Dengan adanya gangguan setan ini,
secara global manusia akan terbagi menjadi empat klasifikasi, sebagaimana yang
disebutkan Ibnul Qoyyim, yaitu;
Pertama, golongan yang paling mulia adalah
yang memiliki bashirah sempurna dan kekuatan tanfizh yang paripurna. Mereka
adalah para nabi. Bashirah mereka jernih hingga mampu membedakan al haq dan al
bathil secara maksimal. Mereka juga memiliki kekuatan hati dan mental untuk
melaksanakannya. Inilah yang disebutkan Allah dalam firman-Nya;
ÙˆَاذْÙƒُرْ عِبَادَÙ†َØ¢ Ø¥ِبْرَاهِيمَ
ÙˆَØ¥ِسْØَاقَ ÙˆَÙŠَعْÙ‚ُوبَ Ø£ُÙˆْÙ„ِÙ‰ اْلأَÙŠْدِÙŠ Ùˆَاْلأَبْصَارِ
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yaqub
yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS.
Shad; 45).
Kedua, golongan yang tidak memiliki
bashirah dalam agama dan lemah dalam menegakkan tuntutan al haq. Ini merupakan
level kebanyakan manusia. Orang-orang kafir masuk di level ini dan jumlah
mereka tidaklah sedikit. Mereka, kata Ibnul Qoyim, hanyalah manusia-manusia tak
berguna yang mengotori pandangan, mengeruhkan jiwa, dan bergaul secara intens
dengan mereka hanya akan membuat kita ikut tercela.
Di antara umat Islam, ada juga yang kondisinya hampir
mirip dengan golongan ini. Yaitu orang-orang yang hanya memiliki Islam dalam
status kartu identitasnya dan bukan pada identitas dirinya yang sebenarnya.
Ketiga, orang-orang yang memiliki bashirah
dalam agama, mampu mengetahui kebenaran dan kebathilan, tapi lemah dalam
pelaksanaannya apatah lagi mendakwahkannya. Ini merupakan kondisi orang mukmin
yang lemah. Sedang orang mukmin yang kuat jauh lebih dicintai Allah daripada
mukmin yang lemah. Mukmin yang kuat derajatnya akan berada di bawah para nabi,
mereka memiliki bashirah dalam agama dan cukup mampu melaksanakannya.
Yang terakhir, orang yang
memiliki kekuatan, tekad dan keinginan kuat, tapi lemah pengetahuan agamanya,
tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah. Dan biasanya, apabila bashirah
yang dimiliki buram dan kabur lensanya, manusia akan lebih mudah dituntun
menuju kebathilan. Kemudian, karena memiliki kekuatan dalam melaksanakan apa
yang menurutnya benar meskipun sebenarnya batil, dia pun akan menjadi budak
yang sangat loyal pada kebatilan.