Satu-satunya
surat di dalam AL QURAN yang selalu
bahkan yang paling banyak kita baca setiap harinya adalah Al Fatihah. Karena
itu, surat ini juga disebut dengan as sab’ul matsani (tujuh ayat yang
diulang-ulang), yakni diulang-ulang dalam membacanya, minimal 17 kali dalam 17
rekaat shalat yang lima waktu. Pada dua ayat terakhir dari tujuh ayat al
fatihah, terdapat ayat yang artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (QS
1:6-7).
Yang
menjadi pertanyaan kita kemudian dan perlu kita bahas dalam tulisan ini adalah:
siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang telah Allah anugerahkan nikmat
kepada mereka?. Untuk menemukan jawabannya, maka kita perlu merujuk kepada firman Allah di
dalam surat An Nisa:69, karena di dalam ayat itu disebutkan tentang mereka yang
diberi nikmat, ayat tersebut artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Oleh
karena itu, amat penting bagi kita untuk membahas empat kelompok yang
dianugerahi kenikmatan oleh Allah SWT, suatu kenikmatan yang tak ternilai
harganya, bahkan tanpa kenikmatan ini, kenikmatan lainnya menjadi tak ada
artinya, yakni nikmat diturunkannya agama Islam sebagai agama yang benar yang
dipegang erat-erat dan diperjuangkan oleh empat kelompok ini. Dengan demikian,
permohonan kita kepada Allah SWT untuk mendapatkan petunjuk dapat kita capai
dengan gambaran yang jelas, yakni dengan meniru dan mengikuti pola hidup empat
kelompok tersebut, bukan ingin memperoleh petunjuk tapi tidak mau mengikuti
pola hidup sebagaimana kehidupan empat kelompok tersebut. Karena itu empat
kelompok yang dimaksud perlu kita pahami
1.
NABI-NABI.
Para Nabi
adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu dan
menyebarluaskannya kepada umat manusia. Karenanya para Nabi harus besikap
benar, memiliki kesungguhan dalam perjuangan dan menegakkan nilai-nilai
kebenaran itu dan siap menanggung resiko dalam perjuangan menegakkan
nilai-nilai kebenaran, karena itu para nabi harus kita teladani dalam kehidupan
ini dan manakala kita telah merneladaninya, berarti kita telah memperoleh
hidayah sebagaimana yang kita minta di dalam surat al fatihah. Para Nabi atau
Rasul yang harus kita teladani itu tercermin di dalam firman Allah yang
artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS 33:21).
2.
SHIDDIQIN.
Secara
harfiyah, shiddik artinya benar, ini berarti shiddiqin adalah orang yang selalu
bersikap, berbicara dan bertingkah laku yang benar atau jujur. Para shiddiqin
termasuk orang yang diberi nikmat oleh Allah karena dengan sikap, pembicaraan
dan tingkah lakunya yang benar akan membuatnya selalu mengarah atau
berorientasi pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan mengantarkannya kepada surga,
ini merupakan kenikmatan yang sangat berarti, dalam suatu hadits,Rasulullah Saw
bersabda yang artinya: Hendaklah kamu bersikap jujur, karena kejujuran itu
membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kamu kepada surga (HR.
Bukhari).
Karena
di dalam al fatihah kita amat berharap mendapat petunjuk sebagaimana Allah
telah memberikan petunjuk itu kepada orang-orang yang diberi nikmat, itu
berarti dalam hidup ini kita amat dituntut untuk meneladani para shiddiqin,
bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita juga amat dianjurkan agar bergaul
akrab dengan orang-orang yang shidik (benar) meskipun kita sudah menunjukkan
ketaqwaan kita kepada Allah, Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama
orang-orang yang benar (QS 9:119).
3.
SYUHADA.
Syuhada
merupakan salah satu kelompok yang mendapat kenikmatan dari Allah SWT. Secara
harfiyah, syahid artinya orang yang menyaksikan. Syuhada adalah orang-orang
yang mati syahid, mereka disebut syahid karena berjuang menegakkan agama Allah
hingga kematian mencapai mereka dalam perjuangan itu, mereka menjadi saksi atas
kebenaran yang diperjuangkannya, karena itu mereka memperoleh kenikmatan
tersendiri disebabkan kematian mereka yang begitu mulia.
Syuhada menjadi salah satu kelompok yang
memperoleh kenikmatan dari Allah karena mereka mencapai derajat yang mulia,
bahkan kematiannya jangan kita anggap sebagai kematian biasa, bahkan Allah
menyatakannya hidup di sisi-Nya meskipun kebanyakan orang menganggap dia telah
mati, Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS 2:154).
Karena syahid itu merupakan kematian yang
begitu mulia, maka para sahabat dan para pejuang Islam sangat mendambakannya
yang membuat mereka menjadi begitu berani dalam perjuangan, sedang keberanian
mereka justeru menimbulkan rasa takut di dalam hati orang-orang yang tidak suka
kepada Islam, ini pulalah salah satu faktor yang membawa keberhasilan dalam
perjuangan Islam. Dalam konteks do’a di dalam al fatihah itulah, kita berarti
harus menjadi orang yang sungguh-sungguh dalam menjalankan dan memperjuangan
nilai-nilai Islam meskipun resikonya sangat besar.
4.
SHALIHIN.
Orang yang shaleh adalah orang yang selalu berusaha
mewujudkan kebaikan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun
masyarakatnya. Keshalehan dalam hidup ini merupakan tuntutan dari pengakuan
kita sebagai orang-orang yang beriman. Karena itu, iman harus dibuktikan dengan
amal yang shaleh dan amal shaleh harus dilandasi pada iman. Ini berarti iman
tidak ada artinya bila tidak dibuktikan dengan amal shaleh dan sebaik apapun
amal seseorang tidak ada nilai apa-apanya di sisi Allah bila tidak dilandasi
pada iman.
Manakala
amal shaleh telah dilakukan oleh orang yang beriman, maka kenikmatan akan
diperoleh dan dirasakannya, bahkan tidak hanya di dunia ini saja seperti
mendapatkan rizki yang mulia, yakni riski yang halal, tapi juga di akhirat
nanti berupa ampunan dari Allah SWT yang berarti mendapatkan kebahagiaan di
akhitat dengan sebab telah diampuni kesalahan-kesalahan yang dilakukannya di
dunia, salah satu ayat yang menyebutkan tentang keuntungan orang yang beramal
shaleh adalah yang artinya: Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang shaleh, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (QS 22:50).
Karena
kita berdo’a ingin mendapatkan petunjuk sebagaimana petunjuk yang telah Allah
berikan kepada orang-orang yang shaleh, itu berarti kita dalam hidup ini mau
dan berusaha seoptimal mungkin untuk menjadi orang-orang yang shaleh.
Dengan
demikian, petunjuk yang kita dambakan adalah petunjuk jalan hidup yang lurus,
yakni yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
Baca juga: Khutbah Jumat: Meraih Hidup Mulia dengan Mematuhi Tata Krama Sosial