Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ
وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا
نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta
dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Itulah yang lebih pantas. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.” (HR. Muslim, no. 2963).
Takhrij Hadits
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Kitab
“Az-Zuhud wa Ar-Raqaiq”, no. 2963 dari jalur Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Kosakata Hadits
Asfala minkum, yang dimaksud adalah di bawahmu dalam
urusan dunia, yaitu lebih rendah dalam kedudukan, tempat tinggal, dan dalam hal
kendaraan.
Faedah Hadits
1. Jika seseorang mengambil nasihat ini, ia
pasti akan menjadi orang yang hidupnya sabar, bersyukur, dan ridha.
2. Dalam masalah dunia, hendaklah melihat pada
orang yang berada di bawah kita.
3. Dalam masalah dunia, janganlah pandang orang
yang berada di atas kita karena: (a) kita akan meremehkan nikmat Allah; (b)
kita akan capek terus mengejar dunia; (c) akan timbul hasaddan tidak suka
kepada orang lain.
4. Untuk urusan akhirat, hendaklah melihat
kepada orang yang berada di atas kita, biar ada yang menjadi teladan dan kita
jadi semangat beramal.
Apa Manfaat Memiliki Sifat Qana’ah (Nerimo)?
1- Mendapatkan dunia seluruhnya
Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshary radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ
مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ
الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di
rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan,
dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia
telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141.
Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib).
2- Menjadi orang yang beruntung
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ashradhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ
كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam,
diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qana’ah (merasa
puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054)
3- Menjauhkan diri dari hasad (iri, cemburu pada nikmat
orang lain)
Kenapa harus cemburu pada orang kalau kita sendiri sudah
merasa cukup dengan nikmat yang Allah beri?
Merasa tidak suka terhadap nikmat yang ada pada orang
lain, sudah disebut hasad oleh Ibnu Taimiyyah, walau tidak menginginkan nikmat
tersebut hilang.
Ibnu Taimiyyah rahimahullahberkata, “Hasadadalah membenci
dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang menjadi sasaran
hasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).
Adapun menurut kebanyakan ulama, hasad adalah
menginginkan suatu nikmat orang lain itu hilang. (Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah,
17:269)
Bahaya hasad di antaranya disebutkan dalam hadits berikut
ini.
Az-Zubair bin Al-‘Awwam radhiyallahu ‘anhuberkata bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمُ
الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ هِىَ الْحَالِقَةُ لاَ أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعْرَ
وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ
بِمَا يُثَبِّتُ ذَاكُمْ لَكُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Telah berjalan kepada kalian penyakit umat-umat
terdahulu, yaitu hasad dan permusuhan. Dan permusuhan adalah membotaki. Aku
tidak mengatakan membotaki rambut, akan tetapi membotaki agama. Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman,
dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku kabarkan
kepada kalian dengan apa bisa menimbulkan hal tersebut? Tebarkanlah salam di
antara kalian.” (HR. Tirmidzi, no. 2510 dan Ahmad, 1:164. Syaikh Al-Albani
menyatakan bahwa hadits ini hasan)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
سَيُصِيْبُ أُمَّتِي دَاءُ الأُمَمِ ،
فَقَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا دَاءُ الأُمَمِ ؟ قَالَ : الأَشْرُ،
وَالْبَطْرُ والتَّكَاثُرُ وَالتَّنَاجُشُ فِي الدُّنْيَا وَالتَّبَاغُضُ
وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ
“Umatku akan ditimpa penyakit berbagai umat.” Para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja penyakit umat-umat (terdahulu)?”
Rasulullah berkata, “Kufur Nikmat, menyalahgunakan nikmat, saling berlomba
memperbanyak dunia, saling berbuat najsy (mengelabui dalam penawaran, pen.),
saling memusuhi, dan saling hasad-menghasadi hingga timbulnya sikap melampaui
batas (kezaliman).” (HR. Al-Hakim, 4:168 dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam
Al-Awsath, 2/275/9173. Al-Hakim menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih,
perawinya tsiqahtermasuk perawi Imam Muslim. Imam Adz-Dzahabi menyetujui
sanadnya yang shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 680)
Orang yang selamat dari hasad adalah jalan menuju surga.
Coba perhatikan kisah berikut:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuberkata, “Kami sedang
duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun
berkata, ‘Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.’ Maka
munculah seseorang dari kaum Anshar, jenggotnya masih basah terkena air wudhu,
sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengucapkan perkataan yang sama, dan munculah
orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan
harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga
mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi
yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka ‘Abdullah bin ‘Amr bin
Al-‘Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, “Aku bermasalah dengan
ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika
menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?” Maka orang
tersebut menjawab, “Silakan.”
Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya, “Abdullah
bin ‘Amr bin Al-‘Ash bercerita bahwasanya ia pun menginap bersama orang
tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut
mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan
berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada Allah dan
bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk shalat Shubuh. ‘Abdullah bertutur,
‘Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.’
Dan tatkala berlalu tiga hari–dan hampir saja aku
meremehkan amalannya–maka aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah
(fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi
boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallamberkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang
penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap
bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku teladani. Namun aku tidak
melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki
keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?’
Orang itu berkata, ‘Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.’ Abdullah
bertutur, ‘Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa
amalannya hanyalah seperti yang terlihat, hanya saja ia tidak memiliki perasaan
dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad kepada
seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain.’ Abdullah
berkata, ‘Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.)
dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad, 3:166. Syaikh Syu’aib
Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahihsesuai syarat
Bukhari-Muslim)
Kalau qana’ahdimiliki, sifat hasad akan hilang dan
semakin memudahkan ke surga.
4- Mengatasi berbagai problema hidup seperti berutang
Karena kalau seseorang memiliki sifat qana’ah, ia akan
menjadikan kebutuhan hidupnya sesuai standar kemampuan, tak perlu lagi baginya
menambah utang.
Berdoa untuk Mendapatkan Sifat Nerimo (Qana’ah)
Ingatlah, orang yang memiliki sifat qana’ahsungguh
terpuji. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamminta dalam doa beliau sifat
qana’ah (selalu merasa cukup) seperti dalam doa berikut,
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى
، والعَفَافَ ، والغِنَى
“ALLOHUMMA INNI AS-ALUKAL HUDA WAT-TUQO WAL ‘AFAF WAL
GHINA (Artinya: Ya Allah, aku meminta kepada-Mu petunjuk dalam ilmu dan amal,
ketakwaan, sifat ‘afaf–menjaga diri dari hal yang haram–, dan sifat ghina’–hati
yang selalu merasa cukup atau qana’ah–).”(HR. Muslim, no. 2721, dari
‘Abdullah).
‘Afaf artinya menjaga iffah, menjaga diri dari hal-hal
yang tidak baik, termasuk juga menjauhkan diri dari syubhat(hal yang masih
samar). Imam Nawawi rahimahullahmenyatakan, “’Afaf adalah menahan diri dari
yang haram, juga menjauhkan dari hal-hal yang menjatuhkan kehormatan diri.
Ulama lain mengungkapkan ‘iffah(sama dengan ‘afaf) adalah menahan diri dari
yang tidak halal.” (Syarh Shahih Muslim, 12:94)
Semoga kita dianugerahi oleh Allah sifat nerimo
(qana’ah).
Baca juga: Khutbah Jumat: Merawat Bumi, Merawat Islam