Hati-hati dan waspada dari memuji dan mentazkiyah diri sendiri.
Al-‘Izz ibnu ‘Abdis Salam berkata, “Engkau memuji dirimu
sendiri lebih parah daripada engkau memuji orang lain. Karena kesalahan
seseorang di matanya sendiri lebih ia tahu banyaknya dibanding mengetahui
kesalahan orang lain. Kecintaanmu pada sesuatu itu membutakan dan menulikan.
Dan memang betul, tidak ada yang disukai kecuali diri sendiri. Oleh karena itu,
kita lebih suka melihat ‘aib (kekurangan) orang lain daripada memperhatikan
kekurangan diri sendiri. Juga kita lebih mudah memberi toleransi jika diri kita
kurang, namun tidak bagi yang lain.”
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang
paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ
أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap
dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS.
An-Nisa’: 49)
Tidak boleh seseorang memuji dirinya sendiri kecuali jika
ada hajat untuk hal itu. Misalnya:
Pertama: Ingin melamar seorang wanita dan ia mengemukakan
keistimewaan dirinya.
Kedua: Ingin memperkenalkan kemampuan dirinya dalam
memenej pemerintahan dan mengurus agama seperti yang terjadi pada Nabi Yusuf
‘alaihis salam. Yusuf berkata,
اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي
حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55)
Ketiga: Boleh memuji diri sendiri agar bisa dicontoh.
Tentu ini bagi orang yang benar-benar niatannya untuk dicontoh orang lain dan
aman dari penyakit riya’ dan sum’ah. Seperti Nabi
kita sendiri pernah berkata,
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ وَبِيَدِى لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ وَمَا مِنْ
نَبِىٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِى وَأَنَا أَوَّلُ
مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ
“Aku adalah pemimpin (sayyid) anak Adam pada hari kiamat.
Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Di tanganku ada bendera
Al-Hamdi. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Tidak ada seorang
nabi pun, tidak pula Adam, juga yang lainnya saat itu melainkan berada di bawah
benderaku. Aku orang pertama yang keluar dari kubur. Aku katakan ini bukan
untuk menyombongkan diri.” (HR. Tirmidzi, no. 3148; Ibnu Majah, no. 4308.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Baca juga: Khutbah Jumat: Memupuk Niat dan Semangat Pergi Haji ke Tanah Suci