KAUM-KAUM YANG TELAH DIBINASAKAN #6; TSAMUD

 


Kaum Tsamud pun telah mendustakanancaman-ancaman itu. Maka mereka berkata: ”Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) diantara kita?. Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya diantara kita ?. Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (QS Al-Qamar: 23-26)

 

   Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, kaum Tsamud menolak peringatan-peringatan dari Allah sebagaimana dilakukan kaum ‘Ad dan sebagai konsekuensinya merekapun dihancurkan. Berdasarkan hasil studi arkeologi dan sejarah terkini banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui telah diketemukan, semisal lokasi dimana kaum Tsamud hidup. Perumahan yang mereka buat dan gaya hidup mereka. Tsamud seperti disebutkan dalam Al Qur’an merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak temuan arkeologis saat ini.

   Sebelum lebih jauh melihat temuan arkeologis yang berkaitan dengan kaum Tsamud, sangatlah bermanfaat untuk mempelajari cerita di dalam Al Qur’an serta perjuangan dari kaum ini dengan nabi mereka. Sebagaiman bahwa Al Qur’an adalah kitab yang diperuntukkan untuk sepanjang massa, pengingkaran kaum Tsamud dari peringatan-peringatan yang datang kepada mereka adalah sebuah peristiwa yang memberikan sebuah peringaan kepada semua orang disepanjang massa.


Baca juga:Takwa dan akhlak yang baik


 

Penyampaian Pesan Nabi Shalih

   Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Nabi Shalih diutus untuk memperingatkan kaum Tsamud. Shalih dikenal dikalangan masyarakat Tsamud. Kaumnya yang tidak mengharapkan ia akan mengumumkan agama yang benar merasa terkejut atas seruannya untuk meninggalkan penyimpangan-penyimpangan mereka. Reaksi pertama adalah menghujat dan mengutuknya ;

 

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata;”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amatlah dekat (Rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). Kaum Tsamud berkata ;”Hai shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami/ dan sesungguhnya kamu betul-betul berada dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami. (QS Hud 61-62).

 

   Sebagian kecil dari kaum Tsamud memenuhi panggilan Nabi Shalih, namun sebagian besar dari mereka tidak menerima apa yang dikatakannya. Penolakan ini terutama dari para pemimpin kaum tersebut dan mereka menempatkan Shalih sebagai musuh terhadap mereka. Mereka mencoba untuk menghalang-halangi dan menekan kaum yang beriman kepada nabi Shalih. Mereka sangat murka terhadap Shalih karena ia menyerukan kepada mereka untuk menyembah Allah. Kemurkaan ini tidak hanya khusus dilakukan kaum Tsamud. Tsamud mengulang kembali kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum Nuh dan ‘Ad yang telah hidup sebelum mereka. Inilah sebabnya berkenaan dengan ketiga kaum tersebut Al Qur’an menyebutkan ;

 

Belumkah sampai kepadamu berita-berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) Kaum Nuh, ‘Ad dan Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang kepada mereka rasul-rasul (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya kemulutnya (karena kebencian) dan berkata; ”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya”. (QS. Ibrahim: 9).

 

   Tanpa mengindahkan peringatan –peringatan Nabi Shalih, orang-orang membiarkan kesangsian menguasai mereka. Namun masih ada sekelompok kecil yang percaya terhadap kenabian shalih dan merekalah orang-orang yang diselamatkan bersama dengan Shalih ketika bencana besar datang. Pemimpin masyarakat tersebut berupaya untuk menekan kelompok yang mempercayai Shalih ;

 

Pemuka-prmuka yang menyombongkan diri diantara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka; “ tahukah kamu bahwa Shalih di utus ( menjadi rasul) oleh Tuhannya?”. Mereka menjawab; “ Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Shalih diutus untuk menyampaikannya”. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata;” sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu”.(QS. Al-A’raf: 75-76).

 

   Kaum Tsamud melanjutkan kesangsian untuk menghormati Allah dan kenabian shalih, lebih jauh sekelompok orang tertentu secara terang-terangan menyangkalnya. Sekelompok orang diantara yang menolak keimanan –menurut dugaan, dengan Nama Allah – merencanakan untuk membunuh Shalih :

 

Mereka menjawab; “ Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang bersama kamu”. Shalih berkata ; “Nasibmu ada pada sisi Allah ( bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu yang diuji”. Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan. Mereka berkata; “Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba bersama keluarganya dimalam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-orang yang benar”. Dan merekapun merencanakan makar dengan sesungguh-sungguhnya dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (QS. An-Naml: 47-50).

 

Untuk mengetahui apakah kaumnya akan memamtuhi perintah Allah atau tidak, Shalih menunjukkan kepada mereka seekor unta betina sebagai ujian untuk mengetahui apakah mereka akan mematuhinya atau tidak. Salih berkata kepada kaumnya untuk berbagi air mereka dengan unta betina tersebut dan tidak menyakitinya. Kaumnya menjawab dengan membunuh unta betina tersebut. Dalam surat Ash-Shuara kejadian tersebut disebutkan sebagai berikut:

 

Kaum Thamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Shalih, berkata kepada mereka: “ Mengapa kamu tidak bertaqwa?. Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwakah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepdamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Adakah kamu akan dibiarkkan tinggal di sini (di negeri ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanaman-tanaman dan pohon-pohon korma yang manyangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan”. Mereka berkata ;” Sesungguhnya kamu adalah seorang dari orang-orang yang terkena sihir; Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. Shaleh menjawab;” Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran yntuik mendapatkan air dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari tertentu. Dan jangalah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar. Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menyesal, maka mereka ditimpakan azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (QS Asy Syu’araa’ 141-158).

 

Perjuangan Nabi Shalih terhadap kaummnya dikisahkan sebagai berikut:

 

Kaum Thamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). Maka mererka berkata; “Bagaimana kita akan mengikuti saja, seorang manusia (biasa) diantara kita ?. Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila. Apakah wahyu itu diturunkan kepdanya di antara kita ?. Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. “ kelak mereka akan mengetahui siapakah sebenarnya yang amat pendusta lagi sombong. Sesungguhnya Lami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tia-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya gilirannya). Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawanya menangkap (unta itu0 dan membunuhnya. (QS Al Qamar 23-29).

 

   Kenyataan bahwa mereka tidak dilaknat pada saat itu juga, semakin meningkatkan keangkaramurkaan kaum ini. Mereka menyerang Salih dengan mengatakannya sebagai seorang pendusta :

 

Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata ;” Wahai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah).(QS. Al-A’raf: 77)

 

   Allah membuat rencana dan tipu daya terhadap mereka atas ketidakpercayaan mereka, dan Dia menyelamatkan Shalih dari tangan-tangan yang ingin melakukan perbutan keji terhadapnya. Setelah kejadian itu, Shalih yang telah menyampaikan berbagai pesan terhdap kaumnya dengan berbagai jalan dan tetap tak ada seorangpun yang memperhatikannya sebagai pelajaran, Shalih berkata kepada kaumnya bahwa mereka akan dihancurkan dalam waktu tiga hari :

 

Mereka membunuh unta itu, maka berkatalah Shalih ;” Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’. ( QS Hud 65).

 

Cukup sudah, dalam 3 hari kemudian ancaman Shalih menjadi kenyataan dan kaum Tsamud dihancurkan ;

 

Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam ditempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Thamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Thamud. ( QS Hud 67-68)

 

Temuan Arkeologis dari kaum Tsamud.

Terhadap berbagai kaum yang disebutkan dalam Al Qur’an, Tsamud adalah kaum yang saat ini telah banyak diketahui keberadaannya. Sumber-sumber sejarah mengungkapkan bahwa sekelompok orang yang disebut dengan Tsamud benar-benar pernah ada.

   Masyarakat al Hijr sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an adalah sama dengan kaum Tsamud. Nama lain dari Tsamud adalah Ashab al-Hijr. Jadi kata “Tsamud” adalah merupakan nama dari suatu kaum, sementara kata al Hijr adalah salahsatu diantara beberapa kota yang dibangun oleh orang tersebut.

Menurut Penggambaran dari Pliny (ahli Geografi Yunani) membenarkan hal ini. Pliny menulis bahwa Domatha dan Hegra adalah letak dimana kaum Thamud berada dan hal inilah yang belakangan menjadi kota Al Hijr yang dikenal saat ini.

   Sumber tertua yang berkaitan dengan kaum Tsamud adalah hikayat kemenangan Raja Babilonia Sargon II (abad 8 SM) yang mengalahkan orang-orag ini dalam pertempuran di Arabia Selaan. Bangsa Yunani juga menghubungkan kaum ini sebagai “Tamudaei”., yakni, “Tsamud” dalam tulisan Aristoteles, Ptolomeus dan Pliny[i]. Sebelum Nabi Muhammad SAW, diperkirakan antara 400-600 M , mereka punah secara total.

   Dalam Al Qur’an kaum ‘Ad dan Tsamud selalu disebutkan secara bersama, lebih jauh ayat-ayat menasehatkan bahwa kaum Tsamud untuk mengambil pelajaran dari penghancuran kaum ‘Ad.

 

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shalih. Ia berkata;”Hai kaumku, sembahlah allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah dating bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah ia makan di bumi Allah, dan janganlak kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, maka kamu ditimpa siksaan yang pedih.

Dan ingatlah olehmu di waktui Tuhan menjadi menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS Al A’raf 73-74)

 

   Sebagimana dapat dipahami dari ayat ini, terdapat sebuah hubungan antara kaum ‘Ad dan Thamud, kaum ‘Ad mungkin pernah menjadi bagian dari sejarah Thamud. Nabi Shalih merintahkan untuk mengambil peringatan dari kejadian mereka.

   Kaum ‘Ad ditunjukkan kepada contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Sebagaimana kaum ‘Ad mempunyai kaitan penting dengan sejarah kaum Thamud, kaum nabi Nuh juga mempunyai kaitan penting untuk sejarah laum ‘Ad. Kaum-kaum ini saling mengetahui satu sama lain dan kemungkinan berasal dari satu garis keturunan yang sama. Dari sini dapat dibuat sebuah urut-urutan terhadap kejadian yang diceritakan dalam al Qur’an. Ketika kita menerima bahwa kaum Thamud mencul paling dulu di abad 8 SM, maka sebuah kronolog dapatlah ditarik berkaitan dengan hal ini. Yang terlebih dahulu dihancurkan setelah kaum Nuh adalah penghancuran kaum Lut, kemudian dalam masa Nabi Musa terjadi penenggelaman ( kemungkinan bear ia adalah Rhamses II) dan tentaranya di laut Merah. Berikutnya adalah dikirimkannya angin badai yang menghancurkan kaum ‘Ad dan terakhir adalah penghancuran dari kaum Thamud. Hukuman terhadap kaum Nabi Nuh adalah yang pertama kalinya terjadi. Bila urut-urutan ini dapat dipertimbangkan, maka tabelnya adalah sebagai berikut :

 

Nuh

3000 – 2500 SM

Ibrahim dan Luth

Awal 2000 SM

Musa

1300 SM

Hud dan ‘Ad

1300 - ? SM

Shalih dan Thamud

800 - ? SM

 

 

Tentu saja urut-urutan ini tidak bisa dikatakan sangat tepat, namun hal ini menghasilkan sebuah rangkaian yang runut, baik menurut penggambaran dalam Al Qur’an dan data-data sejarah.

   Kita telah menyebutkan bahwa Al Qur’an menceritakan tentang adanya sebuah hubungan antara kaum ‘Ad dan Thamud yang diingatkan untuk mengingat kejadian kaum ‘Ad serta mengambil pelajaran dari penghancuran mereka. Meskipun letak antara kaum ‘Ad dan Thamud secara geografis sangatlah berjauhan satu sama lain dan sepertinya tidak nampak adanya hubungan antara dua kaum ini, namun dikatakan di dalam ayat yang ditujukan kepada kaum Thamud untuk mengingat kaum ‘Ad?.

   Jawabannya mengungkapkan sendiri hal itu, setelah melalui sebuah penyelidikan singkat dari sumber-sumber bahwa terdapat sebuah hubungan yang sangat kuat antara kaum Thamud dan ‘Ad. Tsamud mengenal kaum ‘Ad karena dua kaum ini sepertinya berasal dari satu asal usul yang sama. Britannica Micropedia menulis tentang orang-orang ini dalam sebuah tulisan berjudul “Thamud” ;

   Di Arabia Kuno, suku atau sekelompok suku yang tampaknya telah memiliki keunggulan sejak sekitar abad 4 SM sampai pertengahan awal abad 7 M. Meskipun kaum Thamud kemungkinan asal-usulnya dari Arabia selatan, sebuah kelompok besar rupanya pindah ke Utara pada awal-awal tahun, secara tradisional berdiam di lereng gunung ( jabal) Athlab. Penelitian arkeologi terakhir mengungkapkan sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Tsamud tidak hanya ada di Jabal Athlab , tetapi juga di seluruh Arabia tengah.

   Tulisan yang secara grafis mirip dengan huruf-huruf Smaitic ( yang disebut Thamudic) telah diketemukan di Arabia Selatan sampai ke Hidjaz. Tulisan yang pertama ditemukan di daerah Utara Yaman Tengah yang dikenal sebagai Thamud, ini dibawa ke Utara oleh Rub’ah Khalike selatan dan Hadhramaut serta ke Barat oleh Shabwah.

   Sebelumnya kita telah melihat bahwa kaum ‘Ad adalah sekelompok orang yang hidup di Arabia Selatan. Adalah merupakan hal yang sangat signifikan bahwa banyak peninggalan kaum Thamud ditemukan pada daerah dimana kaum ‘Ad pernah hidup, khususnya daerah di sekitar Hadhramaut, tempat anak cucu ‘Ad mendirikan ibukotanya. Keadaan ini menunjukkan bahwa hubungan kaum ‘Ad dan Thamud dicatat dalam Al Qur’an. Hubungan tersebut diterangkan dalam perkatan Nabi Shalih ketika mengatakan bahwa Thamud datang untuk menmggantikan ‘Ad :

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Thamud saudara mereka Shalih. Ia berkata;”Hai kaumku, sembahlah allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah dating bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah ia makan di bumi Allah, dan janganlak kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, maka kamu ditimpa siksaan yang pedih.

 

Dan ingatlah olehmu di waktui Tuhan menjadi menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. QS Al A’raf 73-74)

 

   Secara singkat, kaum Thamud telah membayar atas pembangkangan terhadap nabi Mereka dan merekapun dihancurkan. Bangunan-bangunan yang telah mereka bangun dan karya seni yang telah mereka buat tidak bisa melindungi mereka dari azab. Thamud yang dihancurkan dengan azab yang mengerikan seperti halnya umat-umat lainnya baik sebelum atau sesudah mereka yang mengangkari kebenaran. ( Nothing new under the Sun, begitulah kata para ahli sejarah, di dunia ini sebenarnya tidak ada yang baru sebenarnya hanyalah pengulangan-pengulangan dari masa lalu, tinggal kita bisa mengambil pelajaran darinya atau dengan bodohnya melupakan kesemua itu.


Baca juga:5 Kiat Meredam Marah


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama