Allah SWT berfirman di dalam Alquran Surah Al-Israa’ ayat
1:
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda–tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa perjalanan luar
biasa itu bukan kehendak dari Rasulullah Saw sendiri, tapi merupakan kehendak
Allah SWT. Untuk keperluan itu Allah mengutus malaikat Jibril as (makhluk
berdimensi 9) beserta malaikat lainnya sebagai pemandu perjalanan suci tersebut.
Dipilihnya malaikat sebagai pengiring perjalanan Rasulullah Saw dimaksudkan
untuk mempermudah perjalanan melintasi ruang waktu.
Selain Jibril as dan kawan-kawan, dihadirkan juga
kendaraan khusus bernama Buraq, makhluk berbadan cahaya dari alam malakut. Nama
Buraq berasal dari kata barqun yang berarti kilat. Perjalanan dari kota Makkah
ke Palestina berkendaraan Buraq tersebut ditempuh dengan kecepatan cahaya,
sekitar 300.000 kilo meter per detik.
Pertanyaan mendasar adalah bagaimanakah perjalanan dengan
kecepatan cahaya itu dilakukan oleh badan Rasulullah Saw yang terbuat dari
materi padat? Untuk malaikat dan Buraq tidak ada masalah karena badan mereka
terbuat dari cahaya juga. Seandainya badan bermateri padat seperti tubuh kita
dipaksakan bergerak dengan kecepatan cahaya, bisa diduga apa yang akan terjadi.
Badan kita mungkin akan terserai berai karena ikatan antar molekul dan atom
bisa terlepas.
Jawaban yang paling mungkin untuk pertanyaan itu adalah
tubuh Rasulullah Saw diubah susunan materinya menjadi cahaya. Bagaimanakah hal
itu mungkin terjadi?
Teori yang memungkinkan adalah teori Annihilasi. Teori
ini mengatakan bahwa setiap materi (zat) memiliki anti materinya. Dan jika
materi direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut bisa
lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.
Hal ini telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa
jika partikel proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron dengan
positron (anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan lenyap dan memunculkan
dua buah sinar gamma, dengan energi masing-masing 0,511 MeV (Multiexperiment
Viewer) untuk pasangan partikel elektron, dan 938 MeV untuk pasangan partikel
proton.
Sebaliknya apabila ada dua buah berkas sinar gamma dengan
energi sebesar tersebut di atas dilewatkan melalui medan inti atom, maka
tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel
tersebut di atas. Hal ini menunjukkan bahwa materi bisa dirubah menjadi cahaya
dengan cara tertentu yang disebut annihilasi dan sebaliknya.
Nah, kalau dihitung jarak Mekkah – Palestina sekitar 1500
km ditempuh dengan kecepatan cahaya, maka hanya dibutuhkan waktu sekitar 0,005
detik dalam ukuran waktu kita di bumi.
Sesampainya di Palestina tubuh Rasulullah Saw
dikembalikan menjadi materi. Peristiwa ini mungkin lebih dikenal seperti
teleportasi dalam teori fisika kwantum. Dari Palestina dilanjutkan dengan
perjalanan antar dimensi ke Sidratul Muntaha, yakni dari langit dunia (langit
pertama) ke langit kedua, ketiga sampai dengan langit ketujuh dan berakhir di
Sidratul Muntaha.
Yang perlu dipahami adalah perjalanan antar dimensi
bukanlah perjalanan berjarak jauh atau pengembaraan angkasa luar, melainkan
perjalanan menembus batas dimensi. Karena walaupun tubuh Rasulullah Saw diubah
menjadi cahaya seperti perjalanan dari Mekkah ke Palestina, tidak akan selesai
menempuh perjalanan di langit pertama saja. Bukankah untuk menempuh diameter
alam semesta diperlukan 30 miliar tahun dengan menggunakan kecepatan cahaya.
Jadi bagaimana caranya?
Seperti telah disebutkan di atas dalam penjelasan posisi
antar dimensi bahwa posisi langit kedua dengan langit pertama dianalogikan
seperti sebuah ruangan berdimensi 3 dengan dinding tembok berdimensi 2. Makhluk
bayangan berdimensi 2 di tembok tidak bisa memasuki ruangan berdimensi 3,
kecuali ada bantuan dari makhluk berdimensi lebih tinggi, minimal dari makhluk
berdimensi 3, yakni balok. Caranya si balok menempelkan salah satu sisinya ke
tembok dan makhluk bayangan menempelkan diri ke sisi balok itu. Dengan menempel
di sisi balok dan mengikutinya, makhluk bayangan bisa memasuki ruang berdimensi
3 dan meninggalkan wilayah berdimensi 2, yakni dinding tembok.
Begitulah kira-kira analogi bagaimana Rasulullah Saw
melakukan perjalanan antar dimensi. Dengan kehendak Allah SWT, Jibril membawa
Rasulullah Saw melakukan perjalanan dari langit pertama hingga langit ketujuh
lalu ke Sidratul Muntaha. Perjalanan ini bukan perjalanan jauh seperti telah
disebutkan tadi. Kejadian itu terjadi di tempat Rasulullah Saw terakhir duduk shalat
di Masjidil Aqsa Palestina, karena ruang berdimensi 4, 5 dan seterusnya itu
persis berada di sebelah kita, hanya kita tidak melihatnya dan tidak bisa
mencapainya.
Wajar saja perjalanan Isra Miraj Rasulullah Saw dari
Mekkah ke Palestina dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul
Muntaha hanya terjadi dalam semalam. Bayangkan dalam zaman ketika pemahaman
manusia tentang sains dan teknologi belum seperti sekarang, seorang Abu Bakar
Ash Shiddiq Ra. Sahabat yang suci bisa beriman dan menerima kebenaran cerita
Rasulullan Saw tanpa sanggahan.
Begitu dekatnya jarak alam dunia (langit pertama) dengan
alam akhirat (langit ketujuh) yang sangat dekat sudah digambarkan oleh hadist
dari Jabir bin Abdullah. Ketika itu Rasulullah Saw didatangi oleh lelaki berwajah
bersih dan berbaju putih (yang ternyata adalah malaikan Jibril as yang memasuki
dimensi alam manusia) :
Bertanya orang itu lagi (yakni Jibril as),
"Berapakah jaraknya dunia dengan akhirat?" Bersabda Rasulullah SAW,
"Hanya sekejap mata saja."
Baca juga: Khutbah Jumat; Anak Shalih Adalah Asset Orang Tua