Allah Ta’ala berfirman,
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ
الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18(
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah
kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18).
Dosa lisan #01: Menyandarkan nikmat kepada selain Allah
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan
turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat,
lalu mengatakan, “Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?”
Kemudian mereka mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى
وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ
مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ
كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ
“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman
kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan ’MUTHIRNA BI FADHLILLAHI WA
ROHMATIH’ (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang
beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan
‘Muthirna binnau kadza wa kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini
dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.”
(HR. Bukhari, no. 846 dan Muslim, no. 71)
Dosa lisan #02: Mencela makhluk yang tidak bisa berbuat
apa-apa
Dalam hadits qudsi disebutkan, dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ
آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak
Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang
membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim, no. 6000)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرِّيحُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ فَرَوْحُ
اللَّهِ تَأْتِى بِالرَّحْمَةِ وَتَأْتِى بِالْعَذَابِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا
فَلاَ تَسُبُّوهَا وَسَلُوا اللَّهَ خَيْرَهَا وَاسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ
شَرِّهَا
“Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Rahmat Allah
itu bisa datang membawa rahmat dan bisa datang membawa azab. Maka apabila
kalian melihat angin, janganlah kalian memakinya. Mintalah kepada Allah
kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada Allah dari kejelekannya.” (HR. Abu
Daud, no. 5097 dan Ibnu Majah, no. 3727. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih)
Ketika melihat angin berhembus kencang, kita dianjurkan
membaca doa,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا
وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
“ALLOOHUMMA INNI AS-ALUKA KHOIROHAA WA KHOIRO MAA FIIHA
WA KHOIRO MAA URSILAT BIH, WA A’UDZU BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA FIIHA WA
SYARRI MAA URSILAT BIH (Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu
kebaikannya, kebaikan yang terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan
dikirimkannya angin tersebut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya,
kejelekan yang terkandung di dalamnya, dan kejelekan tujuan dikirimkannya angin
tersebut.” (HR. Muslim, no. 899, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Kita juga dilarang memaki ayam jantan. Dari Zaid bin
Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الدِّيكَ فَإِنَّهُ يُوقِظُ
لِلصَّلاَةِ
“Janganlah kalian mencaci ayam jantan, karena ia yang
membangunkan untuk shalat.” (HR. Abu Daud, no. 5101 dan Ahmad, 5:192. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kadang malah kita merugi karena luput dari ampunan dosa
sebab banyak mencela. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui Ummu As-Sa’ib, lalu beliau bersabda,
“Ada apa denganmu, wahai Ummu As-Sa’ib hingga gemetar seperti itu?” Ia
menjawab, “Demam, sungguh Allah tidak memberkahinya.” Lalu beliau bersabda,
لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ
خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Janganlah engkau memaki demam, karena demam itu
menghapus dosa-dosa Bani Adam seperti bakaran pandai besi menghilangkan kotoran
besi.” (HR. Muslim, no. 2575)
Dosa lisan #03: Ghibah (menggunjing)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« أَتَدْرُونَ مَا
الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ
بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ «
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ
بَهَتَّهُ »
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan
saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya,
“Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya.
Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim, no. 2589)
Ghibah bisa dengan isyarat jari saja. Buktinya dari
hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku berkata kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Cukup sudah engkau berkata tentang Shafiyyah
seperti ini dan itu, ia itu wanita yang pendek (sambil berisyarat dengan
jari).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ
الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
“Sungguh engkau telah mengatakan suatu perkataan yang
andai saja tercampur dengan air laut, kalimat itu akan mengotorinya.” (HR. Abu
Daud, no. 4875 dan Tirmidzi, no. 2502. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih)
Dosa lisan #04: Berdusta dan mengelabui orang
Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim
telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ
لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya
karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR.
Abu Daud, no. 4990 dan Tirmidzi, no. 3315. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ
بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ
السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ
كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati
setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan
beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai
pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian
makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia
bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim no. 102)
Dosa lisan #05: Mengingkari janji
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا
حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta;
jika berjanji, tidak menepati; jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim,
no. 59)
Baca juga: Khutbah Jumat: Meningkatkan Kepedulian Sesama Muslim