Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup
Anda, terus berusaha mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan
kebahagiaan untuk Anda berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia.
Adapun bila belum, maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda
pada firman Allah berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai
kelebihan satu tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)
Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia
tunaikan kepada Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin
banyak pula kewajiban yang harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari
aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata,
“Sesungguhnya, aku senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun
senang bila istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku,
karena Allah juga telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat
daripada istrinya.’” (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku?
Kapankah Anda berdandan? Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak
keluar rumah? Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda
berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk
orang lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi kekurangan,
dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun rumah
tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai penonton setia ketika
pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan sebisa Anda untuk turut
menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ
خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan
sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan
dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor
di Montclair State University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian
tentang hubungan perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia
mengelompokkan para suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua
kelompok.
Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan
jarang membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering
turut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.
Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang
sering membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering
memadu cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu
kental dalam rumah tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara
logika, suami yang dengan rendah hati membantu pekerjaan istrinya pastilah
lebih dicintai oleh istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan
keromantisan suami-istri dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun
akan mengalami hal yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?
Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia,
dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.
Baca juga: Khutbah Jumat Tentang Kematian: Yang Sering Diabaikan