Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian orang menyangka, bahwa istighfar dan taubat
hanyalah dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan: (Aku memohon ampun
kepada Allah dan bertaubat kepadaNya). Tetapi kalimat-kalimat tersebut tidak
mem-bekas di dalam hati, juga tidak berpe-ngaruh dalam perbuatan anggota badan.
Imam An-Nawawi menjelaskan: "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap
dosa hukumnya wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, maka
syaratnya ada tiga :
Pertama, menjauhi maksiat tersebut.
Kedua, menyesali perbuatan (maksiat)nya.
Ketiga, berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Jika salah satunya hilang, maka
taubatnya tidak sah.
Jika taubat itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat, yaitu :
Ketiga syarat di atas dan keempat,
hendaknya ia membebaskan (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta
benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman)
tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk melakukannya
atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus
meminta maaf." ( Riyadhush Shalihin, hal. 33).
Sedangkan istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani
adalah, "Meminta (ampun-an) dengan ucapan dan perbuatan." Adapun
firman Allah:
(Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengam-pun) tidaklah
berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata,
tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun
(istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan
para pendusta." (Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, hal. 362).
Dasar (Syari'at) Hukum Islam Bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rizki.
1. Apa yang disebutkan Allah Subhannahu wa Ta'ala tentang Nuh alaihis salam
yang berkata kepada kaumnya:
"Maka aku katakan kepada mereka,
'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai'." (Nuh: 10-12).
Ayat-ayat di atas menerangkan cara
mendapatkan hal-hal berikut ini dengan istighfar:
§
Ampunan Allah
terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firmanNya:
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun."
§
Hujan yang
lebat.
§
Harta dan anak
yang banyak.
§
Allah akan
menjadikan untuk-nya kebun-kebun.
§
Allah akan
menjadikan untuk-nya sungai-sungai. (Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula,
Al-Iklil fis Tinbathit Tanzil, hal. 274, Fathul Qadir, 5/417).
Muthrif
meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: "Bahwasanya Umar t keluar untuk memohon
hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar
(memohon ampun kepada Allah) sampai beliau pulang. Maka seseorang bertanya
kepadanya, 'Aku tidak mendengar Anda memohon hujan'. Maka beliau membaca ayat :
"Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengi-rimkan hujan kepadamu dengan lebat." (Tafsir
Al-Khazin, 7/154; Ruhul Ma'ani, 29/72).
Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan
(bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Beristighfarlah kepada Allah!'. Yang
lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,
'Ber-istighfarlah kepada Allah!' Yang lain lagi berkata, 'Do'akanlah (aku)
kepada Allah, agar Ia memberiku anak!' maka beliau mengatakan kepadanya,
'Beristighfarlah kepada Allah!' Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang
kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula), 'Beristigh-farlah kepada Allah!'."
Lalu Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang mengadukan
bermacam- macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk
beristighfar.' Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu
dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh:
"Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengi-rimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan meng-adakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai'." (Nuh: 10-12). ( Tafsir Al-Qurthubi,
18/302-303. Lihat pula, Tafsirul Kasysyaf, 4/192 dan Al-Muharrar Al-Wajiz,
16/123).
2. Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud alaihis
shalatu was salam kepada kaumnya agar beristighfar:
"Dan
(Hud berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah
kepadaNya, niscaya Dia menunrunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan
menam-bahkan kekuatan kepada kekuatan-mu dan janganlah kamu berpaling dengan
berbuat dosa'."(Hud: 52).
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan:
"Kemudian Hud alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk ber-istighfar yang
dengannya dosa-dosa yang lalu dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka
bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat
seperti ini, niscaya Allah memudah-kan rizkinya , melancarkan urusannya dan
menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman:
"Niscaya
Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu."
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51).
3. Ayat lain adalah firman Allah:
"Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertau-bat kepadaNya. (Jika
kamu mengerja-kan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia
akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutama-an (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari Kiamat."(Hud: 3).
Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata: "Ayat yang mulia tersebut
menunjukkan bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa
adalah sebab sehingga Allah menganugerahkan kepada orang yang melakukannya
berupa kenik-matan yang baik sampai pada waktu yang ditentukan. Allah
memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan
berdasarkan syarat yang ditetapkan." (Adhwa'ul Bayan, 3/9).
4. Hadits riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari
Abdullah bin Abbas ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya
Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan setiap
kesempitannya kelapangan dan Allah memberinya rizki (yang halal) dari arah yang
tiada disangka-sangkanya."(Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh
tersebut adalah redaksi milik-nya; Sunan Abi Daud, no. 1515, 4/267; Kitabus
Sunan Al-Kubra, no. 2/10290, 6/118; Sunan Ibnu Majah, no. 3864, 2/339;
Al-Mustadrak 'alash Shahihain, 4/292). Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
"Beruntunglah
orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya) istighfar yang
banyak." (HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan shahih)."
(Aunul Ma'bud, 4/267).
Dalam hadits yang mulia ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tiga
hasil yang dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu,
rizki dari Allah Yang Maha Memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka
dan tidak diharapkan serta tidak terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki agar bersegera memperbanyak
istighfar (memohon ampun) dan taubat, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Dan
hendaknya setiap muslim waspada dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan
lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
Wallahu a'lam.
Sumber: Mafatihur Rizq fi Dhauil Kitabi was Sunnah Dr. Fadhl Ilahi
Baca juga: Berlindung Dari Fitnah