Para Pemangsa Ulung
Dalam ayat
keenam dalam surat Hud, Allah menyatakan bahwa Dia menyediakan rezeki atau
“makanan” bagi semua makhluk, yakni seluruh pemberian yang tersedia bagi
kelangsungan hidup mereka.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (Surat
Hud: 6)
Jika
kita perhatikan keadaan sekitar secara saksama dan bijaksana, akan terlihat
dengan mudah bagaimana Allah “memberi makan” semua makhluk hidup. Semua makanan
dan minuman merupakan benda yang “diciptakan” dan “dibuat”. Air yang kita minum,
roti, buah, dan sayuran yang kita makan, merupakan hasil penciptaan yang
khusus.
Misalnya buah jeruk. Jeruk terbentuk
pada dahan pohon, yang sebenarnya merupakan kumpulan kayu. Pohon itu menyerap
mineral dan air dari tanah, lalu mengombinasikannya dengan energi yang
diperoleh dari matahari. Jeruk yang dihasilkannya sangat berkhasiat bagi tubuh,
sangat lezat dan harum saat dimakan. Selain itu, jeruk memiliki kemasan yang
sangat sehat serta menarik secara estetika.
Bagaimana pohon dapat menghasilkan
buah seperti itu? Mengapa buahnya bermanfaat bagi tubuh? Mengapa semua
buah-buahan mengandung vitamin penting yang sesuai dengan musim tumbuhnya? Mengapa rasanya
sangat lezat dan tidak pahit? Mengapa aromanya begitu harum dan
tidak berbau busuk?
Tentu saja, pohon hanya tersusun dari kayu dan tidak
mungkin dapat menghasilkan buah dengan sendirinya, lalu melengkapi buah itu
dengan zat-zat yang penting bagi manusia. Sebagaimana Allah menjamin kehidupan
manusia, Dia juga menjamin kehidupan hewan. Pada halaman-halaman berikut akan
dibahas teknik-teknik berburu yang digunakan sebagian makhluk hidup untuk
mencari makan.
Sebenarnya
sangat mudah bagi manusia untuk memahami kekuasaan dan kekuatan Allah bila ia
sungguh-sungguh mempelajari, dalam batas-batas kearifan dan logikanya, sistem
yang dianugerahkan kepada hewan untuk mendapatkan makanan. Setiap hewan yang
dibahas dalam bab ini hanyalah sedikit saja dari sekian banyak contoh agung
yang disebarkan Allah di muka bumi.
Misalnya,
betapa menakjubkan “teknik memangsa” yang dimiliki ikan pada halaman berikut.
Ikan itu tidak mengejar mangsa, ataupun diam-diam mengintai lalu menyergap.
Sekilas, ia tidak tampak berbeda dengan ikan lain. Namun, begitu siripnya ia
angkat, seekor “ikan palsu” muncul pada punggungnya. Saat ikan lain mendekati
ikan palsu kecil ini, tanpa menyadari pemilik sirip yang sesungguhnya, ia akan
dimangsa dengan mudah.
Apakah ikan ini
menciptakan sendiri sirip yang mirip ikan kecil ini? Atau, apakah ada
serangkaian kebetulan yang membentuk sirip itu pada ikan? Mustahil ikan
tersebut mampu merancang dan melakukan cara memangsa yang demikian hebat. Tak
perlu diragukan lagi, semua kemampuan yang luar biasa tersebut membawa kita
pada sebuah kenyataan: adanya Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Pencipta.
Laba-laba Pelompat
Biasanya, laba-laba membuat jaring
dan menunggu serangga terperangkap. Namun sebaliknya, laba-laba pelompat
justru mengejar mangsa. Dengan melompat gesit, ia mampu menangkap lalat yang
terbang setengah meter di atasnya.
Untuk menghasilkan lompatan luar biasa ini,
ia menggunakan kedelapan kakinya yang bekerja dengan prinsip tekanan hidrolis.
Lalu, dengan tiba-tiba ia mencapai mangsa dan menusukkan rahangnya yang kuat.
Lompatan ini biasanya dilakukan di tengah kerimbunan dedaunan. Laba-laba
tersebut harus memperhitungkan sudut yang paling sesuai untuk melakukan
lompatan yang berhasil, serta mempertimbangkan kecepatan dan arah mangsanya.
Yang lebih
menarik adalah cara laba-laba ini menyelamatkan diri setelah menangkap mangsa.
Ia bisa saja mati, sebab ketika melompat untuk menangkap mangsanya, ia meluncur
ke udara dan dari ketinggian itu bisa jatuh terhempas ke tanah (laba-laba ini
biasanya hidup di pucuk-pucuk pohon). Namun, laba-laba ini tidak bernasib
demikian. Sebelum melompat, ia mengeluarkan benang yang menempel pada ranting
pohon, sehingga tubuhnya tetap tergantung di udara dan mencegahnya jatuh ke
tanah. Benang ini begitu kuat, mampu menahan beban laba-laba dan mangsanya
sekaligus.
Keistimewaan
lain yang menarik adalah, racun yang ia suntikkan mampu mencairkan jaringan
tubuh mangsa. Jaringan tubuh yang telah dicairkan inilah yang ia jadikan
makanan.
Tentu saja,
kemampuan laba-laba ini tidak dihasilkan oleh kebetulan. Ia harus memiliki dua
jenis keterampilan sekaligus: melompat, dan secara bersamaan, membuat benang
yang mencegahnya jatuh. Bila tidak dapat melompat, ia akan kelaparan dan mati.
Bila ia tidak dapat membuat benang atau benang itu tak cukup kuat, tubuhnya
akan terhempas ke tanah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai struktur tubuh
yang sesuai untuk melompat dan juga suatu sistem untuk menghasilkan benang yang
kuat saat ia mengangkat mangsanya.
Selain itu, laba-laba
itu juga bukan sekadar sebuah mekanisme yang menghasilkan benang dan melompat,
melainkan suatu organisme hidup yang rumit, beserta segala keunikan fisiknya
secara utuh. Perkembangan kemampuan ini tidak boleh tertunda. Sebagai contoh,
mungkinkah ada seekor laba-laba tanpa sistem pencernaan yang lengkap?
Sudut Pandang 360°
Keunikan lain laba-laba
pelompat adalah keistimewaan penglihatannya. Kebanyakan makhluk hidup, termasuk
manusia, hanya dapat melihat ruang terbatas dengan kedua matanya dan tidak
dapat melihat ke belakang. Laba-laba pelompat dapat melihat ke sekelilingnya,
termasuk ke belakang, dengan menggunakan empat pasang mata pada bagian atas
kepala. Dua di antaranya menonjol ke depan dari bagian tengah kepala seperti
tabung reaksi. Dua mata yang besar ini dapat bergerak kiri-kanan dan atas-bawah
di dalam rongga matanya. Keempat mata lainnya di sisi kepala tidak mampu
melihat benda dengan utuh, tetapi dapat mendeteksi setiap gerakan di
sekitarnya. Dengan cara ini, hewan ini dengan mudah mengetahui mangsa
yang berada di belakangnya.
Kemampuan tiap
mata laba-laba untuk melihat secara bebas—tanpa terpengaruh mata
lainnya—membantunya melihat benda lebih cepat. Dalam gambar tampak mata yang
berwarna gelap melihat ke kamera sedangkan mata yang berwarna cerah melihat ke
arah lain. Kedelapan mata yang dimiliki laba-laba ini, serta sudut pandangnya
yang 360°, merupakan hal yang menakjubkan, mengingat hewan lain
kebanyakan hanya memiliki dua buah mata. Tentu saja ia tidak berpikir sendiri
bahwa hal ini akan lebih bermanfaat, lalu membentuk mata tambahan. Dengan kata
lain, kemampuan yang ia miliki tidak semata-mata terjadi secara kebetulan.
Hewan ini telah diciptakan beserta segala kemampuannya.
Baca juga:Tafsir Surah Al Ashr
Teknik Menyamar
Bila Anda
ditanya, apa yang terlihat pada gambar atas, tentu Anda akan menjawab: “Ada
beberapa ekor semut di atas dan di bawah daun.” Sebenarnya yang terdapat di bawah
daun adalah laba-laba pelompat yang sedang mengintai untuk memangsa sekawanan
semut hidup. Laba-laba pelompat jenis ini begitu mirip dengan semut, sehingga
semut pun mengira bahwa laba-laba itu temannya.
Satu-satunya perbedaan antara semut
dan laba-laba adalah jumlah kakinya. Laba-laba memiliki delapan kaki sedangkan
semut hanya enam. Untuk melenyapkan “cacat” ini, yang membuatnya mudah
dikenali, laba-laba menjulurkan dua kaki depannya ke depan dan mengangkatnya ke
atas, sehingga menyerupai antena semut.
Tidak hanya itu penyamaran yang
dilakukan laba-laba. Hewan ini juga membutuhkan pola mata tertentu yang akan
membuatnya mirip semut. Matanya sendiri tidak besar dan tidak berbentuk bintik
gelap seperti mata semut. Namun, satu keistimewaan bawaan yang ia miliki
membantunya memecahkan masalah ini. Laba-laba ini memiliki dua bintik besar di
kedua sisi kepalanya. Kedua bintik ini menyerupai mata semut. (Perhatikan kedua
bintik di sisi kepala laba-laba pada gambar di atas).
Ikan Dengan Pistol Air
Ikan ini
mengisi mulutnya dengan air, lalu menembakkannya ke arah serangga yang
bertengger pada cabang yang menggantung di atas air. Serangga itu jatuh akibat
tembakan air tersebut, sehingga mudah dimangsa ikan. Patut dicatat bahwa selagi
menyemprotkan air, kepala ikan tidak muncul ke permukaan, namun tembakannya
tepat mengenai sasaran. Padahal, akibat pembiasan cahaya, benda yang dilihat
dari bawah permukaan air letaknya berbeda dengan letak sebenarnya. Oleh karena
itu, agar dapat mengenai sasaran di atas permukaan air dengan jitu, sudut
pembiasan cahaya harus diketahui lebih dulu, lalu menembak sesuai dengan itu.
Namun, ikan ini memiliki kemampuan bawaan untuk mengatasi masalah ini, sehingga
ia mampu untuk selalu mengenai sasaran.
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di
langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al-Hasyr: 24)
Bagaimana Ular Berjalan Di Atas Pasir?
Ular padang
pasir dapat bergerak cepat di atas pasir. Dengan melakukan kontraksi otot dadanya
sedikit demi sedikit, ia dapat bergerak dalam bentuk huruf S. Gerakan ini
dimulai dengan memilin tubuh, mengangkat kepala dan menjaganya tegak di udara.
Ketika kontraksi otot yang menggerakkan tubuh ini diteruskan ke arah ekor,
kepala bergerak maju dan menyentuh tanah. Sementara itu, kontraksi otot telah
mencapai bagian ekor. Kontraksi baru menyebabkan ekor terangkat dari tanah dan
sejajar dengan kepala. Gerakan semacam ini meninggalkan jejak paralel dengan
kemiringan rata-rata 45°.
Selama ular
bergerak, hanya dua bagian tubuh yang menyentuh pasir. Dengan pola gerakan ini,
tubuh ular tidak akan hangus karena ia meminimalkan kontak dengan pasir yang
sangat panas dan membakar.
Ular tidak
mempunyai tulang rahang, sehingga ia dapat membuka mulutnya selebar mungkin.
Pada gambar kiri, ular dapat melahap sebutir telur yang lebih besar daripada
kepalanya. Telur perlahan-lahan ditelan seluruhnya, lalu dicerna.
Ular Derik
Detektor panas
yang terletak pada rongga depan di dalam kepala ular derik mampu menangkap
cahaya inframerah yang berasal dari panas tubuh mangsanya. Kemampuan mendeteksi
panas ini demikian sensitif, sehingga dapat mengetahui kenaikan panas sebesar
1/300 kali dari semula. Dengan lidah yang bercabang sebagai organ penciuman,
ular itu dapat merasakan adanya seekor tupai yang diam tak bergerak dari jarak
setengah meter dalam kegelapan.
Setelah
menentukan lokasi mangsa dengan tepat, ular itu merayap diam-diam mendekatinya
tanpa menimbulkan bunyi. Ketika jaraknya telah cukup, ia menyerang, membengkokkan
kemudian merentangkan lehernya untuk mencapai mangsa dengan sangat cepat.
Seketika itu pula gigi pada rahangnya yang kuat telah siap ditancapkan. Rahang itu
dapat terbuka selebar 180°. Semua ini
terjadi dalam kecepatan sangat tinggi, setara dengan kecepatan mobil dari 0
km/jam menjadi 90 km/jam hanya dalam waktu setengah detik.
Panjang “gigi
berbisa” kurang-lebih empat cm. Ini merupakan senjata paling tangguh untuk
membuat mangsa tidak berdaya. Di dalam gigi ini terdapat saluran yang terhubung
ke kelenjar bisa. Begitu ular menggigit, kelenjar ini berkontraksi dan
mengalirkan bisa dengan kekuatan dahsyat melalui saluran di dalam gigi ke tubuh
korbannya. Selain melumpuhkan sistem saraf pusat, bisa ular juga menyebabkan
kematian korban akibat penggumpalan darah. Bisa ular sebanyak 0,028 gram cukup
untuk membunuh 125.000 tikus. Efek bisa ular bekerja sangat cepat, sehingga
mangsa tidak sempat melawan. Setelah itu, ular tinggal menelan mangsa yang
telah ia lumpuhkan melalui mulutnya yang sangat elastis.
Meskipun semua orang tahu ular itu
berbisa, hampir tak ada yang memikirkan bagaimana ini terjadi. Sesungguhnya,
teknologi yang dimiliki hewan untuk membunuh mangsanya dengan racun merupakan
hal yang sungguh mengherankan dan luar biasa. Mereka yang tetap menyangkal
keberadaan Allah tentu tidak akan mampu menjelaskan bagaimana ular memperoleh
kemampuan luar biasa ini. Sistem bisa di mulut ular sangat rumit dan canggih.
Agar sistem ini berfungsi, ular harus memiliki “gigi berbisa” dengan saluran
bisa di dalamnya, dan kelenjar bisa yang terhubung ke gigi tersebut. Ia juga
harus menghasilkan bisa yang sangat kuat untuk melumpuhkan mangsanya, dan
gerakan refleks bisa ini harus bekerja begitu ular menggigit mangsanya. Sistem
multikomponen ini tak dapat berfungsi bila salah satu organ pendukungnya tidak
ada. Andai demikian halnya, ular akan dimangsa hewan yang diburunya.
Kemampuan luar biasa untuk
mendeteksi bau dan perubahan panas ini memperlihatkan betapa alam sangat
terperinci dalam setiap detail desainnya. Inilah peristiwa luar biasa yang
hanya bisa disebut sebagai “keajaiban”. Alam tidak mungkin mampu menciptakan
keajaiban yang “supernatural”. Alam adalah sebuah nama bagi segala keteraturan
di sekeliling manusia. Pencipta alam tentu saja bukan bagian dari alam itu sendiri.
Hukum alam adalah hukum yang ditetapkan Allah, yang mengatur hubungan di antara
semua makhluk ciptaan-Nya.
Menegaskan konsep secara tepat tentu
akan membuka kebenaran sejati. Di sisi lain, membuat konsep yang membingungkan
merupakan ciri-ciri orang yang tidak beriman. Mereka melakukan itu untuk
menyembunyikan kenyataan dan mengingkari fakta penciptaan yang sangat jelas.
Pemangsa Ulung: Bunglon
Lidah
Lidah bunglon
terlipat di dalam mulut seperti akordeon. Di tengah lidahnya terdapat tulang
rawan berujung lancip. Ketika otot-otot bundar pada ujung lidah berkontraksi,
lidah akan terjulur keluar. Ujung lidah ini dilapisi cairan
kental seperti lendir. Saat jarak mangsa cukup dekat, bunglon dengan cepat
menjulurkan lidahnya ke arah mangsa. Berkat ototnya yang berjalinan, lidah yang
kental ini bisa mencapai 1,5 kali panjang tubuh bunglon. Rentang waktu
lidah menempel pada mangsa hingga ditarik kembali ke mulut hanya 0,1 detik.
Penyamaran
Biasanya orang
segera teringat pada bunglon bila berbicara tentang menyamar. Warna bunglon
berubah sesuai dengan warna tempat ia berpijak. Gambar kiri memperlihatkan
motif daun pakis yang tercetak di punggungnya. Perubahan cahaya dan suhu diduga
menyebabkan munculnya motif ini. Namun, bunglon sendiri tidak menyadari
kemampuannya mengubah warna tubuh yang menguntungkan ini. Tubuh bunglon memang
diciptakan untuk secara otomatis mempunyai warna yang sama dengan
sekelilingnya.
Pemangsa Yang Unik: Tumbuhan Venus
Selain
hewan-hewan predator yang dijelaskan sebelumnya, terdapat pula beberapa jenis
tumbuhan yang “memangsa” dengan cara mengagumkan. Salah satunya adalah “Venus”,
tumbuhan yang menangkap dan memakan serangga yang hinggap.
Tumbuhan ini
mendapatkan mangsa dengan cara sebagai berikut: seekor lalat yang sedang
mencari makan tiba-tiba menemukan tumbuhan yang sangat memikat: tumbuhan Venus.
Bentuk tumbuhan ini mirip sepasang tangan yang sedang memegang mangkuk. Yang
membuatnya menarik, selain warnanya yang merah menyala, tumbuhan ini juga
mengeluarkan bau harum yang berasal dari kelenjar di sekitar kelopak. Lalat
terpikat oleh bau harum ini dan mendarat di atas kelopak tanpa ragu. Ketika
bergerak untuk mencari makanan, tanpa sengaja lalat menyentuh bulu-bulu kelopak
yang tampaknya tidak berbahaya. Beberapa saat kemudian, kelopak menutup dengan
cepat. Lalat terjepit kuat di antara dua kelopak tersebut. Tumbuhan Venus mulai
mengeluarkan cairan yang “melarutkan daging” sampai bentuk lalat berubah
menjadi semacam gel. Gel ini kemudian diserap tumbuhan.
Tumbuhan Venus
menangkap lalat dengan kecepatan yang sungguh luar biasa. Kelopak menutup
dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada kecepatan tangan manusia. (Cobalah
menangkap lalat yang hinggap di telapak tangan. Kemungkinan besar Anda akan
gagal, namun tumbuhan ini berhasil melakukannya). Bagaimana tumbuhan yang tidak
memiliki tulang maupun otot ini dapat melakukan gerakan sedemikian cepat?
Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa ada sistem listrik pada tumbuhan Venus. Cara
kerja sistem ini adalah sebagai berikut: gesekan serangga pada bulu kelopak
diteruskan kepada reseptor yang terletak di bawah bulu. Bila gesekan mekanik
ini cukup kuat, reseptor akan mengirimkan sinyal listrik ke seluruh permukaan
kelopak, seperti gelombang air di kolam. Sinyal listrik ini diteruskan menuju
sel-sel penggerak agar kelopak menutup tiba-tiba, dan akhirnya mekanisme
diaktifkan untuk menyerap lalat.
Selain sistem stimulus
pada tumbuhan, sistem mekanisme untuk menutup kelopak juga diciptakan dengan
sempurna. Begitu sel-sel dalam tumbuhan tersebut menerima stimulus listrik,
terjadi perubahan konsentrasi air di dalam sel. Sel-sel kelopak mengeluarkan
air dari tubuh mereka. Peristiwa ini mirip dengan kempesnya sebuah balon.
Sebaliknya, sel-sel di luar kelopak menyerap kelebihan air dan kemudian
mengembang. Proses menutupnya kelopak ini sama persis dengan saat manusia
menggerakkan tangannya; satu otot berkontraksi dan satu otot mengendur.
Lalat yang
terjebak di dalam kelopak sebenarnya menyentuh bulu-bulu kelopak berkali-kali,
menyebabkan sinyal listrik dilepaskan kembali sehingga kelopak menutup lebih
rapat. Sementara itu, kelenjar-kelenjar pencernaan pada kelopak pun mulai
diaktifkan. Akibat stimulus ini, kelenjar-kelenjar itu membunuh serangga dan
melarutkan tubuhnya perlahan-lahan. Jadi, tumbuhan memakan cairan pencernaan
yang telah berubah menjadi hidangan lezat dengan diperkaya protein tumbuhan
tersebut. Pada akhir proses pencernaan, mekanisme yang telah menyebabkan
kelopak tertutup kemudian bekerja kembali secara terbalik untuk membuka
kelopak.
Sistem ini juga
memiliki keistimewaan lain yang menarik: untuk menutup kelopak, bulu-bulu harus
disentuh dua kali berturut-turut. Sentuhan pertama membangkitkan muatan listrik
statis, namun tidak membuat kelopak menutup. Kelopak hanya dapat menutup pada
sentuhan kedua setelah muatan listrik statis mencapai batas tertentu dan
dilepaskan. Dengan mekanisme ganda ini, kelopak tidak akan menutup tanpa
kehadiran mangsa. Misalanya, kelopak tidak akan menutup saat terkena setetes
air hujan.
Sekarang, mari
renungkan sistem yang sangat canggih ini. Keseluruhan sistem harus ada dalam
waktu bersamaan untuk dapat menangkap dan mencerna mangsa. Bila salah satu
komponen sistem tidak ada, berarti tumbuhan itu akan mati. Misalnya, bila tidak
ada bulu di dalam kelopak, kelopak tak dapat menutup karena tidak akan terjadi
reaksi apa pun pada tumbuhan meskipun serangga berjalan bolak-balik di dalam
kelopak. Demikian pula, jika mekanisme menutupnya ada, namun sama sekali tidak
ada kelenjar pencernaan, keseluruhan sistem tidak akan berguna. Singkatnya,
bila salah satu unsur dari sistem ini tidak ada, tumbuhan akan mati.
Tumbuhan Venus,
sejak diciptakan, pasti telah memiliki kemampuan seperti itu. Tumbuhan ini
tentu tidak sekonyong-konyong berubah menjadi pemangsa serangga. Pasti bukan
mantra ajaib “kebetulan” yang membuat tumbuhan ini menjadi pemangsa
profesional.
Hal yang paling
penting adalah pemangsa terampil ini tidak mempunyai kemampuan berpikir. Andai
saja makhluk hidup ini bukan tumbuhan nelainkan hewan, pendukung teori evolusi
mungkin akan mengklaim bahwa hewan tersebut telah mengalami kemajuan dengan
sendirinya karena keterlibatan seluruh “alam”. Akan tetapi, yang dibahas di
sini adalah sistem yang ditemukan pada suatu tumbuhan, makhluk tanpa otak atau
struktur serupa otak, dan tentu saja tidak “sadar”. Tumbuhan itu bahkan tidak
menyadari bahwa yang ia sedang memangsa. Ia juga sudah diciptakan dengan suatu
sistem yang membuatnya mampu mencari makan sendiri tanpa harus susah payah,
sama seperti tumbuhan lainnya.
Sistem
Pertahanan Diri
Hewan pada
gambar di samping bukanlah ular. Ia hanya seekor ulat kecil. Untuk melindungi
diri dari musuh, ia memanfaatkan kemiripannya dengan ular. Ketika diserang
hewan lain, makhluk kecil ini dengan tenang mengarahkan ekornya kepada musuh
dan menggembungkannya. Seketika, seekor “ular” yang mengerikan muncul di
hadapan sang musuh, yang tidak punya pilihan selain lari menyelamatkan diri.
Ekor ulat itu
kelihatan sangat mirip dengan ular. Ekor tersebut bahkan memiliki titik hitam
besar, menyerupai mata ular yang berkilat-kilat. Sebagai hewan yang bergerak
sangat lambat dan mudah dimangsa, ulat itu berhasil lolos dari berbagai
marabahaya berkat kemampuan yang luar biasa ini.
Bagaimana ia
dapat mempunyai kemampuan seperti itu? Pada “desain” yang sangat menakjubkan
ini pasti terdapat jawaban yang memuaskan. Mari kita bahas beberapa skenario
sebagai jawaban atas pertanyaan itu:
Skenario pertama: Di masa
lampau, ulat mencari berbagai macam cara untuk melindungi dirinya dari serangan
musuh. Ia dengan saksama mengamati keadaan sekitarnya. Sampai pada suatu hari,
ia menyadari semua musuhnya takut pada ular. Saat itulah ulat ini memperhatikan
tubuhnya sendiri dan memutuskan untuk membuatnya mirip dengan ular. Namun, kita
tak dapat menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa membuat tubuhnya mirip ular,
bagaimana ia menata penampilan, warna kulit, dan bentuk tubuhnya agar
menyerupai ular. Mari kita anggap bahwa ia “berusaha dengan keras, memaksakan
diri, dan akhirnya berhasil”. Akan tetapi, ia tak punya banyak waktu untuk
“berubah” karena masa hidup ulat sangat pendek; ia akan menjadi kupu-kupu dan
terbang.
Penting
diperhatikan, ulat ini tak akan bisa meninggalkan jejak apa pun saat ia
“mengubah” tubuh, karena ia hanya punya satu kali kesempatan untuk menguji ekor
barunya itu. Bila uji coba pertamanya gagal serta tak dapat mengelabui musuh,
pasti ia akan mati dan ini berarti semua usahanya sia-sia. Tentu saja, ulat ini
juga harus dalam keadaan hidup saat merekonstruksi ulang tubuhnya. Namun, ia
sedang beruntung, sehingga tidak berhasil dimangsa musuh. Pada akhirnya, ulat
ini mampu menyelesaikan misinya dan “membuat” ekornya tampak seperti ular.
Skenario kedua: Pohon, bunga, serangga, langit,
air, hujan, matahari, dan seluruh kekuatan yang tersebar di permukaan bumi
bersatu untuk membentuk suatu sistem bagi diri mereka sendiri dan dengan mudah
merekayasa ekor ulat tersebut di dalam sistem ini!
Skenario ketiga: Kekuatan besar
bernama “kebetulan” telah menambahkan ekor berbentuk ular kepada si ulat, sama
halnya kekuatan itu memberikan berbagai hal kepada makhluk hidup lain.
Semua orang
pasti bisa melihat kerancuan ketiga skenario yang semuanya berdasarkan teori
evolusi: ulat bukanlah perancang yang tanggap dan peka, dan bumi bukanlah
sistem yang mempunyai kemampuan untuk merancang dan menciptakan sesuatu. Dengan
kata lain, tidak ada satu makhluk hidup pun yang mampu membuat tubuhnya memiliki
kemampuan khusus atau mengubah dirinya menjadi spesies lain. Juga tak ada
mekanisme apa pun di luar makhluk tersebut yang mampu melakukan hal demikian.
(Masalah ini dibahas lebih lanjut pada bab Teori Evolusi).
Mereka yang
menganggap alam sebagai suatu mesin yang hebat dan percaya bahwa hal-hal luar
biasa yang disebut “kejadian alamiah”, “keajaiban alam”, “sifat-sifat alam”,
dan lain-lain, mengetahui betul bahwa yang mereka maksud dengan “alam” adalah
udara, air, bumi, pohon, bunga dan serangga; singkatnya, seluruh isi dunia dan
tata surya yang didiami bumi kita. Orang pasti tertawa kalau ada yang menyebut
bahwa semua makhluk hidup “diciptakan oleh dunia” atau “diciptakan oleh bumi”.
Meskipun demikian, propaganda yang menggunakan kata “alam kosmos” (cosmic nature)
membuat orang memandang alam sebagai makhluk yang “sadar”. Kita tidak boleh
lupa bahwa alam adalah suatu sistem yang luar biasa teratur dan sempurna, dan
bukan pencipta dan pemberi rahmat yang abadi. Allah adalah pencipta makhluk
hidup di bumi dan seluruh makhluk terus hidup bersama segala kemampuan yang
diberikan oleh Allah kepada mereka.
Dalam bab ini,
kita akan mengulas sistem pertahanan diri pada beberapa jenis hewan di alam.
Untuk itu perlu diperhatikan suatu hal: sebagian besar proses di alam berdasarkan
pada hubungan yang terus-menerus antara pemangsa dan mangsanya. Hubungan ini
berada pada keseimbangan yang begitu halus, sehingga selama jutaan tahun,
jutaan spesies telah memangsa spesies lainnya, namun tidak ada satu spesies pun
yang lenyap. Bila satu spesies penting dalam rantai makanan itu punah, akan
timbul kekacauan yang luar biasa. Sebagai contoh, bila trenggiling punah,
jumlah semut akan meledak dan menyerbu daerah yang luas dalam waktu singkat.
Bila tak ada
campur tangan manusia, hubungan mangsa-pemangsa di antara makhluk hidup terjadi
dalam suatu keselarasan yang apik. Bagian terpenting dalam sistem yang menjaga
kekalnya keseimbangan ini adalah mekanisme memangsa atau berburu dan mekanisme
pertahanan diri pada hewan. Pada bab terdahulu terlihat bahwa beberapa jenis
hewan diciptakan dengan kemampuan memangsa yang sangat luar biasa dan kemampuan
itu sudah mereka miliki sejak terlahir ke dunia. Bila alam dipenuhi makhluk
hidup yang berkemampuan demikian agresif, mereka memangsa secara berlebihan.
Akibatnya, hewan-hewan mangsa menjadi punah. Bila mangsa punah, pemangsa akan
kelaparan dan alam akan berakhir dalam kehancuran.
Namun, masalah
ini telah diatasi dengan sistem yang diciptakan Allah. Sebagaimana pemangsa
dilengkapi dengan sistem memangsa yang sempurna, mangsa pun dilengkapi dengan
sistem pertahanan diri yang sempurna. Kemampuan kedua belah pihak itu saling
menyeimbangkan. Selain itu, kemampuan luar biasa ini memberi kesempatan bagi
manusia untuk mengenal kekuatan, kebijaksanaan, dan pengetahuan yang tiada
batasnya dari Allah, Sang Maha Pencipta.
Setiap makhluk
hidup diciptakan dengan kemampuan yang berbeda-beda untuk mempertahankan diri.
Ada makhluk hidup yang sangat tangkas; mereka mampu menyelamatkan diri dengan
berlari. Ada yang tidak dapat bergerak, tetapi dilindungi tameng yang kuat. Ada
yang mempunyai kemampuan menakuti-nakuti musuh, misalnya ulat yang telah
dijelaskan sebelumnya. Ada yang bertahan dengan cara mengeluarkan gas racun,
gas yang menghanguskan, atau gas berbau pada musuhnya. Ada pula yang
bertahan dengan cara pura-pura mati, ataupun menyamar.
Pada halaman
berikut akan diulas beberapa contoh sistem pertahanan diri yang paling
menakjubkan. Semua ini hanyalah contoh spesifik. Masih banyak makhluk hidup
yang dianugerahi beragam sistem pertahanan diri yang tak dapat dibahas satu
persatu di sini, dan beberapa di antaranya belum ditemukan oleh manusia.
Seluruh sistem ini menyingkapkan bahwa tak ada “kekurangan keseimbangan” dalam
alam semesta ciptaan Allah dan bahwa kekuasaan, kebijaksanaan, dan
pengetahuan-Nya tidak terbatas. Allah menjelaskannya dalam Al Quran:
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah
sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” (Al Mulk: 3-4)
Berpura-Pura Mati Atau Terluka
Kebanyakan predator lebih menyukai hewan hidup
sebagai mangsa. Bangkai tidak begitu disukai. Kecenderungan ini membentuk dasar
untuk sistem pertahanan diri pada sebagian hewan.
Ngengat Harimau
pun berpura-pura mati. Namun, ia masih memiliki taktik lain. Ketika ngengat ini
jatuh rebah ke tanah, akan tampak sisi tubuhnya berwarna oranye. Warna cerah
ini merupakan peringatan bagi pemangsa bahwa rasa ngengat itu tidak enak. Tidak
diragukan lagi, seekor ngengat tak mungkin mempunyai kecerdasan untuk menemukan
taktik ini dan mengubah warna tubuhnya menjadi warna yang diartikan musuh
sebagai “pahit”. Ngengat ini telah diciptakan mempunyai kemampuan menarik
seperti ini.
Ular Hognose
melindungi dirinya dengan cara berpura-pura mati. Mukanya dihadapkan ke atas,
mulutnya dibuka, dan ia tidak bergeming sedikit pun layaknya seekor ular mati.
Untuk
mengalihkan perhatian musuh yang mengincar anaknya, Rain Bird menurunkan salah
satu sayapnya seolah-olah patah. Ia menarik perhatian musuh dengan cara
menyeret sayapnya ke tanah seolah-olah terluka. Ia membiarkan musuh
mengikutinya sampai sarangnya benar-benar aman. Setelah yakin bahwa musuh telah
cukup jauh dari sarangnya, burung itu berhenti berpura-pura dan segera terbang
kembali ke anak-anaknya.
Oposum ini
diciptakan dengan kemampuan untuk melindungi diri dengan cara berpura-pura mati.
Pemangsa akan berpikir bahwa Oposum sudah menjadi bangkai, dan tidak
mempedulikannya. Penyamaran ini begitu sempurna hingga denyut jantungnya
melambat, bahkan hampir berhenti. Kemampuan melambatkan denyut jantung ini
tentu sudah ada pada saat ia diciptakan, bukan keahlian yang diperolehnya
kemudian.
Senjata Kimiawi
Beberapa jenis
makhluk hidup mampu menghasilkan senyawa kimia yang sangat kompleks di dalam
tubuhnya. Manusia membutuhkan teknologi dan tingkat ketelitian laboratorium
yang sangat tinggi untuk membuatnya, tetapi hewan-hewan tersebut mampu
menghasilkan zat kimia tersebut dengan mudah. Beberapa contoh di antaranya:
Kumbang Penyemprot
Hewan pada
gambar di bawah ini adalah “Kumbang Penyemprot”. Ia memiliki
mekanisme pertahanan yang berbeda dengan hewan lain. Bila terancam bahaya,
campuran dua zat kimia (hidrogen peroksida dan hidrokuinon) yang sebelumnya
disimpan di “organ penyimpan” dipindahkan ke “organ semprot”. Dengan bantuan
efek pemercepat enzim katalis khusus (peroksidase) yang disekresikan dinding
“ruang semprot”, campuran zat kimia itu berubah menjadi senjata kimia
menakutkan bersuhu 100°C. Jika
terbakar semprotan cairan zat kimia mendidih yang disemprotkan dengan tekanan
tinggi tersebut, musuh yang akan panik dan urung memangsa.
Bagaimana serangga ini memiliki
mekanisme pertahanan serumit ini? Mustahil ia “sendiri” yang ini telah
mengembangkannya.
Bagaimana mungkin seekor kumbang dapat
membuat rumus dua macam zat kimia yang meledak jika bercampur? Kalaupun ia
mampu membuatnya, bagaimana ia bisa menghasilkan dan menyimpan keduanya di
dalam tubuhnya? Andaipun kumbang tersebut dapat melakukannya, bagaimana ia
membentuk ruang penyimpanan dan ruang semprot di dalam tubuhnya untuk kedua zat
ini? Bahkan bila semua kemampuan ini telah dimiliki, bagaimana ia menentukan
rumus zat katalis yang dapat mempercepat reaksi kedua zat kimia tersebut?
Kumbang juga harus menyekat dinding ruang ledak dan dinding saluran untuk
menyemprotkan campuran zat tersebut dengan bahan tahan api agar dirinya tak ikut
terbakar.
Sistem yang
diperlihatkan kumbang ini bahkan tak dapat dilakukan manusia, kecuali ahli
kimia. Dan tentu saja, ahli kimia itu tidak melakukannya di dalam tubuhnya
sendiri, melainkan di laboratorium!
Tentu tak masuk
akal menganggap kumbang ini sebagai ahli kimia dan perancang yang menakjubkan,
sehingga mampu mengatur tubuhnya sendiri sesuai dengan reaksi yang timbul.
Jelas, kumbang melakukan sistem pertahanan dirinya sebagai refleks, tanpa
menyadari akibatnya. Di alam, tak ada satu pun makhluk yang memiliki kekuatan
dan kearifan sedemikian tinggi. Manusia pun tak mampu menciptakan makhluk
seperti itu. Jangankan menciptakan makhluk yang kompleks, membuat satu protein
pun—salah satu zat kimia paling sederhana yang mendasar bagi kehidupan—tak ada ilmuwan
yang mampu, meskipun contoh-contoh protein sudah ada di tangan mereka.
Sudah jelas
bahwa sosok yang mempunyai ilmu dan kekuasaan yang demikian agung—yakni
Allah—adalah pencipta hewan ini. Kumbang penyemprot hanyalah satu di antara
jutaan makhluk ciptaan Allah, dan merupakan contoh kekuasaan Allah yang tak
terbatas dan tiada bandingannya.
Arsitek-Arsitek Yang Mengagumkan
Pada bagian
sebelumnya telah dibahas kemampuan lebah madu yang mengagumkan. Koloni lebah
madu membangun pada arsitektur sarang yang menakjubkan, menjalankan rencana
yang rumit dan cerdik, beserta melaksanakan tugas-tugas secara otomatis, yang
bahkan sulit dilakukan manusia.
Sebagaimana
telah dijelaskan, lebah mampu melakukan pekerjaan yang luar biasa berat ini
bukan karena mereka lebih pandai dari manusia, melainkan karena lebah telah
diilhami untuk melakukannya. Kalau tidak, mustahil ribuan lebah yang tidak
berakal mampu menyelesaikan tugas berat dan rumit seperti ini, yang membutuhkan
kontrol serta pengawasan terpusat.
Namun, di alam
ini lebah bukanlah satu-satunya “arsitek” hebat. Pada halaman-halaman
berikutnya akan dijelaskan hewan-hewan lain yang mampu menyelesaikan konstruksi
yang rumit dan sulit dengan keterampilan tinggi sebagaimana koloni lebah.
Hewan-hewan ini, seperti halnya lebah, menggunakan pengetahuan yang
“diilhamkan” kepada mereka untuk mendirikan bangunan mengagumkan dengan dibantu
kemampuan khusus telah mereka miliki sejak diciptakan.
Dari banyak
arsitek alam yang hebat di muka bumi ini, orang akan langsung teringat kepada
berang-berang. Hewan ini membangun rumahnya di tengah kolam diam, yang dibangun
dengan cara membendung sungai.
Berang-berang
membuat bendungan untuk menghalangi aliran sungai, sehingga terbentuk sebuah
kolam diam tempat mereka membangun sarang. Untuk membendung sungai,
pertama-tama mereka mendorong batang pohon besar ke dasar sungai. Mereka lalu
menumpukkan batang-batang pohon yang lebih kecil di atasnya. Akan tetapi, masih
ada masalah yang mereka hadapi, yakni arus sungai yang dapat menghanyutkan
tumpukan cabang-cabang tersebut. Jika bendungan itu tidak tertanam kuat di
dasar sungai, air akan segera menghancurkannya. Jalan terbaik untuk mencegah
hal ini adalah menancapkan pancang pada dasar sungai, kemudian membangun
bendungan di atasnya. Untuk itu, berang-berang menggunakan pancang-pancang
besar sebagai dinding penopang utama. Berang-berang tidak repot-repot
menancapkan pancang tersebut ke dasar sungai; mereka menguatkan kedudukan
pancang dengan menimpanya dengan batu. Langkah terakhir, mereka merekatkan
tumpukan cabang-cabang pohon dengan adukan khusus dari tanah liat dan daun-daun
kering. Adukan
ini kedap-air dan tahan terhadap efek korosif air.
Bendungan tersebut menahan air
dengan sudut tepat 45o. Ini menunjukkan berang-berang tidak secara
sembarangan meletakkan cabang-cabang pohon di aliran sungai, tetapi menyusunnya
dengan hati-hati dan terencana. Menariknya, semua bendungan di PLTA
modern pun dibuat dengan sudut yang sama. Berang-berang juga tidak ceroboh
membendung seluruh badan sungai. Mereka tetap menjaga permukaan air pada
ketinggian yang dikehendaki dan membuat saluran-saluran khusus untuk
mengalirkan air yang berlebih.
Berang-berang
dilengkapi bentuk-bentuk yang dirancang khusus untuk membuat sarang.
Alat yang paling penting baginya
adalah gigi. Ia membangun dam dari dahan-dahan pohon yang digigitnya
hingga runtuh. Secara alamiah, gigi akan aus, terkikis dan rusak bila digunakan
terus-menerus. Jika ia tidak diperlengkapi dengan sistem khusus untuk tugas
tersebut, berang-berang akan segera kehilangan giginya dan mati kelaparan.
Namun,
sebagaimana telah dijelaskan, setiap permasalahan hewan telah diselesaikan sejak
awalnya. Empat gigi depannya, yang digunakan untuk menggigit pohon, ternyata
terus tumbuh sepanjang hidupnya. Bagaimana gigi berang-berang bisa mempunyai
kemampuan seperti itu? Apakah berang-berang memutuskan untuk menumbuhkannya
setelah melihat giginya rusak? Apakah gigi berang-berang pertama yang membangun
dam mendadak tumbuh? Jelaslah, hewan ini telah diciptakan dengan keistimewaan
tersebut. Ini terlihat dari kenyataan bahwa panjang gigi belakangnya senantiasa
tetap. Bila semua gigi-geligi berang-berang tumbuh terus, gigi belakang yang
tidak aus akan memenuhi rahang dan membuat mulut tak dapat digunakan lagi. Akan
tetapi, hanya empat buah gigi depan yang tumbuh terus-menerus, yaitu yang
digunakan untuk menggigiti pohon.
Selain gigi, banyak bagian tubuh
lain yang juga telah diciptakan secara khusus untuk mendukung aktivitasnya.
Hewan ini memiliki selaput khusus untuk melindungi mata pada saat bekerja di
bawah air, katup untuk mencegah air masuk ke hidung dan telinga, kaki belakang
yang lebar untuk membantu bergerak di dalam air, serta ekor yang pipih, lebar,
dan keras. Inilah beberapa keistimewaan yang dimiliki berang-berang sejak
diciptakan.
Menara Rayap
Reputasi rayap
di antara para arsitek alam sudah tak diragukan lagi. Rayap, yang sangat mirip
dengan semut, hidup dalam sarang terbuat dari tanah yang amat mengagumkan.
Tinggi sarang rayap bisa mencapai enam meter, dan lebarnya bisa mencapai dua
belas meter. Yang paling menarik, hewan ini ternyata buta.
Bahan pembangun
sarang adalah “adonan” keras yang dibuat rayap pekerja dengan mencampurkan
tanah dengan air liurnya. Yang paling luar biasa dari seni konstruksi sarang
rayap adalah pasokan udara yang kontinu, sehingga suhu dan kelembapan di
dalamnya relatif tetap. Dinding yang tebal dan keras pada sarang rayap ini
melindungi bagian dalam dari panas di luar sarang. Sirkulasi udara diatur
dengan membuat terowongan khusus pada sisi dinding sebelah dalam. Sementara
itu, pori-pori yang terdapat pada dinding berfungsi untuk menyaring udara.
Untuk oksigen
yang dibutuhkan koloni rayap yang menghuni sarang berukuran sedang, diperlukan
1500 liter udara tiap harinya. Bila udara langsung masuk ke dalam sarang, suhu
di dalam sarang akan naik dan membahayakan rayap. Namun, rayap telah melakukan
upaya pencegahan, seakan-akan tahu bahaya yang akan menimpa mereka.
Mereka membuat
ruangan-ruangan bawah tanah yang lembap sebagai perlindungan dari panas yang
berlebihan. Spesies-spesies rayap di Gurun Sahara menggali saluran irigasi
sedalam empat puluh meter agar uap air dari bawah bisa mencapai sarang. Dinding menara yang tebal membantu
mempertahankan kelembapan di bagian dalam.
Pengaturan suhu, seperti halnya
pengaturan kelembapan, dilakukan dengan sangat sakama. Udara luar melewati
terowongan sempit di permukaan sarang, masuk ke dalam ruangan lembap, dan
mencapai ruangan luas di puncak sarang. Di sana, udara menghangat akibat panas
dari tubuh serangga, lalu naik. Jadi, sirkulasi udara yang selalu diawasi oleh
koloni rayap pekerja ini menggunakan hukum fisika sederhana.
Di bagian luar sarang terdapat
saluran dan atap yang dibuat dengan kemiringan tertentu untuk mencegah masuknya
air.
Bagaimana makhluk hidup ini, yang
otaknya lebih kecil dari satu milimeter kubik dan tak memiliki indra penglihat,
membangun konstruksi yang begitu rumit?
Karya rayap ini merupakan hasil
kerja kolektif. Anggapan bahwa “rayap menggali terowongan secara terpisah, yang
secara kebetulan saling sesuai”, sama sekali tidak masuk akal. Namun, dari sini
timbul pertanyaan: bagaimana hewan ini bekerja dengan selaras, melaksanakan
tugas yang rumit ini? Padahal, bila manusia akan membangun gedung, seorang
arsitek terlebih dahulu membuat gambar rancangan yang dibagikan kepada buruh,
kemudian proses pembangunan diatur di tempat kerja. Lalu bagaimana mungkin rayap,
yang tak berkomunikasi satu sama lain, bahkan buta, mampu menangani suatu
pekerjaan besar dalam keselarasan?
Sebuah percobaan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
Pada percobaan ini, pertama-tama
sarang rayap yang masih dibangun dibagi menjadi dua. Selama pembangunan sarang,
dua kelompok rayap dijaga agar tidak saling berkomunikasi. Hasilnya sangat
mengejutkan. Pada akhir percobaan, yang terjadi bukanlah dua sarang yang
terpisah, namun dua bagian dari satu sarang. Ketika dua bagian ini digabungkan
kembali, semua terowongan dan saluran yang terpisah ternyata tersambung dengan
baik.
Apa penjelasan
atas fenomena ini? Pertama, tidak semua rayap memiliki informasi yang
dibutuhkan untuk membangun sarang secara utuh. Seekor rayap hanya memiliki
informasi tentang bagian yang sedang dikerjakannya saja. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa semua informasi yang lengkap terdapat pada seluruh komunitas
rayap secara keseluruhan. Di sinilah kita menemukan pengetahuan tingkat tinggi.
Pengetahuan seperti itu hanya terdapat pada suatu komunitas yang terdiri atas
individu dari spesies yang sama. Rayap bukanlah satu-satunya contoh yang ada di
alam.
Contoh lain,
ketika terbang secara massal, belalang biasanya menuju arah tertentu. Bila kita
menangkap seekor belalang dari kelompok ini dan meletakkannya di dalam kotak,
ia akan kehilangan arah, menjadi panik dan mencoba terbang ke semua arah. Bila
kita meletakkan kotak tersebut di tengah-tengah kawanan belalang yang sedang
terbang, belalang di dalam kotak kembali menemukan arahnya, dan mulai terbang
ke arah itu, yakni arah kawanan belalang tersebut!
Kesimpulannya,
informasi yang berkaitan dengan organisasi kolektif dan pembagian tugas di
antara mereka hanya akan tampak pada tingkatan kelompok komunal. Infomasi ini
tidak dimiliki secara individu. Dengan kata lain, hewan yang melakukan tugas
kolektif seperti lebah dan rayap tidak mengetahui apa yang harus dilakukan
sebagai individu. Di luar mereka semua, terdapat kekuatan lain yang mengatur
dan menciptakan hasil yang sempurna, dengan memadukan tugas semua anggota
koloni.
Seperti telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, Allah berfirman di dalam Al Quran bahwa
produksi madu adalah hal yang “diilhamkan” kepada lebah. Ini berlaku pula bagi
perilaku rayap dan hewan lainnya.
Tentunya,
segala proses yang menakjubkan ini sudah “diajarkan” pada hewan-hewan dan mereka
diperintahkan untuk melakukan tugas-tugasnya. Manusia memang mampu membangun
gedung-gedung yang menakjubkan, namun hanya setelah menuntut pendidikan
arsitektur bertahun-tahun dan dengan menggunakan berbagai macam alat. Jelas,
hewan yang tidak mempunyai pengetahuan dan akal sebagaimana manusia ini, telah
diciptakan secara khusus untuk melakukan tugasnya masing-masing. Mereka adalah
tanda yang menunjukkan pengetahuan dan kekuasan tak terbatas dari Pencipta
mereka.
Kekaguman dan puja-puji atas adanya keajaiban
arsitektur alam ini tentu bukan ditujukan kepada hewan-hewan ini, namun hanya
kepada Allah yang telah menciptakan mereka dengan kemampuannya masing-masing.
Rahasia Reproduksi Hewan
Makhluk hidup
dapat menjaga kelanjutan generasinya melalui sistem reproduksi yang berfungsi
sempurna. Akan tetapi, manusia dan hewan tidak cukup memiliki sistem reproduksi
saja. Mereka juga memerlukan naluri khusus, yaitu naluri seksual, yang membuat
proses reproduksi menjadi menarik. Bila tidak, kebanyakan hewan tidak akan
mencoba melakukannya meski mempunyai kesempatan untuk bereproduksi. Demikian
pula, mereka tentu menghindari kegiatan seksual saat menyadari sulitnya
melahirkan, bertelur, dan masa pengeraman.
Dorongan seksual semata juga tidak
akan cukup. Meskipun makhluk hidup berhubungan seksual dan menghasilkan
individu baru, spesies mereka bisa saja punah bila mereka tidak diciptakan
mempunyai naluri untuk melindungi dan merawat anaknya. Bila pasangan induk
tidak memiliki rasa kasih sayang, seperti yang dimiliki sebagian besar makhluk
hidup, suatu spesies bisa saja punah.
Mengenai hal ini, para pendukung
evolusi memperbincangkan “kesadaran untuk memiliki keturunan”. Menurut mereka,
sebagaimana setiap individu berusaha keras melindungi diri sendiri, pasti
mereka juga berusaha mengembangbiakkan spesiesnya. Akan tetapi, nyatanya seekor
hewan tak dapat berpikir, “Generasiku harus terus berlanjut sepeninggal diriku,
jadi aku harus berusaha sebisa mungkin”. Hewan melindungi dan merawat anaknya
bukan karena berharap keuntungan di masa depan, namun karena mereka sudah
diciptakan dengan naluri seperti itu.
Sebaliknya, ada beberapa jenis hewan
yang tidak mempunyai kasih sayang dan bahkan mengabaikan anaknya setelah
dilahirkan. Hewan-hewan ini menghasilkan banyak keturunan setiap melahirkan dan
sebagian anaknya dapat bertahan hidup tanpa perlindungan. Bila jenis hewan ini
mempunyai naluri untuk melindungi anaknya, akan terjadi ledakan populasi
spesies mereka dan akhirnya keseimbangan alam terganggu.
Singkatnya, sistem reproduksi yang
merupakan prasyarat bagi kelangsungan kehidupan ini, merupakan sistem yang
diciptakan Allah. Dia yang menghendaki kehidupan terus berlangsung. Allah
adalah “Pemberi Kehidupan”. Dia yang menciptakan makhluk hidup dan Dia yang
menciptakan keturunannya hadir ke dunia. Semua makhluk hidup dapat hidup
berkat Dia. Mereka berutang nyawa bukan kepada induknya, melainkan kepada Allah
yang telah menciptakan mereka beserta induknya. Allah berfirman
di dalam Al Quran:
“Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu
di bumi ini dan kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.” (Surat Al Mu’minun: 79)
Pada halaman-halaman berikut, kita akan
membahas sistem reproduksi yang dianugerahkan Allah kepada beberapa jenis
makhluk hidup. Mereka menghadapi banyak rintangan dalam menjamin kelanjutan
spesies mereka. Mereka melakukannya bukan karena dapat berpikir dan memutuskan
untuk “menjamin kelangsungan spesies” namun karena rahmat dan kasih sayang yang
Allah curahkan. Hewan-hewan ini hanyalah beberapa contoh makhluk yang memiliki
sistem reproduksi menakjubkan. Pada kenyataannya, sistem reproduksi setiap
makhluk merupakan keajaiban tersendiri.
Khutbah Jumat; Ikhlas dalam beribadah
Penguin: Hewan Yang Diciptakan Sesuai
Iklim Kutub
Di lingkaran
kutub Antartika yang ditempati penguin, suhu dapat mencapai -40°C. Tubuh
penguin diselimuti lapisan lemak tebal, sehingga mereka dapat bertahan hidup di
lingkungan beku tersebut. Selain itu, sistem pencernaan mereka sangat maju,
sehingga dapat menguraikan makanan dengan sangat cepat. Kedua faktor ini
menjaga suhu tubuh penguin pada 40°C, yang membuat
mereka dapat mengabaikan udara dingin.
Semuanya Hanya Untuk Anak Penguin
Penguin mengerami telurnya selama
musim dingin di kutub. Yang mengerami telur bukanlah betina, melainkan yang
jantan. Selain harus melawan suhu dingin yang mencapai -400 C,
pasangan penguin harus menghadapi gletser pada musim ini. Selama musim dingin,
gletser terus meluas, sehingga memperpanjang jarak antara tempat pengeraman dan
laut sebagai sumber makanan terdekat. Jarak tersebut bisa mencapai lebih dari
100 km.
Penguin betina hanya bertelur satu
butir. Telur dierami oleh si jantan, sedangkan si betina kembali ke laut.
Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai kutub yang
terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur, penguin
jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga jauh,
kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah berat
tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun telurnya tak
pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan, penguin jantan
tidak berburu, tetapi menahan laparnya.
Setelah empat bulan, telur mulai
menetas dan penguin betina tiba-tiba muncul kembali. Selama masa tersebut,
penguin betina tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi mencari dan menyimpan makanan
di dalam tubuhnya. Meskipun terletak di antara ratusan penguin lain, penguin
betina dapat dengan mudah menemukan pejantan dan anaknya. Karena sang ibu
selalu berburu di masa pengeraman, perutnya kini penuh. Ia mengosongkan perutnya
dan mengambil alih tugas menjaga si kecil.
Saat musim semi
tiba, gletser mulai mencair. Lubang bermunculan di es, yang
menampakkan laut di bawahnya. Pasangan induk penguin mulai berburu ikan lewat
lubang tersebut dan memberi makan anaknya.
Memberi makan
si bayi adalah tugas sulit. Kadang-kadang pasangan induk tidak makan dalam
jangka waktu lama demi memberi makan sang anak. Sarang juga tidak mungkin
dibuat karena semuanya tertutup oleh es. Satu-satunya cara menjaga anak dari
udara sedingin es adalah meletakkannya di atas kaki mereka dan menghangatkannya
dengan perut mereka.
Bertelur
membutuhkan waktu yang tepat. Mengapa penguin bertelur pada musim dingin dan
bukan musim panas? Salah satu alasannya adalah: bila ia bertelur pada musim
panas, perkembangan anak berlangsung pada musim dingin dan laut saat itu
membeku. Tentu si induk akan kesulitan menemukan dan memberi makan anaknya
akibat cuaca yang ganas dan jauhnya jarak mereka dengan laut, sumber makanan
penguin.
Kanguru: Tokoh Dalam Kisah Kelahiran Yang Luar Biasa
Sistem
reproduksi kanguru sangat berbeda dengan hewan lainnya. Embrio kanguru melewati
beberapa tahap perkembangan di luar rahim, yang biasanya terjadi di dalam
rahim.
Tidak lama
setelah pembuahan, dilahirkan bayi kanguru yang buta, panjangnya satu
sentimeter. Biasanya hanya seekor yang lahir. Pada tahap ini bayi kanguru
disebut neonatus. Sementara embrio semua mamalia melewati tahap ini di dalam
rahim induknya, anak kanguru lahir saat panjangnya baru satu sentimeter.
Neonatus tersebut belum berkembang sempurna: kaki depan belum berbentuk, dan
kaki belakang baru merupakan tonjolan kecil.
Dengan keadaan
seperti itu, neonatus tentu tidak dapat meninggalkan induknya. Setelah keluar
dari rahim, neonatus bergerak memanjat menggunakan kaki depan menyusuri
bulu-bulu tubuh induk dan tiga menit kemudian tiba di kantong induknya. Kantong
induk bagi neonatus sama dengan rahim bagi mamalia lain. Perbedaannya adalah
pada mamalia lain anak terlahir dalam bentuk bayi, sedangkan kanguru masih
berupa neonatus ketika keluar dari rahim. Kaki, muka, dan banyak organ lainnya
belum terbentuk. Neonatus yang telah mencapai kantong, menempelkan dirinya ke
salah satu dari empat puting susu dan mulai menyusu.
Pada tahap ini,
induk kembali mengalami ovulasi dan sel telur terbentuk di dalam rahim. Betina
sekali lagi berkopulasi dengan jantan sehingga sel telur dibuahi. Namun, sel
telur yang dibuahi tidak segera berkembang. Bila wilayah Australia Tengah
mengalami musim kemarau panjang, seperti yang sering terjadi, telur yang
dibuahi tersebut tidak mengalami perkembangan sampai musim kemarau selesai.
Bila musim hujan datang dan padang rumput tumbuh, perkembangan sel telur
dimulai kembali.
Pada tahap ini,
kita menghadapi pertanyaan: siapa yang merencanakan semua ini, siapa yang
mengatur perkembangan telur sesuai kondisi lingkungan? Telur tidak dapat
mengatur dirinya sendiri karena belum sempurna sebagai makhluk hidup, tidak
berakal, dan sama sekali tidak mengetahui kondisi lingkungan di luar. Induk
juga tidak dapat mengatur hal ini karena, seperti makhluk hidup lain, induk
tidak mempunyai kekuasaan atas perkembangan yang terjadi di dalam tubuhnya.
Peristiwa yang luar biasa ini tentu diatur oleh Allah, pencipta induk dan sel
telur.
Apabila cuaca
mendukung, 33 hari setelah pembuahan, neonatus baru yang sebesar biji kacang
merah, merayap dari mulut rahim dan mencapai kantong induknya seperti yang
dilakukan kakaknya.
Sementara itu,
neonatus pertama di dalam kantong telah mengalami pertumbuhan yang nyata. Ia
tumbuh tanpa mengganggu adiknya yang panjangnya hanya satu sentimeter. Setelah
berumur 190 hari, anak kanguru sudah cukup dewasa untuk keluar dari kantong
induknya. Mulai saat itu, anak kanguru menghabiskan sebagian besar waktunya di
luar kantong dan sepenuhnya meninggalkan kantong pada umur 235 hari.
Tak lama
sesudah kelahiran anak kedua, kanguru betina kembali berkopulasi, sehingga
jumlah anak yang menggantungkan hidup pada induk adalah tiga ekor. Anak pertama
sudah dapat makan rumput, namun kadang-kadang kembali ke kantong untuk menyusu;
anak kedua masih berkembang dengan menyusu; anak ketiga, yang terkecil, masih
dalam bentuk neonatus.
Yang mengejutkan adalah bahwa ketiga anak
ini, yang berada dalam tahap perkembangan yang berbeda-beda dan bergantung pada
induknya, masing-masing mendapatkan jenis air susu yang berbeda sesuai dengan
tahap perkembangannya. Pada awal perkembangannya, anak mendapatkan susu yang
bening dan tidak berwarna, kemudian susu berubah putih seperti air susu pada
umumnya. Jumlah lemak dan zat kandungan lain juga bertambah sejalan dengan
perkembangan anak.
Sementara anak pertama mendapatkan susu yang
sesuai dengan kebutuhannya, anak kedua mendapatkan susu yang lebih mudah
dicerna pada puting susu yang lain. Dengan demikian, induk menghasilkan dua
jenis susu sekaligus dengan kandungan zat yang berbeda. Ketika anak ketiga
lahir, susu yang dihasilkan juga menjadi tiga jenis: bergizi tinggi untuk anak
yang lebih tua, gizi dan lemak lebih rendah untuk anak yang lebih muda. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa setiap anak mendapatkan puting susu yang khusus
bagi dirinya. Bila mengisap puting susu yang mengandung zat yang berbahaya
baginya, susu tersebut bisa membahayakan tubuhnya.
Cara pemberian
makan seperti di atas ini memang luar biasa dan jelas merupakan karya cipta
yang unik. Induk kanguru tentu tidak secara sadar mengatur semuanya.
Bagaimana mungkin seekor hewan dapat menentukan kandungan susu yang
berbeda-beda bagi ketiga anaknya? Andaikan bisa, bagaimana ia dapat
menghasilkan ketiga kandungan susu yang berbeda di dalam tubuhnya? Bagaimana
ketiga jenis susu itu disalurkan melalui saluran yang berbeda?
Sudah pasti kanguru tidak mampu
melakukan hal tersebut. Induk kanguru bahkan tidak menyadari bahwa susu yang
dikeluarkan terdiri atas tiga macam. Proses yang sangat mengagumkan ini pasti
hasil dari sifat alamiah yang sudah ada dalam tubuh hewan.
Ibu Macam Apakah Buaya Itu?
Perawatan yang dilakukan buaya,
hewan liar yang hidup di sungai, untuk anaknya ternyata cukup mengejutkan.
Pertama-tama, buaya menggali lubang
sebagai tempat pengeraman telur. Suhu di dalam lubang tak boleh lebih dari 30°C. Kenaikan suhu sedikit saja dapat
mengancam kehidupan embrio di dalam telur. Induk buaya mencegah hal ini dengan
mencari lubang tempat penyimpanan terlur di tempat teduh. Meskipun demikian,
ini mungkin belum cukup. Oleh karena itu, induk buaya juga melakukan upaya lain
untuk menjaga suhu telur selalu konstan.
Beberapa jenis buaya tidak menggali
lubang, tetapi membuat sarang di air dari rumput liar (lihat kiri). Bila suhu sarang
masih naik juga, buaya mendinginkan sarang dengan memercikkan air seni pada
sarang. Ketika telur akan menetas, muncul suara nyaring dari sarang. Suara ini
mengingatkan induk bahwa saat yang dinantikan segera tiba. Induk buaya
mengeluarkan telur dan membantu anaknya keluar dari cangkang telur, menggunakan
giginya sebagai penjepit. Tempat paling aman bagi anak yang baru lahir adalah
kantung pelindung di dalam mulut induknya, yang dirancang khusus untuk memuat
setengah lusin bayi buaya.
Di sini terlihat adanya kerja sama
dan rasa rela berkorban pada hewan. Bagi orang-orang yang mengerti, semua
keselarasan di alam secara jelas menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah, Sang
Maha Pencipta segala yang ada di langit dan di bumi.
Teknologi Pemanfaatan Panas Burung Megapoda
Burung megapoda
yang hidup di Kepulauan Pasifik menyiapkan “mesin pengeram” bagi anak-anaknya.
Selama musim panas, burung ini bertelur sebutir setiap enam hari. Telur
megapoda relatif besar dibandingkan ukuran tubuhnya sendiri, hampir sebesar
telur burung unta. Oleh karena itu, megapoda betina hanya mampu mengerami
satu butir telur. Akibatnya, setiap enam hari, telur yang baru menetas terancam
mati karena kurang mendapatkan panas. Namun, ini bukan masalah bagi mereka
karena megapoda jantan mempunyai keahlian membuat “mesin pengeram” telur,
menggunakan bahan yang paling berlimpah di alam, yaitu pasir dan tanah.
Untuk membuat
“mesin” tersebut, enam bulan sebelum musim bertelur tiba, megapoda jantan mulai
menggali lubang dengan kedalaman satu meter dan diameter lima meter dengan
menggunakan cakarnya yang amat besar. Lubang tersebut diisi dengan rumput liar
dan daun basah. Tujuan utamanya adalah menghangatkan telur dengan menggunakan
panas yang dihasilkan bakteri dalam proses pembusukan tanaman tersebut.
Ada persiapan
lain yang dilakukan agar proses ini dapat berlangsung. Tumbuhan dapat membusuk
dan melepaskan panas karena bentuk corong dari lubang yang dibuat megapoda. Lubang tersebut membuat air hujan
merembes masuk dan menjaga tumpukan dedaunan tetap basah. Kelembapan yang
terjadi membuat proses pembusukan dapat berlangsung di bawah pasir, dan panas
pun dilepaskan. Beberapa saat sebelum musim semi, saat dimulainya musim kering
di Australia, megapoda jantan mulai membuka tumpukan tumbuhan busuk tersebut
agar bersentuhan dengan udara bebas. Hal ini dilakukan untuk menjaga
keseimbangan panas. Burung betina sekali-sekali mengunjungi lubang dan
memeriksa apakah burung jantan melakukan tugasnya atau tidak. Akhirnya, burung
betina bertelur di pasir di atas dedaunan busuk itu.
Megapoda Jantan: Termometer Yang Peka
Agar anak dalam
“mesin pengeram” dapat berkembang baik, suhu harus konstan pada ± 33°C. Untuk
mencapai hal ini, megapoda jantan secara teratur mengukur suhu pasir dengan
paruhnya. Paruh ini sensitif dalam mengukur suhu layaknya
termometer. Bila perlu, megapoda akan membuka lubang ventilasi untuk menurunkan
suhu. Megapoda jantan bekerja dengan amat teliti. Bahkan bila ada beberapa
genggam tanah jatuh menutupi lubang pengeraman, megapoda segera menyingkirkannya
dengan kaki dan mencegah perubahan suhu sekecil apa pun. Di bawah pengaturan
yang ketat inilah telur-telur tersebut menetas. Anak yang baru beberapa jam
menetas dari telur sudah tumbuh demikian baik sehingga dapat langsung terbang.
Bagaimana hewan
ini dapat melakukan tugas seperti itu selama jutaan tahun, padahal manusia pun
tak dapat melakukannya? Karena kita tahu bahwa hewan tidak mempunyai akal
seperti manusia, satu-satunya penjelasan dari fenomena tersebut adalah hewan
ini sudah diprogram dan diciptakan untuk melakukan tugas tersebut. Bila hewan
ini tidak diciptakan dengan kemampuan demikian, sulit dijelaskan bagaimana
hewan ini dapat mempersiapkan segalanya enam bulan sebelumnya, atau mengetahui
hakikat proses kimia yang rumit ini. Pertanyaan lain yang akan muncul adalah
mengapa burung megapoda ini melakukan pekerjaan yang susah ini demi melindungi
telurnya. Jawabannya tersembunyi dalam keinginan untuk berkembang biak dan
melindungi anaknya.
Burung Cuckoo
Tahukah Anda,
burung cuckoo bertelur di sarang burung lain dan memperdaya burung tersebut
untuk merawat anaknya?
Ketika tiba
saatnya bertelur, burung cuckoo betina berpacu dengan waktu. Dengan siaga dan
berjaga, dia bersembunyi di antara dedaunan sambil memata-mati burung lain yang
tengah membangun sarang. Bila dia melihat burung yang dikenalnya tengah
membangun sarang, dia pun memutuskan waktu yang tepat untuk bertelur. Saat
itulah dia menentukan burung yang akan memelihara anaknya.
Burung cuckoo
mulai beraksi ketika melihat burung yang telah dipilihnya bertelur. Begitu
burung tersebut meninggalkan sarang, burung cuckoo terbang ke sarang tersebut
dan bertelur di situ. Setelah itu, dia melakukan hal yang sangat cerdik dengan
membuang salah satu telur pemilik sarang. Kecerdikan ini mencegah munculnya kecurigaan
burung pemilik sarang.
Induk cuckoo
menjalankan strategi yang hebat dengan penentuan waktu yang tepat, sehingga
anaknya dijamin memulai kehidupan yang aman. Dalam satu musim cuckoo betina
bertelur tidak hanya satu, tetapi dua puluh butir. Oleh sebab itu, dia harus
menemukan banyak induk burung untuk memelihara anaknya, memata-matai banyak
induk burung, dan menentukan waktu yang tepat untuk bertelur. Induk cuckoo
bertelur sebutir setiap dua hari, dan setiap telur membutuhkan lima hari untuk
terbentuk di dalam ovarium. Dia tidak memiliki banyak waktu.
Setelah dua belas hari masa
pengeraman, telur menetas. Empat hari kemudian, ketika pertama kali membuka
mata, anak cuckoo melihat induk yang penuh kasih sayang—yang bukan orangtuanya.
Hal pertama yang dilakukannya setelah menetas adalah membuang telur-telur yang
lain dari sarang ketika induknya pergi. Induk yang merawatnya itu memberi makan
anak cuckoo, yang dikiranya anaknya sendiri, dengan hati-hati. Menjelang minggu
keenam ketika anak cuckoo meninggalkan sarang, kita akan melihat pemandangan
menarik, yaitu seekor burung besar diberi makan oleh dua ekor burung kecil.
Marilah kita renungkan, mengapa
induk cuckoo meninggalkan anaknya untuk dipelihara burung-burung lain. Apakah
induk cuckoo terpaksa melakukannya karena malas atau karena tidak cukup cekatan
untuk membangun sarang sendiri? Atau, mungkin dahulu induk cuckoo membangun
sarang dan memelihara anaknya sendiri, tetapi kemudian sadar bahwa semua itu
adalah tugas yang merepotkan, lalu dia menemukan cara ini? Menurut Anda, apakah
seekor burung dapat menyusun sendiri rencana seperti ini?
Perang Antara Tawon
“Pepsis” Dan Tarantula
Selama musim
berkembang biak, berbeda dengan hewan lain, tawon raksasa bernama “pepsis”
tidak mau repot membangun sarang atau mengerami. Oleh alam, tawon pepsis
dilengkapi mekanisme reproduksi yang benar-benar berbeda. Dia memberi makan dan
melindungi telurnya dengan menggunakan laba-laba terbesar dan paling beracun di
dunia, tarantula.
Tarantula
umumnya bersembunyi di terowongan yang digalinya di dalam tanah. Walaupun
demikian, tawon ini dilengkapi dengan sensor khusus yang sensitif untuk mencium
bau tarantula, sehingga menemukan mangsa bukan hal yang sulit baginya. Bagaimanapun, tarantula adalah
makhluk yang jarang ada. Oleh karena itu, terkadang tawon harus berjalan
berjam-jam di tanah untuk menemukan satu tarantula saja. Selama perjalanan ini,
tawon tidak lupa membersihkan sensor secara teratur agar tidak kehilangan
sensitivitasnya.
Ketika tawon berhasil menemukan
tarantula, terjadilah perang antara keduanya. Senjata utama tarantula adalah
racun yang mematikan. Pada awal pertempuran, tarantula segera menggigit tawon.
Akan tetapi, pepsis memiliki penangkal racun istimewa sehingga terlindung dari
racun tarantula. Berkat cairan khusus yang dihasilkan tubuhnya itu, pepsis
tidak terpengaruh oleh racun tarantula yang kuat.
Pada tahap ini tidak ada lagi yang
bisa dilakukan tarantula untuk melawan pepsis. Sekarang
giliran pepsis menyengat. Pepsis menggigit bagian kiri atas perut tarantula dan
memasukkan racunnya di sana. Yang menarik, pepsis secara khusus memilih bagian
tubuh ini karena inilah bagian tubuh tarantula yang paling sensitif. Kejadian
paling menarik dimulai setelah tahap ini: racun pepsis yang dimasukkan ke dalam
tubuh tarantula bukan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan tarantula.
Pepsis membawa
tarantula ke tempat yang sesuai, menggali lubang, dan meletakkan tarantula di
dalamnya. Kemudian pepsis melubangi perut tarantula dan bertelur di dalamnya
sebutir.
Telur pepsis
menetas beberapa hari kemudian. Anak pepsis memakan daging tarantula dan
berlindung dalam tubuhnya hingga masa kepompong tiba. Pada masa itu anak pepsis
mengalami metamorfosis.
Pepsis harus
menemukan tarantula untuk setiap telur dari dua puluh butir yang ditelurkannya
selama masa reproduksi.
Cara yang luar
biasa ini menunjukkan bahwa sistem reproduksi tawon ini secara khusus diciptakan
sesuai dengan sifat alami tarantula. Kalau tidak, sangat sulit dijelaskan
adanya penawar racun tarantula dalam tubuh pepsis, atau cairan yang dihasilkan
pepsis untuk melumpuhkan tarantula.
“Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa
yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.”
(Surat asy-Syu’ara: 28)
Migrasi Burung
Di dalam Al Quran, Allah berfirman
agar kita memperhatikan burung, seperti dalam ayat, “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan
dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara)
selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat segala
sesuatu.” (Surat al-Mulk: 19). Pada bab ini, kita akan secara khusus
membahas burung migran; kita akan melihat keseimbangan yang diciptakan
burung-burung ini saat mereka mengarungi angkasa, sistem tubuh yang diberikan
kepada mereka, dan perhatian khusus pada kekuasaan Allah yang menjaga mereka “di
angkasa”.
Bagaimana Burung Menentukan Waktu
Migrasi?
Mengapa dan
bagaimana awalnya burung bermigrasi, serta apa yang membuat mereka memutuskan
untuk bermigrasi telah lama menjadi pusat perhatian. Sebagian ilmuwan
berpendapat bahwa migrasi disebabkan perubahan musim sementara yang lain
percaya bahwa burung bermigrasi untuk mencari makan. Yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana burung-burung ini—tanpa perlindungan, perlengkapan teknis,
atau pengamanan, kecuali tubuh mereka sendiri—dapat melakukan penerbangan yang
sangat jauh. Migrasi membutuhkan keahlian khusus seperti penentuan arah,
cadangan makanan, dan kemampuan untuk terbang dalam jangka waktu yang lama.
Hewan yang tidak memiliki ciri-ciri di atas tidak mungkin dapat berubah menjadi
hewan migran, atau hewan yang melakukan migrasi.
Salah satu
eksperimen yang mengangkat permasalahan ini adalah sebagai berikut: burung
bulbul dijadikan objek penelitian di sebuah laboratorium yang suhu dan
cahayanya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kondisi di dalam laboratorium diatur
sehingga berbeda dengan kondisi di luar laboratorium. Misalnya, bila di luar
musim dingin, kondisi laboratorium dibuat seperti pada musim semi dan burung
menyesuaikan dirinya pada kondisi tersebut. Burung bulbul menumpuk lemak
sebagai sumber energi, seperti yang biasa mereka lakukan menjelang migrasi.
Meskipun burung bulbul mengadaptasikan tubuhnya dengan iklim buatan, dan
menyiapkan diri seakan hendak bermigrasi, mereka tidak berangkat sebelum
waktunya tiba. Mereka mengamati musim di luar. Hal ini merupakan bukti bahwa
burung menentukan waktu migrasi bukan berdasarkan perubahan musim.
Lalu bagaimana
burung menentukan saat untuk bermigrasi? Para ilmuwan masih belum menemukan
jawaban dari pertanyaan ini. Mereka percaya bahwa makhluk hidup memiliki “jam
tubuh” yang membantu mereka mengetahui waktu, bila mereka berada dalam
lingkungan tertutup, dan membedakan perubahan musim. Bagaimanapun, jawaban
bahwa burung memiliki “jam tubuh yang membantu mereka mengetahui saat untuk
melakukan migrasi” adalah jawaban yang tidak ilmiah. Jam seperti apakah itu,
organ tubuh apa yang berinteraksi dengannya, dan bagaimana jam ini muncul di
dalam tubuh? Apakah yang terjadi bila jam ini rusak atau tidak berpengaruh
lagi?
Mengingat
sistem yang sama berlaku tidak hanya untuk seekor burung migran, tetapi juga
untuk semua hewan migran, pertanyaan ini perlu mendapat perhatian.
Sebagaimana
telah diketahui, burung migran tidak memulai perjalanan migrasinya dari tempat
yang sama. Ketika saat bermigrasi tiba, masing-masing burung berada di tempat
yang berbeda. Pada sebagian besar spesies, pertama-tama mereka berkumpul di
tempat tertentu untuk kemudian bermigrasi bersama. Bagaimana mereka melakukan
pengaturan waktu tersebut? Bagaimana “jam tubuh”, yang katanya dimiliki burung,
dapat begitu selaras? Mungkinkah keteraturan sistematis seperti ini dapat
terjadi secara spontan?
Suatu kegiatan yang sudah
direncanakan tidak mungkin berjalan secara spontan. Selain itu, baik burung
maupun hewan migran lain tidak memiliki penunjuk waktu, dalam bentuk apa pun.
Setiap tahun semua hewan migran bermigrasi pada waktu yang telah ditentukan
oleh mereka sendiri, tetapi bukan berdasarkan jam tubuh. Yang disebut sebagian
orang sebagai jam tubuh adalah kekuasaan Allah atas semua makhluk. Hewan migran
mengikuti perintah Allah seperti halnya semua isi alam semesta.
Baca juga:4 Dosa yang dianggap biasa
Penggunaan Energi
Burung
menggunakan banyak energi saat terbang. Oleh karena itu, mereka membutuhkan
lebih banyak sumber energi daripada hewan darat maupun hewan laut. Misalnya,
untuk terbang sejauh 3.000 km antara Hawaii dan Alaska, burung kolibri (yang
memiliki bobot beberapa gram) harus mengepakkan sayap sebanyak 2,5 juta kali.
Meskipun begitu, mereka dapat tetap berada di udara selama 36 jam. Kecepatan
rata-rata selama melakukan perjalanan ini kurang lebih 80 km/jam. Selama
melakukan penerbangan seberat ini, jumlah asam dalam darah bertambah secara
berlebihan, dan burung dapat pingsan akibat suhu tubuh yang meningkat. Beberapa
burung menghindari bahaya ini dengan mendarat. Lalu, bagaimanakah mereka dapat
terbang melintasi lautan yang luas dengan selamat? Berdasarkan pengamatan ahli
burung, dalam keadaan seperti ini, burung mengembangkan sayap selebar-lebarnya,
dan dengan beristirahat dalam keadaan tersebut, suhu tubuhnya turun.
Burung migran
memiliki sistem metabolisme tubuh yang kuat agar dapat melakukan aktivitas yang
berat ini. Misalnya, aktivitas metabolisme pada burung kolibri, burung migran
terkecil, dua puluh kali lebih kuat daripada aktivitas metabolisme gajah. Suhu
tubuh burung dapat naik hingga 62°C.
Baca juga:TAFSIR SURAH AL-‘ADIYAT; “YANG MENYERBU”
Teknik Terbang
Sebagai makhluk
yang diciptakan untuk melakukan penerbangan berat, burung juga dikaruniai
kemampuan untuk memanfaatkan angin guna membantu mereka terbang.
Misalnya,
burung bangau dapat terbang hingga ketinggian 2.000 m dengan mengikuti arus
udara panas, lalu meluncur dengan cepat menuju arus udara panas berikutnya
tanpa harus mengepakkan sayap.
Teknik terbang
lain yang biasa dilakukan sekelompok burung adalah formasi “V”. Pada teknik
ini, burung yang besar dan kuat berada paling depan sebagai perisai melawan
arus udara dan membuka jalan bagi burung lain yang lebih lemah. Dietrich
Hummel, seorang insinyur penerbangan, telah membuktikan bahwa dengan pengaturan
seperti ini, secara umum kelompok tersebut dapat menghemat energi hingga 23%.
Terbang Sangat
Tinggi
Beberapa burung
migran terbang sangat tinggi. Misalnya, angsa dapat terbang pada ketinggian
8.000 m. Ini adalah hal yang luar biasa mengingat pada ketinggian 5.000 m
kerapatan atmosfer berkurang sebanyak 63% dibandingkan pada permukaan laut.
Terbang pada ketinggian dengan atmosfer sangat tipis, burung tersebut harus mengepakkan
sayap lebih cepat dan karenanya harus mendapatkan oksigen yang lebih banyak
pula.
Meskipun demikian, paru-paru burung ini telah
diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat secara maksimal memanfaatkan oksigen
yang tersedia pada ketinggian tersebut. Paru-paru burung, yang berfungsi secara
berbeda dengan paru-paru mamalia, membantu mereka mendapatkan energi yang lebih
besar dari udara yang lebih sedikit.
Indra Pendengaran
Yang Sempurna
Selagi bermigrasi, burung harus memperhatikan
gejala atmosferis. Misalnya, mereka mengubah arah untuk menghindari badai yang
mendekat. Melvin L. Kreithen, ahli burung yang meneliti indra pendengaran
burung, mengamati bahwa beberapa jenis burung dapat mendengar bunyi yang
berfrekuensi sangat rendah, yang tersebar jauh dalam atmosfer. Oleh karena itu,
burung migran dapat mendengar terbentuknya badai di gunung pada kejauhan atau
halilintar di atas samudra yang berjarak ratusan kilometer di depan. Selain
itu, telah diketahui pula bahwa burung dikenal berhati-hati dalam menentukan
rute migrasinya; mereka akan menghindari daerah dengan kondisi atmosfer yang
berbahaya.
Persepsi Arah
Bagaimanakah burung dapat menentukan arah
tanpa bantuan peta, kompas, atau penunjuk arah lain selama penerbangan yang
panjang menempuh ribuan kilometer?
Teori pertama
yang dikemukakan berkenaan dengan pertanyaan tersebut adalah bahwa burung
menghafal karakteristik daratan di bawah mereka, sehingga dapat menemukan
daerah tujuan tanpa kebingungan. Akan tetapi, berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa teori ini tidak benar.
Dalam sebuah
percobaan yang menggunakan burung dara, digunakan lensa buram untuk mengaburkan
penglihatan burung dara. Dengan begitu, mereka tidak dapat menggunakan
tanda-tanda daratan di bawahnya sebagai penunjuk. Meskipun demikian, ternyata
burung dara tetap dapat menemukan jalan mereka meskipun tertinggal beberapa
kilometer dari kelompoknya.
Penelitian
berikutnya menunjukkan bahwa medan magnet bumi berpengaruh terhadap beberapa
spesies burung. Berbagai kajian menunjukkan bahwa tampaknya burung memiliki
sistem reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka menentukan arah
dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu burung menentukan
arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama migrasi. Berbagai
eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat merasakan perbedaan medan
magnet bumi sebesar 2%.
Sebagian orang
berpikir bahwa mereka dapat menjelaskan hal tersebut dengan mengatakan bahwa burung
memiliki semacam kompas di dalam tubuhnya. Pertanyaannya justru ada di sini.
Pertanyaannya
adalah: bagaimanakah burung-burung tersebut dapat diperlengkapi dengan “kompas
alami”? Kita tahu bahwa kompas adalah hasil penemuan manusia. Lalu bagaimanakah
kompas—alat yang dibuat manusia dengan pengetahuan yang dimilikinya—dapat
berada pada tubuh burung? Mungkinkah bertahun-tahun yang lalu, ketika berusaha
menemukan arah, spesies burung memikirkan cara menggunakan medan magnet bumi
untuk menentukan arah dan membuat reseptor magnet pada tubuhnya? Mungkinkah
bertahun-tahun yang lalu spesies burung diperlengkapi dengan mekanisme seperti
ini secara kebetulan? Tentu saja tidak….
Burung tersebut
maupun peristiwa kebetulan tidak mungkin dapat menambahkan kompas yang sangat
maju ke dalam tubuhnya. Struktur tubuh, paru-paru, sayap, sistem pencernaan,
dan kemampuan burung untuk menentukan arah adalah contoh dari ciptaan Allah
yang sempurna:
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Surat al-Hasyr: 24)
“Tidakkah
kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi
dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masingnya telah
mengetahu (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.”(Surat an-Nur: 24)
Perjalanan
Kupu-Kupu Raja Yang Menakjubkan
Kisah
perjalanan migrasi kupu-kupu raja, yang hidup di Kanada bagian tenggara, lebih
rumit daripada migrasi burungm
Kupu-kupu raja
umumnya hidup hanya 5-6 minggu setelah berkembang dari ulat. Dalam setahun
terdapat empat generasi kupu-kupu raja. Tiga dari empat generasi kupu-kupu raja
hidup di musim semi dan musim panas.
Situasi berubah
dengan datangnya musim gugur. Migrasi dimulai pada musim gugur, dan generasi
yang bermigrasi akan hidup jauh lebih lama dari generasi lain yang hidup di
tahun yang sama. Kupu-kupu raja yang bermigrasi adalah generasi yang keempat.
Hal yang cukup
menarik adalah, migrasi dimulai pada malam ekuinoks musim gugur (hari ketika
waktu siang dan malam sama panjang). Kupu-kupu yang bermigrasi ke selatan,
hidup enam bulan lebih lama dibandingkan ketiga generasi sebelumnya. Mereka
membutuhkan waktu hidup yang lebih lama agar dapat bermigrasi dan kembali lagi.
Kupu-kupu yang
terbang ke selatan tidak berpencar setelah melalui garis balik utara (garis
lintang utara 23,30°) dan meninggalkan udara dingin. Setelah bermigrasi
melintasi setengah benua Amerika, jutaan kupu-kupu itu mendiami bagian tengah
Meksiko. Di daerah ini jajaran gunung berapi dipenuhi bermacam-macam jenis
tumbuhan. Bertempat di ketinggian 3.000 m, tempat ini cukup hangat bagi
kupu-kupu. Selama empat bulan, dari Desember hingga Maret, kupu-kupu tidak
memakan apa pun. Mereka hanya minum air selama cadangan lemak tubuh mereka
masih mencukupi sebagai sumber makanan.
Bunga yang
bermekaran di musim semi cukup penting bagi kupu-kupu raja. Setelah empat bulan
berpuasa, untuk pertama kalinya di musim semi kupu-kupu mengadakan pesta
nektar. Setelah itu, mereka memiliki cadangan energi yang cukup untuk kembali
ke Amerika Utara. Selain waktu hidupnya yang dua bulan diperpanjang menjadi
delapan bulan, generasi ini tidak berbeda dengan tiga generasi sebelumnya.
Mereka kawin di akhir Maret sebelum memulai perjalanannya. Pada saat ekuinoks,
kelompok kupu-kupu akan terbang kembali ke Utara. Begitu mereka menyelesaikan
perjalanannya dan tiba di Kanada, mereka mati. Namun, sebelum mati, mereka
bertelur untuk menghasilkan generasi baru, yang penting bagi kelangsungan
spesiesnya.
Generasi yang
baru lahir adalah generasi pertama pada tahun tersebut dan hidup selama 1,5
bulan. Generasi ini akan diikuti oleh generasi kedua dan ketiga. Ketika datang
generasi keempat, migrasi kembali berulang. Generasi ini akan hidup enam bulan
lebih lama daripada generasi sebelumnya, dan rantai ini akan terus berlanjut
dengan cara yang sama.
Sistem yang
sangat menarik ini menimbulkan banyak pertanyaan: bagaimanakah generasi keempat
dari empat generasi kupu-kupu dapat hidup enam bulan lebih lama? Bagaimanakah
waktu hidup generasi ini selalu bertepatan dengan musim dingin dan berlangsung
selama ini selama beribu-ribu tahun? Bagaimanakah kupu-kupu selalu memulai
migrasi pada saat ekuinoks, dan bagaimanakah mereka bisa begitu sensitif
terhadap panjang waktu siang dan malam? Apakah mereka menggunakan kalender
untuk menentukan saat migrasi?
Pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh teori
evolusi maupun variasi lain dari teori tersebut. Kupu-kupu ini telah memiliki
karakteristik istimewa tersebut sejak mereka diciptakan. Jika saja generasi
keempat kupu-kupu raja yang pertama ada di bumi tidak memiliki karakteristik
untuk hidup lama, semua kupu-kupu tersebut akan mati selama musim dingin dan
hewan ini akan punah.
Kupu-kupu raja tentunya telah memiliki
karakteristik yang luar biasa ini semenjak mereka diciptakan. “Peristiwa
kebetulan” tidak mampu mengatur generasi hewan berdasarkan migrasi. Selain itu,
tidak mungkin kupu-kupu dapat memutuskan agar generasi keempatnya dapat hidup
lebih lama, dan mengatur metabolisme, DNA, dan gen mereka sesuai dengan
kebutuhan tersebut.
Jelas bahwa kupu-kupu raja diciptakan dengan
keistimewaan-keistimewaan tersebut.
Alam Dan Teknologi
Setiap hari manusia membuat kemajuan
di bidang teknologi, yang menghasilkan produk dan desain yang menakjubkan. Umat
manusia dapat merancang dan membuat produk baru dengan kemampuan yang Allah
berikan kepada mereka. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus; manusia
tidak berhak bersikap sombong atau arogan karena semua kemampuan tersebut
adalah pemberian Allah.
Alam adalah salah satu bukti
anugerah Allah. Orang-orang yang memperhatikan sekelilingnya akan melihat bahwa
Allah telah memberi alam keajaiban-keajaiban yang tak terhitung jumlahnya. Di
mana pun, setiap makhluk hidup, dari tumbuhan hingga hewan, di darat maupun di
laut, diperlengkapi dengan keistimewaan yang menakjubkan. Bab ini akan
menghadirkan contoh-contoh makhluk hidup yang boleh dibilang memiliki
teknologi. Bab ini bertujuan memperlihatkan bahwa hal-hal yang disangka manusia
adalah hasil pencapaian keahlian mereka sebenarnya sudah lama ada di alam, dan
untuk mengingatkan bahwa tidak pada tempatnya manusia menyombongkan diri.
Sebagian rancangan yang dibuat
manusia sebagai hasil penelitian, kerja keras, dan perkembangan teknologi
selama bertahun-tahun, ternyata sudah ada di alam selama berjuta-juta tahun.
Para ilmuwan, yang menyadari hal ini, lama mengamati dan belajar dari alam dan
menggunakan hasil pengamatan tersebut dalam temuannya. Mereka mulai
mengembangkan model baru dengan mengambil contoh dari alam. Mereka menyadari
ada perbedaan besar antara teknik yang mereka gunakan dan teknik yang sempurna
di alam. Hal ini membawa mereka pada keyakinan adanya Pemilik Kebijaksanaan
yang mengatur alam semesta. Mereka memahami bahwa semua kepelikan yang ada di
alam tidak mungkin terbentuk secara kebetulan. Pemilik dari kebijaksanaan, yang
keberadaannya telah mereka terima melalui ilmu pengetahuan, tak lain adalah
Allah, yang Memelihara surga dan bumi.
Misalnya, setelah para ilmuwan
mempelajari tentang lumba-lumba, tonjolan haluan kapal yang awalnya berbentuk
“V” diubah menjadi tonjolan yang disebut “moncong lumba-lumba”. Para perancang
mengetahui bahwa struktur moncong lumba-lumba sangat ideal untuk menyeruak di
air secara hidrodinamis. Tidak diragukan lagi, tak hanya moncong, tetapi
seluruh ciri-ciri lumba-lumba adalah ideal karena masing-masing ciri adalah
ciptaan Allah, sang “Pencipta” (Surat
al-Hasyr: 24)
Pada bab ini kita akan meninjau
berbagai model, yang dibuat para perancang dengan mencontoh apa yang ada di
alam, seperti halnya pada lumba-lumba. Kita akan melihat ciptaan Allah yang
sangat menakjubkan. Semua keistimewaan makhluk hidup adalah rancangan yang
menakjubkan, dan sangat penting agar kita menyadari kekuasaan Allah. Semua
keistimewaan yang diungkapkan pada bagian ini telah ada sejak berjuta-juta
tahun, yaitu sejak mereka diciptakan. Manusia baru mampu meniru sebagian
keistimewaan tersebut semenjak beberapa abad belakangan ini. Bagi orang-orang
yang dapat melihat bukti-bukti kekuasaan Allah, semua yang ada di alam
diberkahi dengan keistimewaan tertentu. Seperti dalam ayat:
“...untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap
hamba yang kembali (mengingat Allah).” (Surat
Qaf: 8)
“Dia Pencipta langit dan bumi … Dia menciptakan segala
sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang)
demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta
segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”
(Surat al-An’am: 101-102)
Baca juga:Mengapa anak menjadi ‘nakal’?