Ramadhan akan segera
berakhir. Rasanya belum banyak yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan
Ramadhan bagi peningkatan taqwa, tapi apa dikata, Ramadhan tetap akan berakhir
dan kita berharap semoga Ramadhan yang akan datang dapat kita jumpai lagi
dengan tekad bisa mengisinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Salah satu yang kita
harapkan dengan berakhirnya Ramadhan adalah kembalinya kita kepada fitrah atau
kesucian diri kita masing-masing sebagaimana bayi yang baru dilahirkan, dalam
keadaan tidak berdosa dan memiliki tauhid yang mantap. Allah SWT memang telah
menjanjikan demikian melalui sabda Rasul-Nya Saw yang berbunyi:
Allah Azza wa jalla
mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya.
Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhaan)
Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh
ibunya (HR. Ahmad).
Manakala kita telah
kembali kepada fitrah dalam arti terhapus dosa-dosa dan bersih tauhid kita dari
segala bentuk kemusyrikan, maka kita termasuk orang yang sukses dalam
menunaikan ibadah Ramadhan tahun ini.
KEBERHASILAN IBADAH
RAMADHAN
Keberhasilan ibadah
Ramadhan dalam bentuk terhapusnya dosa-dosa merupakan sesuatu yang abstrak,
bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu kita mesti memiliki
tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan dengan ketaqwaan kepada Allah SWT yang
meningkat. Ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan patokan untuk menilai
diri; apakah ibadah Ramadhan kita berhasil atau tidak.
1. TAUHID YANG MANTAP.
Untuk menunjukkan
keberhasilan ibadah Ramadhan, maka kita akhiri Ramadhan dengan takbir, tahlil
dan tahmid yang merupakan kalimat tauhid. Perintah ini memang terdapat dalam
firman Allah yang artinya: Dan hendaklah kamu cukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS 2:185)
Dengan demikian seorang
muslim yang habis menunaikan ibadah puasa, maka dia memiliki tauhid yang
mantap, dengan tauhid yang mantap itu dia selalu mengutamakan Allah SWT dan
selalu terikat pada nilai-nilai yang diturunkan-Nya. Karena itu orang yang
tauhidnya mantap, akan selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan
Allah, mencintai Allah di atas segala-galanya serta tunduk dan taat kepada-Nya.
2. AKHLAK YANG MULIA
Ibadah Ramadhan telah
mendidik kita untuk selalu berakhlak yang mulia, karenanya keberhasilan ibadah
Ramadhan membuat akhlak atau moral yang tercela terkikis habis dari jiwa dan
kepribadian kita masing-masing. Maka sesudah kita menunaikan ibadah Ramadhan,
keberhasilan yang harus kita tunjukkan adalah dengan memiliki akhlak yang
mulia. Kemuliaan akhlak suatu masyarakat akan membuat kehidupan berlangsung
dengan aman dan sentosa serta penuh dengan berkah dari Allah SWT, dan
sebaliknya akhlak yang tercela dalam suatu masyarakat akan membuat kehancuran,
malapetaka dan laknat Allah SWT.
Oleh karena itu kita
harus prihatin apabila masyarakat kita memiliki akhlak yang jelek. Kita tidak
punya masa depan yang cerah kalau generasi muda memiliki akhlak yang rusak,
karena apa yang bisa diharapkan lagi kalau generasi harapannya menjadi hancur.
Kehidupan kita juga akan sengsara kalau orang-orang tua dan para pemimpin
memiliki akhlak yang jelek, karena kejelekan akhlak mereka membuat arah
kehidupan menuju kehancuran yang menakutkan.
Dengan demikian, akhlak
yang mulia harus kita tegakkan dan akhlak yang jelekkan harus kita kikis dan
tidak kita beri tempat dan peluang untuk berkembang. Itu sebabnya kita amat
prihatin kalau di negeri kita ini masih saja diberi tempat atau pasilitas dan
kesempatan untuk mereka yang melakukan tindakan yang menggambarkan akhlak yang
rusak dan merusakkan akhlak masyarakat.
3. SEMANGAT MENIMBA
ILMU.
Aktivitas Ramadhan juga
telah merangsang kegairahan kita untuk menimba ilmu pengetahuan, khususnya yang
menyangkut pendalaman ajaran Islam. Kuliah subuh, kuliah zuhur, ceramah
tarawih, pesantren Ramadhan dan studi keislaman lainnya di bulan Ramadhan merupakan
aktivitas-aktivitas yang merangsang semangat kita untuk menimba ilmu
pengetahuan. Aktivitas ini membuat kita tidak hanya lebih panatis sebagai
seorang muslim, tapi juga paham dan memiliki wawasan keislaman yang lebih baik.
Namun perlu kita ingat
bahwa sedalam-dalamnya ilmu yang kita gali, tetap saja terasa cetek dan sedikit
ilmu yang kita peroleh, apalagi ilmu Allah itu sangat luas. Menyadari hal ini
semestinya kita semakin terangsang untuk menimba ilmu dan sesudah Ramadhan ini,
semangat itu harus kita buktikan.
4. SEMANGAT MEMAKMURKAN
MASJID
Ramadhan juga telah
melatih kita untuk kembali ke masjid, kembali memakmurkan masjid, kembali
beraktivitas di masjid. Itu sebabnya selama Ramadhan, kita rasakan
masjid-masjid kita relatif lebih makmur, pengurus dan jamaahnya lebih aktif dan
aktivitas lebih banyak dan bervariasi.
Berakhirnya Ramadhan
tidak boleh membuat masjid kita kembali sepi, tanpa kepengurusan yang serius,
tanpa jamaah yang aktif dan tanpa aktivitas. Oleh karena itu keberhasilan
ibadah Ramadhan kita juga harus dibuktikan dengan selalu aktif memakmurkan
masjid, mulai dari shalat berjamaah hingga mengatasi dan memecahkan persoalan
umat dan mengatur strategi perjuangan meningkatkan kualitas umat. Seharusnya
tiap kali seorang muslim ada di rumahnya, maka saat waktu shalat tiba dengan
diperdengarkannya adzan, dia menuju ke masjid. Bahkan semestinya orang
berpatokan bahwa si fulan tidak ke masjid dekat rumahnya dalam shalat berjamaah
hanya karena belum pulang alias tidak ada di rumah atau dalam keadaan sakit.
Oleh karena itu semestinya bila seseorang ingin bertemu kita, maka dia cukup ke
masjid dekat rumah lalu nanti bertemu di masjid itu untuk selanjutnya baru ke
rumah dan bila kita tidak ada di masjid, itu artinya kita tidak ada di rumah
atau ada tapi sedang sakit.
Ada banyak contoh kasus
dari kisah para sahabat yang menggambarkan betapa perhatian yang sedemikian
besar dari mereka terhadap masjid. Sebut saja misalnya Abdullah bin Ummi
Makhtum yang meskipun matanya buta dan rumahnya jauh dengan masjid, dia tetap
datang ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah karena dia selalu mendengar
panggilan adzan sebagaimana yang dianjurkan kepadanya.
Disamping itu sahabat
Bani Salamah sebenarnya punya niat untuk pindah rumah ke dekat masjid agar bisa
menunaikan shalat berjamah di masjid dengan mudah, maka Rasulullah menyatakan
bahwa orang yang jauh rumahnya dengan masjid akan memperoleh pahala yang lebih
besar karena langkahnya, maka Bani Salamah tak jadi pindah rumah ke dekat
masjid karena ingin memperoleh pahala yang besar dan dia memang rajin ke
masjid.
Oleh karena itu kita
perlu merenungi diri kita masing-masing, sudah sejauhmana perhatian kita
bterhadap pemakmuran masjid.
5. SOLIDARITAS SOSIAL
YANG TINGGI.
Ibadah Ramadhan juga
telah mendidik kita untuk merasakan betapa tidak enaknya lapar dan haus itu
yang juga telah disertai dengan menunaikan kewajiban sakat fitrah bahkan
diselingi dengan infaq dan shadaqah yang kesemua itu bermuara pada penumbuhan
dan pemantapan rasa tanggung jawab sosial. Karena
itu sesudah Ramadhan berakhir, semestinya semakin mantap rasa tanggung jawab
sosial kita sehingga kita punya perhatian terhadap kaum muslimin yang mengalami
kesulitan hidup secara ekonomi.
Wujud perhatian itu adalah dengan berusaha
mengetahui kondisi kehidupan saudara-saudara kita sesama muslim, lalu
memikirkan apa yang harus kita lakukan dalam rangka membantu mereka untuk
meningkatkan martabat dan kualitas kehidupan mereka. Ini semua harus kita
lakukan karena tentu kita tidak ingin hanya karena persoalan ekonomi mereka
berubah menjadi kufur.
Dengan demikian, ibadah Ramadhan yang hampir
kita akhiri, tentu saja harus meninggalkan bekas yang mendalam sehingga
ketaqwaan kita kepada Allah SWT semakin mantap yang berarti apapun yang kita
hendak lakukan selalu berpijak pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Islam
yang agung.