Oleh karena itu, ketenangan dan kedamaian
jiwa sangat diperlukan dalam hidup ini yang terasa kian berat dihadapinya. Itu
sebabnya, setiap orang ingin memiliki ketenangan jiwa. Dengan jiwa yang tenang
kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Untuk bisa menggapai ketenangan jiwa, banyak
orang yang mencapainya dengan cara-cara yang tidak Islami, sehingga bukan
ketengan jiwa yang didapat tapi malah membawa kesemrawutan dalam jiwanya itu. Untuk itu, secara tersurat, Al-Qur'an
menyebutkan beberapa kiat praktis.
1. Dzikrullah.
Dzikir kepada Allah SWT
merupakan kiat untuk menggapai ketenangan jiwa, yakni dzikir dalam arti selalu
ingat kepada Allah dengan menghadirkan nama-Nya di dalam hati dan menyebut
nama-Nya dalam berbagai kesempatan. Bila seseorang menyebut nama Allah, memang
ketenangan jiwa akan diperolehnya. Ketika berada dalam ketakutan lalu berdzikir
dalam bentuk menyebut ta'awudz (mohon perlindungan Allah), dia menjadi tenang.
Ketika berbuat dosa lalu berdzikir dalam bentuk menyebut kalimat istighfar atau
taubat, dia menjadi tenang kembali karena merasa telah diampuni dosa-dosanya
itu. Ketika mendapatkan kenikmatan yang berlimpah lalu dia berdzikir dengan
menyebut hamdalah, maka dia akan meraih ketenangan karena dapat memanfaatkannya
dengan baik dan begitulah seterusnya sehingga dengan dzikir, ketenangan jiwa
akan diperoleh seorang muslim, Allah berfirman yang artinya: (yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram (13:28).
Untuk mencapai ketenangan
jiwa, dzikir tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut nama Allah, tapi juga
dzikir dengan hati dan perbuatan. Karena itu, seorang mu'min selalu berdzikir
kepada Allah dalam berbagai kesempatan, baik duduk, berdiri maupun berbaring.
2. Yakin Akan
Pertolongan Allah.
Dalam hidup dan
perjuangan, seringkali banyak kendala, tantangan dan hambatan yang harus
dihadapi, adanya hal-hal itu seringkali membuat manusia menjadi tidak tenang
yang membawa pada perasaan takut yang selalu menghantuinya. Ketidaktenangan
seperti ini seringkali membuat orang yang menjalani kehidupan menjadi berputus
asa dan bagi yang berjuang menjadi takluk bahkan berkhianat.
Oleh karena itu, agar
hati tetap tenang dalam perjuangan menegakkan agama Allah dan dalam menjalani
kehidupan yang sesulit apapun, seorang muslim harus yakin dengan adanya
pertolongan Allah dan dia juga harus yakin bahwa pertolongan Allah itu tidak
hanya diberikan kepada orang-orang yang terdahulu, tapi juga untuk orang
sekarang dan pada masa mendatang, Allah berfirman yang artinya: Dan Allah tidak
menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi
(kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah
dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (3:126, lihat juga QS 8:10).
Dengan memperhatikan
betapa banyak bentuk pertolongan yang diberikan Allah kepada para Nabi dan
generasi sahabat dimasa Rasulullah Saw, maka sekarangpun kita harus yakin akan
kemungkinan memperoleh pertolongan Allah itu dan ini membuat kita menjadi
tenang dalam hidup ini. Namun harus kita ingat bahwa pertolongan Allah itu
seringkali baru datang apabila seorang muslim telah mencapai kesulitan yang
sangat atau dipuncak kesulitan sehingga kalau diumpamakan seperti jalan, maka
jalan itu sudah buntu dan mentok. Dengan keyakinan seperti ini, seorang muslim
tidak akan pernah cemas dalam menghadapi kesulitan karena memang pada
hakikatnya pertolongan Allah itu dekat, Allah berfirman yang artinya: Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam
cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman: "bilakah
datangnya pertolongan Allah?". Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat (QS 2:214).
3. Memperhatikan Bukti
Kekuasaan Allah.
Kecemasan dan
ketidaktenangan jiwa adalah karena manusia seringkali terlalu merasa yakin
dengan kemampuan dirinya, akibatnya kalau ternyata dia merasakan kelemahan pada
dirinya, dia menjadi takut dan tidak tenang, tapi kalau dia selalu
memperhatikan bukti-bukti kekuasaan Allah dia akan menjadi yakin sehingga
membuat hatinya menjadi tentram, hal ini karena dia sadari akan besarnya
kekuasaan Allah yang tidak perlu dicemasi, tapi malah untuk dikagumi. Allah
berfirman yang artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah
berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tenang (tetap mantap dengan imanku)".
Allah berfirman: ("kalau begitu) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah, kemudian letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu satu bagian dari
bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (QS 2:260).
4. Bersyukur.
Allah SWT memberikan
kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang amat banyak. Kenikmatan itu harus kita
syukuri karena dengan bersyukur kepada Allah akan membuat hati menjadi tenang,
hal ini karena dengan bersyukur, kenikmatan itu akan bertambah banyak, baik
banyak dari segi jumlah ataupun minimal terasa banyaknya. Tapi kalau tidak
bersyukur, kenikmatan yang Allah berikan itu kita anggap sebagai sesuatu yang
tidak ada artinya dan meskipun jumlahnya banyak kita merasakan sebagai sesuatu
yang sedikit.
Apabila manusia tidak
bersyukur, maka Allah memberikan azab yang membuat mereka menjadi tidak tenang,
Allah berfirman yang artinya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rizkinya melimpah ruah
dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah;
karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan,
disebabkan apa yang selalu mereka perbuat(QS 16:112)
5. Tilawah, Tasmi' dan tadabbur Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah kitab yang berisi
sebaik-baik perkataan, diturunkan pada bulan suci Ramadhan yang penuh dengan
keberkahan, karenanya orang yang membaca (tilawah), mendengar bacaan (tasmi')
dan mengkaji (tadabbur) ayat-ayat suci Al-Qur'an niscaya menjadi tenang
hatinya, manakala dia betul-betul beriman kepada Allah SWT, Allah berfirman
yang artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang baik (yaitu) Al-Qur'an yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhanya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya (QS 39:23).
Oleh karena itu, sebagai mu'min, interaksi
kita dengan al-Qur'an haruslah sebaik mungkin, baik dalam bentuk membaca,
mendengar bacaan, mengkaji dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Manakala interaksi kita terhadap Al-Qur'an sudah baik, maka mendengar bacaan
Al-Qur'an saja sudah membuat keimanan kita bertambah kuat yang berarti lebih
dari sekedar ketenangan jiwa, Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya
orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah
iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS 8:2).
Dengan berbekal jiwa yang tenang itulah,
seorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik, sebab baik dan
tidak sesuatu seringkali berpangkal dari persoalan mental atau jiwa. Karena
itu, Allah SWT memanggil orang yang jiwanya tenang untuk masuk ke dalam surga-Nya,
Allah berfirman yang artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah
hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS 89:27-30).
Akhirnya, menjadi tanggung jawab kita bersama
untuk memantapkan ketenangan dalam jiwa kita masing-masing sehingga kehidupan
ini dapat kita jalani dengan sebaik-baiknya. Wassalam.
Baca juga: Khutbah Jumat: Jaga Keutuhan Keluarga dengan Tidak Menyakiti Istri