وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – رِضَا
اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ
اَلْوَالِدَيْنِ – أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
وَالْحَاكِم
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ashr radhiyallahu
‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keridhaan Allah
tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang
tua.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, hadits ini sahih menurut Ibnu Hibban dan
Al-Hakim) [HR. Tirmidzi, no. 1899; Ibnu Hibban, 2:172; Al-Hakim, 4:151-152.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Faedah Hadits
1. Hadits ini menunjukkan keutamaan berbakti
kepada orang tua dan mencari ridha keduanya, dan membuat mereka senang
(bahagia). Karena ridha dan kecintaan Allah itu datang karena keridhaan orang
tua, murka Allah itu datang karena murka orang tua. Siapa yang berbuat baik
pada orang tua, maka ia telah menaati Allah. Siapa yang berbuat jelek pada
orang tua, berarti ia telah membuat Allah murka.
2. Hadits ini jadi dalil wajibnya berbakti pada
orang tua dan diharamkan durhaka kepada mereka.
3. Ridha orang tua didapat dengan bakti, berbuat
baik, dan bersikap lemah lembut.
4. Bentuk berbuat baik pada orang tua adalah
tidak mencela dan menghardik mereka ketika mereka sudah berada di usia senja.
5. Di antara bentuk bakti adalah menuruti apa
yang orang tua inginkan selama bukan maksiat.
6. Ibu lebih didahulukan dalam berbakti dibanding
ayah.
Baca juga: Khutbah Jumat: Bijak dan Berhati-Hati, Kunci Selamat di Era Banjir Informasi