bagian dari langit sebagai
“atap yang terpelihara” yang diciptakan secara khusus.
Ozon dihasilkan dari oksigen.
Oksigen (O2) dibentuk dari dua atom oksigen, sedangkan ozon (O3)
dibentuk oleh tiga atom oksigen. Sinar ultraviolet yang berasal dari matahari
menambah satu atom kepada molekul oksigen untuk membentuk molekul ozon. Lapisan
ozon, yang terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet, menahan sinar
ultraviolet yang berbahaya dan merupakan salah satu kondisi dasar yang paling
penting.
Singkatnya, andai saja inti bumi
tidak memiliki kemampuan untuk membentuk medan magnet, dan atmosfer bumi tidak
memiliki struktur dan kepadatan untuk menyaring sinar-sinar yang berbahaya, di
bumi tidak mungkin ada kehidupan. Sangat jelas bahwa manusia maupun makhluk
hidup yang lain tidak mungkin dapat mengatur hal-hal tersebut. Ini adalah bukti
bahwa Allah telah menciptakan suatu pelindung yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dan Dia telah menciptakan langit sebagai “atap yang terpelihara”.
Tidak terdapatnya “atap yang
terpelihara” pada planet lain merupakan petunjuk lain bahwa bumi secara khusus
diciptakan untuk manusia. Misalnya, seluruh inti planet Mars adalah padat dan
karenanya Mars tidak memiliki medan magnet di sekelilingnya. Mars tidak
memiliki tekanan yang cukup untuk membentuk inti yang cair karena planetnya
tidak sebesar bumi. Selain itu, berukuran tepat tidaklah cukup untuk membentuk
medan magnet di sekeliling sebuah planet. Contohnya, Venus memiliki diameter
yang hampir sama dengan bumi. Massa planet Venus hanya 2% lebih kecil dari
massa bumi, dan beratnya hampir sama dengan berat bumi. Oleh karena itu, baik
dalam hal tekanan maupun alasan lainnya, sudah sewajarnya inti Venus pun
memiliki bagian logam cair. Namun, Venus tidak diselimuti oleh medan magnet,
karena Venus memiliki kecepatan rotasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
rotasi bumi. Bumi melakukan satu rotasi penuh dalam satu hari, sedangkan Venus
melakukannya dalam 243 hari.
Ukuran bulan, planet-planet lain
yang berdekatan dengan bumi, serta jarak mereka dari bumi merupakan hal yang
penting bagi keberadaan medan magnet bumi yang merupakan “atap yang
terpelihara”. Andaikan salah satu dari planet ini berukuran lebih besar, planet
tersebut memiliki kekuatan gravitasi yang lebih besar pula. Planet yang
berdekatan dengan bumi yang memiliki kekuatan gravitasi besar akan mengubah
kecepatan cairan dan bagian padat inti bumi serta mencegah terbentuknya medan
magnet seperti yang ada sekarang.
Singkatnya, langit yang memiliki
fungsi sebagai “atap yang terpelihara” membutuhkan beberapa variabel seperti
struktur inti bumi, kecepatan rotasi, jarak antarplanet, dan kumpulan massa
planet tersebut menghasilkan resultan yang tepat.
Daur
Air Dan Kehidupan
Setiap
saat, miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu menuju
daratan. Kehidupan bergantung pada daur air ini. Andai manusia mencoba mengatur
daur ini, ia tidak akan pernah berhasil, sekalipun menggunakan semua teknologi
yang ada di dunia. Walaupun demikian, kita memperoleh air, yang merupakan
syarat kehidupan yang utama dan terpenting, melalui penguapan tanpa
mengeluarkan biaya maupun energi. Setiap tahunnya 45 miliar liter kubik air
menguap dari lautan. Air yang menguap tersebut dibawa angin melintasi daratan dalam
bentuk awan. Setiap tahun 3-4 miliar liter air dibawa dari lautan menuju
daratan, menuju manusia.
Singkatnya, air—yang daurnya tidak
dapat kita atur, dan yang tanpanya kita tidak dapat hidup lebih dari beberapa
hari—dikirim kepada manusia dengan cara yang sangat istimewa.
Al Quran mengingatkan kepada kita
bahwa hal ini merupakan salah satu bukti yang harus kita syukuri:
“Maka
terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami
jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (Surat Al Waqi’ah:
68-70).
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi
sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal.” (Surat Az-Zumar: 21)
“Dialah
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang memikirkan.” (Surat an-Nahl: 10-11)
Air
Turun Ke Bumi Menurut Kadar Tertentu
Dalam ayat kesebelas surat
az-Zukhruf, hujan didefinisikan sebagai air yang dikirimkan “menurut kadar”.
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan).”
Sudah tentu, hujan turun ke bumi
dalam takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan adalah
kecepatan turunnya. Benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan, bila
dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter, akan mengalami percepatan terus-menerus
dan jatuh ke bumi dengan kecepatan 558 km/jam. Akan tetapi, tata-rata kecepatan
jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam.
Air jatuh ke bumi dengan kecepatan
yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek
gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih
rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak
memiliki sifat gesekan, bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan. Hal
ini menjadi jelas hanya dengan melihat angka-angka di bawah ini secara sekilas.
Ketinggian minimum awan hujan adalah
1.200 meter. Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari
ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian
15 cm. Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 meter. Pada kasus
ini, satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda
seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 110 cm.
Dalam satu detik, kira-kira 16 juta
ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi
dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai
505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang
berdasarkan “takaran”.
Pembentukan
Hujan
Tahapan pembentukan hujan baru dapat
dipelajari setelah radar cuaca ditemukan. Menurut radar, pembentukan hujan
terjadi dalam tiga tahap. Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan;
ketiga, turunnya hujan.
Yang tercantum di dalam Al Quran
tentang pembentukan hujan sangatlah sesuai dengan penemuan ini:
“Allah,
Dialah yang mengirim angin (tahap pertama), lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal (tahap kedua); lalu kamu lihat hujan ke luar
dari celah-celahnya (tahap ketiga), maka apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Surat
ar-Rum: 48).
TAHAP PERTAMA: “Dialah (Allah) yang
mengirim angin …”
Sejumlah besar gelembung udara
terbentuk karena buih di lautan secara terus-menerus pecah dan menyebabkan
partikel air disemburkan ke langit. Partikel yang kaya-garam ini kemudian
dibawa angin dan naik ke atmosfer. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol,
berfungsi sebagai perangkap air. Inilah yang akan membentuk titik-titik awan
dengan mengumpulkan uap air di sekitarnya, yang kemudian naik dari lautan
sebagai tetesan kecil.
TAHAP KEDUA: “.......menggerakkan
awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan terbentuk dari uap air yang
mengembun di sekitar kristal garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan
air di awan sangat kecil (dengan kisaran diameter 0,01–0,02 mm), awan
menggantung di udara dan menyebar di langit, sehingga langit tertutup oleh
awan.
TAHAP KETIGA: “... lalu kamu lihat
hujan keluar dari celah-celahnya.”
Partikel air yang mengelilingi
kristal garam dan partikel debu akan bertambah tebal dan membentuk tetesan
hujan, sehingga tetesan hujan akan menjadi lebih berat daripada udara, dan
mulai jatuh ke bumi sebagai hujan.
Tetesan hujan dibentuk oleh partikel
air yang mengelilingi kristal garam, yang terbawa dari lautan ke awan. Karena
menjadi lebih berat daripada udara, partikel ini terlepas dari awan dan mulai
jatuh ke bumi sebagai hujan.
Air
Hujan Adalah Tawar
Al Quran menarik perhatian kita
dengan pernyataan air hujan adalah “tawar”:
“Maka
terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami
jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (Surat Al Waqi’ah:
68-70).
“…
dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar?” (Surat al-Mursalat: 27)
“Dialah
Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat
tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (Surat An-Nahl: 10)
Seperti
telah kita ketahui, air hujan berasal dari penguapan air dan 97% merupakan
penguapan air laut yang asin. Namun, air hujan adalah tawar. Air hujan bersifat
tawar karena adanya hukum fisika yang telah ditetapkan Allah. Berdasarkan hukum
ini, dari mana pun asalnya penguapan air ini, baik dari laut yang asin, dari
danau yang mengandung mineral, atau dari dalam lumpur, air yang menguap tidak
pernah mengandung bahan lain. Air hujan akan jatuh ke tanah dalam keadaan murni
dan bersih, sesuai dengan ketentuan Allah “…
Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. ” (Surat al-Furqan: 48)
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya
bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di
atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya
tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Surat Fushilat: 39)
Hujan
Yang Memberi Kehidupan Bagi Tanah Yang Mati
Di dalam Al Quran banyak ayat yang
menyeru kepada kita agar memperhatikan bahwa hujan berguna untuk menghidupkan
negeri (tanah) yang mati. “… dan Kami
turunkan dari langit air yang amat bersih agar Kami menghidupkan dengan air itu
negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian
besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.”
(Surat al-Furqan: 48-49)
Selain tanah diberi air, yang
merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup, hujan juga berfungsi sebagai
penyubur.
Tetesan hujan, yang mencapai awan
setelah sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat tertentu yang bisa
memberi kesuburan pada tanah yang mati. Tetesan yang “memberi kehidupan” ini
disebut “tetesan tegangan permukaan”. Tetesan tegangan permukaan terbentuk di
bagian atas permukaan laut, yang disebut lapisan mikro oleh ahli biologi. Pada
lapisan yang lebih tipis dari 1/10 mm ini, terdapat sisa senyawa organik dari
polusi yang disebabkan oleh ganggang mikroskopis dan zooplankton. Dalam sisa
senyawa organik ini terkandung beberapa unsur yang sangat jarang ditemukan pada
air laut seperti fosfor, magnesium, kalium, dan beberapa logam berat seperti
tembaga, seng, kobal, dan timah. Tetesan berisi “pupuk” ini naik ke langit
dengan bantuan angin dan setelah beberapa waktu akan jatuh ke bumi sebagai
tetesan hujan. Dari air hujan inilah, benih dan tumbuhan di bumi memperoleh
berbagai garam logam dan unsur-unsur lain yang penting bagi pertumbuhan mereka.
Seperti yang tertera dalam ayat:
“Dan
Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaf: 9).
Garam-garam mineral yang turun bersama
hujan merupakan contoh dari pupuk konvensional (kalsium, magnesium, kalium, dan
lain-lain) yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan. Sementara itu, logam
berat, yang terdapat dalam tipe aerosol ini, adalah unsur-unsur lain yang
meningkatkan kesuburan pada masa perkembangan dan produksi tanaman.
Singkatnya, hujan adalah penyubur
yang sangat penting. Setelah seratus tahun lebih, tanah tandus dapat menjadi
subur dan kaya akan unsur esensial untuk tanaman, hanya dari pupuk yang jatuh
bersama hujan. Hutan pun berkembang dan diberi “makan” dengan bantuan aerosol
dari laut tersebut.
Dengan cara seperti ini, 150 juta
ton pupuk jatuh ke permukaan bumi setiap tahunnya. Andaikan tidak ada pupuk
alami seperti ini, di bumi ini hanya akan terdapat sedikit tumbuhan, dan
keseimbangan ekologi akan terganggu.
“Yang
telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu
di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang
bermacam-macam.” (QS. Thaha: 53)
Baca juga: Khutbah Jumat: Sikap Saat Menghadapi Hinaan Orang Lain
Manfaat
Membekunya Air Dari Atas
Salah satu sifat air yang paling
menarik dan paling penting adalah bahwa—tidak seperti senyawa lain—air berwujud
padat itu lebih ringan daripada air berwujud cair, sehingga es lebih ringan
dari air. Oleh sebab itu, laut mulai membeku dari atas karena lapisan beku
lebih ringan daripada air di bawahnya. Dengan demikian, risiko pembekuan
seluruh lautan, yang dapat berakibat lenyapnya kehidupan, tidak akan terjadi.
Lapisan beku yang naik ke permukaan itu menjadi penyekat antara cuaca dingin di
luar dan air di bawah.
Andaikan es lebih berat daripada air
(seperti yang umumnya terjadi pada zat lain), laut akan mulai membeku dari
bawah. Pada kondisi ini, penyekatan seperti yang disebut di atas tidak akan
terjadi dan seluruh lautan akan membeku, sehingga kehidupan di air akan musnah.
Karena volume es lebih luas daripada volume air untuk massa yang sama, lautan
yang membeku akan membutuhkan ruang yang lebih besar dari sebelumnya dan akan
menyebabkan air di permukaan naik dan meluap.
Selain itu, air itu paling berat
pada suhu 4°C.
Fakta ini sangat penting bagi kehidupan. Di lautan, air yang mencapai suhu 4°C akan tenggelam ke dasar karena
merupakan badan air yang terberat. Karena alasan ini, pada lautan yang
tertutupi gunung es, dasarnya akan selalu berwujud cair dan memiliki suhu 4°C, dan di situ makhluk hidup masih
bisa bertahan. Hal yang hampir serupa terjadi pada musim dingin. Bagian dasar
danau dan sungai yang ditutupi lapisan es tetap dapat mendukung kehidupan.
Air
Lambat Memanas Dan Membeku
Sifat air yang lain adalah penguapan
dan pembekuan yang lambat. Telah diketahui bahwa pada musim panas, pasir cepat
memanas pada siang hari dan juga cepat mendingin pada malam hari. Sebaliknya,
suhu air laut hanya berubah sekitar 2-3°C antara siang dan malam. Hal ini
disebabkan karena air menjaga suhunya ketika suhu mendadak naik atau turun, dan
memperlambat penguapan dan pembekuan. Jika kita mempertimbangkan sifat air ini
dalam konteks bumi secara keseluruhan, kita akan melihat air, dalam wujud cair
ataupun uap, di laut dan di atmosfer, memiliki peran yang sangat penting bagi
suhu bumi. Air yang ada di permukaan bumi mencegah pemanasan yang berlebihan,
dengan cara menyerap panas pada bagian bumi yang terdedah matahari. Pada bagian
bumi yang tidak terkena matahari langsung, dengan panas yang dikandungnya,
lautan dan air berfungsi sebagai radiator dan mencegah suhu turun terlalu
rendah. Dengan mekanisme ini, perbedaan suhu antara siang dan malam selalu
berada dalam batas toleransi manusia dan makhluk hidup lain. Andaikan jumlah
air lebih sedikit daripada luas daratan, perbedaan suhu siang dan malam akan
meningkat dan mengubah bumi menjadi gurun dan membuat kehidupan menjadi tidak
mungkin, atau setidaknya sangat sulit.
“Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
(Surat al-Jatsiyah: 13)
Berat
Awan
Awan dapat menjadi sangat berat.
Misalnya, awan badai yang disebut kumulonimbus merupakan akumulasi dari 300.000
ton air.
Terbentuknya keteraturan yang
menjadikan massa air sebesar 300.000 ton dapat melayang di udara sangatlah
menakjubkan. Sebuah ayat Al Quran menyeru kepada kita untuk memperhatikan berat
awan:
“Dan
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami
halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran.” (Surat al-A’raf: 57)
Angin
“…
dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berakal.” (Surat al-Jatsiyah: 5)
Angin
adalah arus udara yang terbentuk di antara dua zona yang memiliki suhu yang
berbeda. Perbedaan suhu di atmosfer menyebabkan perbedaan tekanan udara, dan
mengakibatkan udara terus-menerus mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah. Bila terjadi perbedaan di antara pusat tekanan (yakni suhu atmosfer)
terlalu tinggi, arus udara (yakni angin) menjadi sangat kuat. Demikianlah
terbentuknya angin yang sangat merusak, misalnya angin ribut.
Yang menarik, meskipun terdapat
daerah-daerah yang memiliki perbedaan suhu yang sangat jauh seperti antara
khatulistiwa dan kutub, bumi tidak selalu dihadapkan pada angin dan tekanan
yang kuat, berkat adanya rintangan dan “pengaturan”. Andai saja arus udara
kuat, yang semestinya terbentuk di antara khatulistiwa dan kutub, tidak
diperlemah (seperti akan digambarkan di bawah), tentu bumi akan berubah menjadi
planet mati yang didera badai terus-menerus.
Pada
prinsipnya, perbedaan ketinggian permukaan bumi memecah kekuatan angin.
Perbedaan ketinggian yang mencolok akan menghasilkan sistem fron dingin dan
panas. Seperti yang terlihat pada lereng pegunungan yang lebih rendah, sistem
ini dapat menyebabkan munculnya angin baru. Dengan demikian, sistem dengan dua
pusat (bi-centered) antara khatulistiwa dan kutub berubah menjadi sistem dengan
banyak pusat (multi-centered) berkat adanya tebing-tebing terjal, dan angin
diperlemah karena disalurkan ke beberapa arah. Rantai pegunungan pada kerak
bumi berfungsi sebagai koridor udara raksasa. Koridor-koridor ini akan membantu
angin menyebarkan udara ke seluruh penjuru bumi secara merata.
Kemiringan sumbu bumi juga berperan
penting dalam memperlemah angin. Andai saja sumbu bumi benar-benar tegak lurus
pada orbitnya, bumi akan dilanda badai terus-menerus. Khatulistiwa bumi
memiliki kemiringan dengan sudut 23°27’ pada bidang orbitnya. Dengan
demikian, suhu di daerah antara dua kutub tidaklah tetap, berubah berdasarkan
musim. Ini berarti bahwa tekanan udara menjadi seimbang, sehingga kekuatan
angin jadi berkurang. Bila perbedaan suhu antara khatulistiwa dan kedua kutub
menurun, angin akan bertiup lebih hangat.
Selain itu, dua lapisan gas yang menyelimuti
planet bumi telah diciptakan untuk menyeimbangkan perbedaan suhu. Lapisan ozon
dan karbon dioksida menyeimbangkan suhu atmosfer. Lapisan ozon menyerap
kelebihan sinar matahari. Sebaliknya, karbon dioksida berfungsi menahan panas
yang diperoleh dan mencegah pendinginan.
Semua
hal di atas menunjukkan bahwa manusia berutang budi pada sistem ini—yang luar
biasa terdiri atas subsistem-subsistem yang kompleks. Seluruh alam semesta
diciptakan untuk memungkinkan adanya kehidupan manusia.
Baca juga:Tafsir Surah Al 'Adiyat