Ramadhan
tidak lama lagi berakhir. Rasanya belum banyak yang bisa kita lakukan untuk
mengoptimalkan Ramadhan bagi peningkatan taqwa, tapi apa dikata, Ramadhan tetap
akan berakhir dan kita berharap semoga Ramadhan yang akan datang dapat kita
jumpai lagi dengan tekad bisa mengisinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Salah
satu yang kita harapkan dengan berakhirnya Ramadhan adalah kembalinya kita
kepada fitrah atau kesucian diri kita masing-masing sebagaimana bayi yang baru
dilahirkan, dalam keadaan tidak berdosa dan memiliki tauhid yang mantap. Allah SWT
memang telah menjanjikan demikian melalui sabda Rasul-Nya Saw yang berbunyi:
Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan dan aku
mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan
mengharap pahala (keridhaan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi
yang baru dilahirkan oleh ibunya
(HR. Ahmad).
Manakala
kita telah kembali kepada fitrah dalam arti terhapus dosa-dosa dan bersih
tauhid kita dari segala bentuk kemusyrikan, maka kita termasuk orang yang
sukses dalam menunaikan ibadah Ramadhan tahun ini.
Keberhasilan
ibadah Ramadhan dalam bentuk terhapusnya dosa-dosa merupakan sesuatu yang
abstrak, bukan sesuatu yang konkrit atau nyata. Oleh karena itu kita mesti
memiliki tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan dengan ketaqwaan kepada Allah SWT
yang meningkat. Ada beberapa indikasi yang bisa kita jadikan patokan untuk menilai
diri; apakah ibadah Ramadhan kita berhasil atau tidak.
(1) Tauhid yang Mantap
Seorang
muslim yang habis menunaikan ibadah puasa, maka seharusnya dia memiliki tauhid
yang mantap, dengan tauhid yang mantap itu dia selalu mengutamakan Allah SWT
dan selalu terikat pada nilai-nilai yang diturunkan-Nya. Karena itu orang yang
tauhidnya mantap, akan selalu menjalani kehidupan yang sesuai dengan ketentuan
Allah, mencintai Allah di atas segala-galanya serta tunduk dan taat kepada-Nya.
(2) Akhlak yang Mulia
Ibadah
Ramadhan telah mendidik kita untuk selalu berakhlak yang mulia, karenanya
keberhasilan ibadah Ramadhan membuat akhlak atau moral yang tercela terkikis
habis dari jiwa dan kepribadian kita masing-masing. Maka sesudah kita
menunaikan ibadah Ramadhan, keberhasilan yang harus kita tunjukkan adalah
dengan memiliki akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlak suatu masyarakat akan
membuat kehidupan berlangsung dengan aman dan sentosa serta penuh dengan berkah
dari Allah SWT, dan sebaliknya akhlak yang tercela dalam suatu masyarakat akan
membuat kehancuran, malapetaka dan laknat Allah SWT.
(3). Semangat Menutunt Ilmu
Aktivitas
Ramadhan juga telah merangsang kegairahan kita untuk menimba ilmu pengetahuan,
khususnya yang menyangkut pendalaman ajaran Islam. Kuliah subuh, kuliah zuhur,
ceramah tarawih, pesantren Ramadhan dan studi keislaman lainnya di bulan
Ramadhan merupakan aktivitas-aktivitas yang merangsang semangat kita untuk
menimba ilmu pengetahuan. Aktivitas ini membuat kita tidak hanya lebih panatis
sebagai seorang muslim, tapi juga paham dan memiliki wawasan keislaman yang
lebih baik. Dan
sesudah Ramadhan ini, semangat itu harus kita buktikan.
(4) Semangat Memakmurkan Masjid
Ramadhan
juga telah melatih kita untuk kembali ke masjid, kembali memakmurkan masjid,
kembali beraktivitas di masjid. Itu sebabnya selama Ramadhan, kita rasakan
masjid-masjid kita relatif lebih makmur, pengurus dan jamaahnya lebih aktif dan
aktivitas lebih banyak dan bervariasi. Berakhirnya Ramadhan tidak boleh membuat masjid kita
kembali sepi, tanpa kepengurusan yang serius, tanpa jamaah yang aktif dan tanpa
aktivitas.
(5). Solidaritas Sosial yang Tinggi
Ibadah
Ramadhan juga telah mendidik kita untuk merasakan betapa tidak enaknya lapar
dan haus itu yang juga telah disertai dengan menunaikan kewajiban sakat fitrah
bahkan diselingi dengan infaq dan shadaqah yang kesemua itu bermuara pada
penumbuhan dan pemantapan rasa tanggung jawab sosial. Karena
itu sesudah Ramadhan berakhir, semestinya semakin mantap rasa tanggung jawab
sosial kita sehingga kita punya perhatian terhadap kaum muslimin yang mengalami
kesulitan hidup secara ekonomi.
Dengan
demikian, ibadah Ramadhan yang hampir kita akhiri, tentu saja harus
meninggalkan bekas yang mendalam sehingga ketaqwaan kita kepada Allah SWT
semakin mantap yang berarti apapun yang kita hendak lakukan selalu berpijak
pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Islam yang agung.
Baca juga: Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah