Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya,
Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, harus senantiasa memahami arti ikrar ini
dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya.
Setiap dimensi
kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi
aman maupun terancam. Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita
menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang
Islam mampu mengimplementasikan dalam seluruh sisi-sisi kehidupannya. Dan orang
yang mampu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang
diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqomah dalam memegang ajarannya dalam
sepanjang perjalanan hidupnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَارِبُوا وَسَدِّدُوا وَاعْلَمُوا
أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَلَا أَنْتَ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ
مِنْهُ وَفَضْلٍ رواه مسلم
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ
مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (هود:112)
“Maka tetaplah
(istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Hud:112).
Istiqamah adalah
anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa
berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata
istiqamah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi,
istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah
diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Dalam Alquran dan
Sunnah Rasulullah saw banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan
masalah istiqamah di antaranya adalah;
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah (istiqamahlah)
kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang
yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”
(QS 11:112).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ
أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ
قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ
غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ )رواه مسلم(
“Aku berkata, “Wahai
Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan
bertanya kepada seorang pun selain engkau. Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku
beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah (jangan menyimpang).” (HR Muslim
dari Sufyan bin Abdullah)
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ
اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ
إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ
الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ
فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Dan berjihadlah kamu
pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul
itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong” (QS 22:78).
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا
وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang
apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir,
dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (QS 25:67).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ
وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ
أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban” (QS 17:36).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak
disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS 98:5).
Rasulullah saw
bersabda, “Siapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan
melihat perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan
sunnah para Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi
taringmu.”(Abu Daud dari Al-Irbadl bin Sariah)
Manusia muslim yang
beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam
dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan buahnya
yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun dampak dan buah istiqomah sebagai
berikut;
Muslim yang selalu
istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak
akan gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi
seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu
jugaberbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang
senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta
ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah. Perhatikan firman Allah
Taala dalam surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;
فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى
اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى
مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ
“Maka kamu akan
melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik)
bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut
akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan
(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu,
mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”
عن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رَسُول
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم أخذ سيفا يوم أحد فقال: من يأخذ مني
هذا؟ فبسطوا أيديهم كل إنسان منهم يقول: أنا أنا. فقال: فمن يأخذه بحقه؟ فأحجم
القوم. فقال أبو دجانة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أنا آخذه بحقه. فأخذه ففلق به هام
المشركين. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Anas r.a. bahwa
Rasulullah saw menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud, Siapa
yang berani mengambil pedangku ini? Maka seketika seluruh sahabat mengangkat
tangannya untuk menerima tawaran beliau sambil berkata, “Saya, saya.” Kemudian
Rasulullah saw. bertanya lagi, siapa yang akan mengambilnya dengan tanggung
jawab? Seketika para sahabat terdiam, dan saat itulah Abu Dujanah berkata, “Aku
yang akan mengambilnya dengan tanggung jawab, kemudian membawa pedang itu dan
menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.” (HR Muslim)
Keimanan seorang
muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan
istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan
ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang
panjang, melewati jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara
hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh
hamba-hamba Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik
setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya.
Perhatikan firman Allah di bawah ini;
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ
رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا
ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk” (QS 6:82).
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram” (QS 13:28).
Keistiqamahan yang
dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap
pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak
pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam
menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang
ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan
terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal
ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ
وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ
ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا
تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ)
(الحديد:22-23)
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri” (QS 57:22-23)
يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ
يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْأَسُ مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (يوسف:87)
“Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir"
(QS 12: 87).
قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ
إِلَّا الضَّالُّونَ (الحجر:56)
Ibrahim berkata,
“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang
yang sesat" (QS 15:56).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ
ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ
أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ
رَحِيمٍ (فصلت: 30-32)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS 41:30-32).
Baca juga: Arti Sebuah Cinta