Setiap ibadah dalam Islam memiliki keutamaan
masing-masing. Demikian pula dengan puasa yang telah diwajibkan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ
مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Krena itu, barang
siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah…
(QS. Al-Baqarah : 185)
Jika amal-amal lain telah disebutkan pahalanya oleh Allah
SWT, ternyata pahala puasa akan langsung diberikan Allah SWT tanpa diberitakan
terlebih dahulu berapa batasan pahalanya. Ibarat seseorang yang bekerja dan
telah disebutkan gajinya sekian dan sekian, maka kita bisa memperkirakan berapa
hasil yang diperoleh. Tetapi saat owner perusahaan atau bos kita
mengatakan "bekerjalah dan saya langsung yang akan memberikan gajimu"
bisa jadi hasil yang kita dapatkan di luar dugaan kita, tergantung bagaimana
kualitas kerja kita.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)
قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ
إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى ، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Allah berfirman: "Setiap amal anak Adam untuknya
kecuali puasa, maka itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya…"
(Muttafaq 'Alaih)
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ
الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
harumnya minyak misik… (Muttafaq 'Alaih)
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا
أَفْطَرَ فَرِحَ ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Suatu hari Abu Umamah datang kepada Nabi SAW dan bertanya
tentang amal yang bisa memasukkannya ke surga. Imam Ahmad, Nasa'i dan Hakim
meriwayatkan dalam hadits berikut ini:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ مُرْنِى بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِى الْجَنَّةَ. قَالَ « عَلَيْكَ
بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ عِدْلَ لَهُ ». ثُمَّ أَتَيْتُهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ
« عَلَيْكَ بِالصِّيَامِ »
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ
اللَّهِ إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ
سَبْعِينَ خَرِيفًا
Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah
kecuali Allah menjauhkan wajahnya dengan hari itu dari api neraka tujuh puluh
musim. (HR. Jama'ah kecuali Abu Dawud)
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ
لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ
دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari hawa nafsu yang tidak
pernah merasa kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.
(HR. Muslim)