ÙˆَعَÙ†ْ جَابِرٍ بْÙ†ِ سَÙ…ُرَØ©َ رَضِÙŠَ اللهُ
عَÙ†ْÙ‡ُÙ…َا ، Ù‚َالَ : ÙƒُÙ†َّا Ø¥ِØ°َا Ø£َتَÙŠْÙ†َا النَّبيَّ – صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ
ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ – ، جَÙ„َسَ Ø£َØَدُÙ†َا ØَÙŠْØ«ُ ÙŠَÙ†ْتَÙ‡ِÙŠ . رَÙˆَاهُ Ø£َبُÙˆْ دَاوُدَ
ÙˆَالتِّرْÙ…ِØ°ِÙŠ ، ÙˆَÙ‚َالَ : ØَدِÙŠْØ«ٌ ØَسَÙ†ٌ .
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Kami apabila mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka setiap dari
kami duduk di tempat mana ia berakhir (maksudnya tidak sampai melangkahi bahu
orang lain untuk menuju ke tempat yang lebih dekat dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, pen.).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan
bahwa ini adalah hadits hasan.) [HR. Abu Daud, no. 4825 dan Tirmidzi, no. 2725.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
Faedah hadits:
1. Di antara adab bermajelis adalah duduk di
tempat yang terakhir kita dapat (tidak merampas tempat duduk orang lain).
2. Dalam majelis ilmu punya adab-adab yang perlu
diperhatikan.
3. Boleh jika seseorang melihat masih ada celah
yang kosong, ia meminta untuk dirapatkan supaya ada peluang untuk duduk di
tempat kosong tadi selama tidak mengganggu yang lain.
Baca juga: Khutbah Jumat Singkat: Luangkan Waktu Untuk Ibumu